Share

Bab 2 Alesha Hatmaja

"Karena aku pernah diposisi itu sebelumnya dan berharap agar siapa pun tidak akan pernah mengalaminya, bahkan termasuk orang itu"

Your Attention Please, Passengers of Garuda Indonesia on Flight number GA328 to Surabaya Please Boarding From Door A12, Thank You.

Alesha melangkahkan kakinya dengan pelan, ia baru saja keluar dari pintu kedatangan di Bandara Soekarno Hatta. Di depannya sekitar satu meter jauhnya ada adiknya Ara dan juga Samuel, sahabatnya yang sedang berjalan beriringan dengan riang.

Kombinasi adik dan sahabatnya itu sangatlah cocok sekali, sama-sama cerewet menurut Ari, yaitu kembarannya Ara. Bahkan saking asyiknya berbicara satu sama lain, mereka tidak sadar jika Alesha sudah jauh tertinggal dibelakang.

Ada alasan kenapa Alesha berjalan perlahan, karena entah kenapa saat berada di bandara ia selalu saja teringat akan keberangkatannya dulu saat ke London. Terlebih saat itu adalah masa terburuk dalam hidupnya, yang mana kenangan itu ia tinggalkan di Negara ini untuk pergi menjauh.

Jika dihitung ini sudah hampir dua tahun Alesha kembali ke Indonesia dan selama itu juga, dirinya sibuk untuk memulai lagi usahanya.

Apakah ia sudah lebih baik? Secara refleks Alesha menatap lengannya yang tertutup baju. Kemudian Alesha tersenyum sinis, konyol jika memikirkan dirinya sudah lebih baik, nyatanya masih sama saja.

"Ale, ngapain? Hurry up!!" Teriak Samuel seraya melambaikan tangannya seolah memberi isyarat jika ia ada di sini, Alesha yang tersadar dari lamunannya melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati Ara dan Samuel.

Umur lelaki itu boleh enam tahun lebih tua darinya tapi kelakuannya cukup di pertanyakan.

Namun harus Alesha akui kehebatan Samuel akan satu hal yaitu jika menyangkut urusan bisnis, lelaki itu cukup bisa di perhitungkan di bandingkan dengan sikapnya.

Alesha bahkan tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan ajakan kerjasama pemuda itu untuk membuka Restoran di Jakarta. Dan kini sudah setahun lebih usaha mereka berjalan dan terbukti cukup sukses sehingga membuat mereka memutuskan untuk membuka cabang di daerah Bali.

Dan juga tak bisa ia pungkiri, kehadiran laki-laki itu bagaikan seorang teman, sahabat, saudara sekaligus Ayah di hidupnya yang hampir hancur ini.

Alesha yang nyatanya kembali berjalan dengan perlahan sekali lagi ia tertinggal jauh karena Ara juga Samuel sudah sampai di mobil. Sekedar informasi, mereka baru saja kembali dari Bali setelah dua hari memantau cabang restoran mereka yang baru beroperasi selama sebulanan ini di sana.

Alasan mengapa memilih Bali, karena di sana adalah kampung halaman Samuel yang merupakan Blasteran Bali London. Namun bagi Samuel selain dapat bertemu dengan kedua orangtuanya, tujuan tersembunyi nya memilih Bali yaitu untuk refreshing dari hiruk piruk kota Jakarta agar Alesha tidak memikirkan hal-hal yang tidak berguna di kepalanya.

Apalagi di sana banyak menyimpan kenangan akan seseorang yang Samuel bahkan Alesha rindukan hingga saat ini.

Kembali kepada Alesha yang tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Dan menatap kebawah, tali sepatunya lagi-lagi terlepas dan ini sudah yang ke tiga kalinya. Ia menghela nafas lelah. Entah tali sepatunya yang bermasalah atau Alesha yang kurang pandai mengikat tali sepatu.

Alesha pun kemudian membalik tubuhnya lalu berjongkok tepat di depan kopernya, ralat koper Ara yang sedari tadi diseretnya.

