Share

4 - Reaksi Brandon

"Aku menyukaimu, Uncle." Crystal berucap dalam nada yang semakin mantap.

"Bukan suka kau sebagai pamanku. Bukan." Crystal pun mempertegas kembali.

"Aku menyukaimu sebagai seorang pria. Aku tidak salah mengartikan perasaanku."

"Aku menyukaimu. Aku mencintai dirimu, Uncle." Crystal berucap begitu yakin.

Kontras akan debaran jantung berdetak begitu kencang. Rasa gugup pun luar biasa menghantam. Dadanya juga sesak, kini.

Crystal juga berkaca-kaca. Berusaha terus dikendalikan diri. Ia jelas enggan menangis. Terlalu dini. Apalagi, belum didapatkannya tanggapan dari Brandon.

Crystal tidak mengharapkan bahwa ia akan memperoleh respons yang bagus. Mustahil terjadi. Sekalipun, tak pernah dibayangkan.

"Crys ...,"

"Ap ... Apa yang kau baru katakan itu? Kau pasti ingin bercanda saja bukan?"

Crystal menggeleng pelan. Setitik air mata pun menuruni pipinya. "Tidak, Uncle."

"Aku serius." Crystal melanjutkan dengan suara sungguh-sungguhnya.

"Aku mencintaimu."

Tentu, Brandon juga menunjukkan rasa tak percayanya dengan matanya yang tambah membelalak lagi. Wajah pria itu tegang bukan main. Bahkan, Brandon tak berkedip.

Crystal sudah tahu bahwa reaksi yang akan diperoleh seperti ini. Brandon pasti tidak bisa menerima. Bahkan, tak akan bisa begitu saja memercayai ucapannya.

Crystal perlu memberikan bukti. Ide yang gila. Namun, enggan diurungkan untuk dilakukan. Sudah dimantapkan niatan.

Crystal memulai aksi dengan bangun dari kursi. Berjalan cepat ke arah Brandon.

Dalam hitungan seperkian detik saja, Crystal sudah berdiri di hadapan sang paman.

"Aku sangat mencintaimu sejak aku dapat membedakan cinta dan rasa kagum."

Crystal dengan cepat menangkupkan kedua tangan di wajah Brandon. Kemudian, wajah didekatkan hingga bibir mereka menyatu.

Crystal tak lama lakukan. Ia segera menarik diri. Tapi, tidak beranjak pergi dari hadapan Brandon. Berdiri dengan tubuh tegas dan ekspresi yang tegas. Walau, sangat gugup.

Reaksi sang paman atas tindakannya?

Pria itu membeliak dengan lebar. Tentu saja mengalami rasa kaget yang luar biasa.

Brandon menganggap sebagai mimpi buruk. Bahkan, tak pernah sekalipun terpikir jika akan dicium oleh Crystal.

"Aku sudah tidak tahan lagi menyimpan perasaanku ini. Kau tahu? Rasanya begitu menyiksaku setiap hari."

"Kau selalu memberikan perhatian padaku. Tapi, aku tahu itu cuma sebatas rasa sayang sebagai keponakan."

"Sayangnya, aku merespons perhatianmu sebagai cinta pria dewasa. Aku yang sala--"

"Cukup, Crys!"

Brandon spontan bereaksi dengan seruan kencangnya. Ia juga refleks bangun dari kursi yang tengah didudukinya.

Berdiri menjulang di depan Crystal dalam amarah besar. Tatapan begitu tajamnya beradu pandang dengan sorot mata kaget dan juga terluka Crystal.

Brandon diam. Tidak mengatakan apa-apa. Walau, sangat ingin berbicara dan tanyakan pada Crystal, ada apa dengan keponakannya itu. Crystal konyol bersikap kali ini.

"Lanjutkan makanmu dulu." Brandon pun memerintah dalam nada begitu dingin.

"Duduk sekarang!" Intonasinya meninggi.

"Bagaimana perasaanmu, saat sekarang kau tahu, kalau aku menyukaimu, Uncle?"

"Sebagai pria." Crystal menekankan.

"Bukan hubungan keluarga, Paman dan sang keponakan. Tidak itu." Crystal mempertegas.

"Apa yang kau harapkan dari reaksiku?"

Pertanyaan dari Brandon dalam suara sinis, menyadarkan Crystal bahwa di antaranya dan pria itu, akan muncul konflik baru.

Crystal diam. Tidak mengatakan apa pun. Ia ingin mendengar lebih banyak tanggapan Brandon atas perasaannya.

"Apa yang kau harapkan, Crys?"

"Kau harap aku akan menerima cintamu atau kau ingin aku berikan kesempatan?"

Brandon menajamkan tatapannya. Intonasi suara meninggi. Menunjukkan bagaimana amarahnya bergejolak. Ia tidak akan bisa menanggapi masalah ini dengan enteng.

"Jangan pernah berharap lebih, Crys. Kau harus sadar cintamu salah padaku."

"Bagiku, kau akan tetaplah keponakanku. Tidak lebih, Crys. Tolong pahami."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status