Share

5 - Menjaga Jarak

Jadwal kerja Brandon benar-benar padat hari ini. Ada tiga rapat yang dihadiri. Tugas memeriksa sejumlah laporan masih harus dituntaskan. Namun, Brandon tak lembur.

Akan dikerjakan di rumah. Tentu, setelah ia beristirahat sebentar. Mungkin dengan tidur dua jam sudah cukup mengurangi rasa lelah yang tengah menyelimutinya.

Brandon memang tak punya waktu istirahat banyak. Setiap hari kurang dari lima jam. Namun, ia memanfaatkan dengan baik.

Brandon berprinsip bahwa penting menjaga kesehatan mengindari sakit, walau sesibuk dan juga sepadat apa pun pekerjaannya.

Tentu, tak hanya rasa capek yang mendera. Terkadang, kejenuhan juga muncul.

Tidak akan pernah mudah tugas menjadi pemimpin perusahaan. Sang ibu sudah beri kepercayaan. Jadi, Brandon merasa harus menjalankan tugas sebaik mungkin.

"Uncle ...,"

Tubuh Brandon langsung menegang karena mendengar panggilan Crystal. Langkah kaki pun terhenti tepat di ambang pintu rumah yang baru saja dimasukinya.

Arah pandang terarah ke depan, sosok sang keponakan berdiri dengan jarak sekitar lima meter dengannya.

Brandon jelas kaget akan kehadiran Crystal di kediamannya hari ini, setelah lebih dari satu minggu ia hindari sang keponakan.

"Aku ingin bicara denganmu."

Empat patah kata dilontarkan dengan nada tegas oleh Crystal, terdengar lirih di kedua telinga Brandon.

Apalagi, kedua mata sang keponakan memancarkan luka dan rasa sedih sangat kentara. Ia tak mungkin salah melihat.

Namun, Brandon enggan untuk terlalu beri perhatian. Hanya akan membuat dirinya menaruh empati pada Crystal.

Tentu, sikap yang ditunjukkan olehnya bisa dianggap sebagai hal lebih. Tak ingin sang keponakan terus menyukainya sebagai pria.

"Kau menjauhiku, Uncle."

Brandon yang baru saja hendak bicara, tapi Crystal sudah lebih bersuara. Bahkan, jarak di antara mereka semakin dipangkas.

Brandon waspada. Ia tunjukkan pertahanan diri dengan tetap berdiri bergeming, saat Crystal sudah berada di hadapannya.

"Aku tidak menjauhimu." Brandon kali ini pun berhasil berucap lebih dulu.

"Aku memberi kesempatan padamu, Crys."

"Kesempatan agar kau paham bahwa kau memiliki perasaan yang salah."

Crystal yang kini bungkam. Dari cara sang keponakan memandang, belum ada sedikit pun perubahan. Brandon melihat jelas.

Benar, sorot mata Crystal masih sarat akan cinta dan binaran memuja padanya. Hal tersebut menyebabkan Brandon merasa risi.

"Kau harusnya bisa introspeksi diri, Crys. Kau wanita yang cerdas. Kau pasti bis--"

"Aku tidak mau!" Crystal bersikeras.

"Aku tidak mau berhenti mencintaimu. Aku yakin perasaanku ini tidak salah."

Amarah Brandon terpancing. Ia tidak suka akan sikap Crystal seperti ini. Berteriak di depannya hanya demi mempertahankan apa yang dianggap benar oleh sang keponakan.

"Aku tidak menyuruhmu membalas cintaku. Kau tidak usah merasa terbebani."

"Cukup, Crys!" Intonasi Brandon meninggi.

"Aku tidak akan pernah menerima perasaan yang tidak wajar itu. Kau jangan berha--"

Brandon tak melanjutkan ucapan karena handphone berbunyi. Ada telepon masuk.

Brandon segera mengambil ponselnya yang diletakkan di dalam saku celana. Nama si penelepon terpampang di layar handphone.

Sonya Kendall.

Wanita yang satu bulan terakhir menjalin kedekatan dengannya.

Brandon segera mengangkat panggilan. Ia pun mendengar sapaan mesra di seberang telepon. Sonya memang suka merayunya.

"Hai, Brandon Sayangku. Kau apakah sudah di rumah. Aku ada di parkiran."

Brandon sengaja loud speaker panggilan.

"Aku sudah di rumah. Kenapa, Sonya?"

"Bisakah kita makan malam bersama. Aku merindukanmu. Sudah lima hari kita tidak bertemu. Bagaimana? Kau bisa?"

"Aku bisa. Aku juga merindukanmu."

"Oke, Sayang. Susul aku sekarang, ya. Aku menunggumu di parkiran."

Tepat setelah mengakhiri telepon, Brandon pun memusatkan kembali atensi ke sosok Crystal. Mata sang keponakan berair.

Brandon enggan berempati. Ia pun masih menajamkan tatapan sembari berjalan ke arah pintu. Hendak keluar tentu saja.

"Aku tidak akan menyerah, Uncle. Aku akan membuat kau meninggalkan wanita itu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status