Untungnya long dress dengan nuansa vintage dengan sedikit motif bunga tidak menyulitkannya saat berjongkok ataupun kembali berdiri, tapi saat itulah matanya menatap sosok yang baru saja keluar dari pintu kedatangan.

Kerumunan orang dan blitz kamera tidak mengganggunya untuk menatap lelaki itu. Namun tatapan Alesha padanya bukanlah tatapan kerinduan.

Hanya sekedar tatapan... Tidak bolehkah ia menatap lelaki itu tanpa alasan? Alesha hanya ingin melihat saja, wajah yang sudah lama ia lupakan.

Alesha memang sudah sering melihat wajahnya berkeliaran di Televisi, namun ini adalah pertama kalinya dalam sepuluh tahun ia melihatnya secara langsung.

Entah karena terbawa suasana Alesha memegang dada nya yang terasa sangat sesak saat mengingat perkataan lelaki itu dulu juga semua kenangan yang selama ini terus berputar di pikirannya.

Alesha mengatur nafas nya pelan setelah di rasa tenang ia kembali menatap lelaki itu.

Dia yang berada cukup jauh darinya tapi masih bisa dikenali dengan baik oleh Alesha adalah seseorang dari masa lalunya, Ryan Dermawan Bramastya. Tidak banyak yang berubah dari lelaki itu tapi apakah perasaannya juga telah berubah.

Apalagi selama ini Alesha tahu jika Ryan selalu mencarinya ke Surabaya. Alesha mengetahui itu karena keluarganya selalu menginfokan kepadanya. Jujur Alesha tidak bisa menebak alasannya, tapi alasan lelaki itu bukanlah urusannya lagi.

Dan harus Alesha akui bahwa lelaki itu adalah Cinta Pertamanya, walaupun getaran cinta sudah hilang terganti dengan getaran lain yang menyesakkan. Disampingnya Ryan, ada seorang wanita yang membuat Alesha mulai mengetuk kan jari tangannya.

Nayla batinnya.

Alesha mempunyai kebiasaan mengetuk jarinya jika sedang menahan diri dari segala pikiran yang mulai mengacaukan dirinya.

"ALESHA"

Alesha langsung membalik tubuhnya setelah cukup lama terpaku menghadap kearah Ryan dan Nayla berada.

Samuel, lelaki itu memanggilnya dengan cukup nyaring bahkan ia yakin jika Ryan ataupun Nayla pasti mendengar namanya disebut. Tapi...

"Kamu memanggilku?" Ucap Alesha dingin, matanya menatap tajam sembari melangkahkan kakinya untuk menghampiri Samuel. Sudah lama tidak ada yang memanggilnya begitu, ia tidak suka!

Benar-benar tidak menyukainya.

"Dari tadi ku panggil... Ale... Ale... nanti dikira jualan minuman Ale Ale lagi" Belanya dan di buat cukup lucu karena menambahkan sedikit aksen Inggris, karena ingin mengubah suasana dingin dari tatapan Alesha yang harus Samuel akui sangat menakutkan.

Padahal sebenarnya Samuel memang sengaja memanggil nama Alesha dengan cukup nyaring agar tidak hanya Alesha yang mendengar tapi juga lelaki yang sedari tadi ditatap olehnya.

"Jangan dipikir aku gak tahu kalau kamu sengaja" Ucapnya tutup point lalu melangkah maju. Samuel pun dibuat tertegun, ia lupa jika Alesha tidak mudah tertipu.

"Hahah... Astaga Ale jangan suka suudzon sama orang apalagi aku. Masa aku sengaja manggil dengan nama yang bikin kamu gak nyaman" Bela Samuel dengan di awali tawa canggung nya.

"Kamu tahu alasan nya kenapa aku gak suka di panggil begitu... Jangan membuatku untuk mengingatkan nya lagi" Ucap Alesha dengan tegas bahkan Alesha tak perlu repot menatap mata Samuel untuk mengucapkan itu.

Sedangkan Samuel ia terdiam sesaat, merenungkan kesalahannya walaupun dirinya yakin ini juga demi kebaikan Alesha sendiri, namun trauma gadis itu sudah terlalu parah.

Kini Samuel bisa melihat jika Ryan sekarang berlari menyebut-nyebut nama Alesha sembari menghampiri beberapa wanita. Samuel yakin Alesha menyadari itu tapi dengan santainya gadis ini tidak peduli dan meneruskan langkahnya.

"Gak mau ketemu dulu?" Tanya Samuel pelan.

"Tidak!" Jawabnya singkat.

Satu hal tentang Alesha, ia tegas dalam setiap hal.

"Hey, jangan kayak anak kecil. Bertemu bentar bakal bikin dia berhenti nyari kamu. Kasian loh sudah sepuluh tahun..."

Alesha menghentikan langkahnya kemudian menatap Samuel dingin sedangkan yang di tatap mengalihkan pandangannya kesana-kemari menghindari tatapan Alesha.

"Cobalah untuk diam sejenak, kamu gak tahu apa akibatnya jika sekarang aku bertemu dengannya. Jangan memaksa" Jawabnya lalu meneruskan langkahnya menuju mobil mereka.

Samuel merasa bulu kuduknya merinding dan memutuskan untuk tidak meneruskan perdebatan dengan Alesha kali ini.

"Biar aku yang nyetir" Ucapnya langsung mengambil tempat di kursi supir, di saat seperti ini sangat bahaya jika Alesha yang menyetir. Track record kecelakaan yang disebabkan gadis itu tidaklah main-main.

Sedangkan Alesha dengan tenang membuka pintu mobil tepat di samping Samuel.

"ALESHA BRAMASTYA"

Teriakan itu membuat Alesha menghentikan dirinya untuk masuk kedalam mobil. Panggilan itu, panggilan yang dibuatnya sendiri saat ia masih kecil yang mengkalim dirinya sebagai istri masa depan seorang Ryan Dermawan Bramastya.

"Kenalin... ALESHA BRAMASTYA calon istri di masa depannya kak Ryan" Ucap Alesha penuh percaya diri di hadapan kedua orang tua mereka dan mengundang tawa dari semua orang.

Alesha menolehkan sedikit wajahnya kesamping, sedikit ragu ia hendak membalik tubuhnya. Namun tiba-tiba sebuah bus menghalangi pandangannya pada Ryan dan saat itulah ia teringat akan masa itu.

"KAMULAH PENYEBABNYA... Karena kamu lah gadis murahan itu. Jadi jangan melampiaskan nya kepada orang lain!!"

Alesha menghembuskan nafasnya kasar, kemudian tanpa ragu masuk ke dalam mobil.

Didalam mobil Alesha terlihat mengetuk-ngetukkan jarinya di pintu mobil dengan nafas yang tidak teratur.

Samuel yang melihat itu tentu saja panik " Ale.. kamu gak..." Belum juga menyelesaikan ucapannya Alesha memintanya berhenti berbicara dengan menampilkan telapak tangannya langsung ke wajah Samuel.

"Jalan..." Ucapnya pelan.

"Kak?" Panggil Ara yang duduk di kursi belakang dan dibalas Samuel dengan gelengan kepala seraya menghidupkan mobilnya.

Mood Alesha sangat tidak bagus, terlebih ada luka dan kesedihan di matanya.

Alesha yang sudah mulai tenang kini menatap keluar jendela mobil, ia bisa melihat Ryan berlari kearahnya dan hal itu semakin mengingatkannya akan pertemuan terakhir mereka sekitar 10 tahun yang lalu.

Saat dirinya mengejar mobil Ryan yang pergi meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun padanya.

Alesha masih menatap kaca spion dan melihat Ryan yang terus berlari, sedangkan Samuel makin melajukan mobilnya hingga lelaki itu tidak mampu lagi untuk mengejar mereka.

Samuel mulai bertanya "Jika dari sudut pandang mu, bukankah seharusnya kau senang? Kamu bilang dia selalu membuatmu mengejarnya"

"Tapi kenapa, wajahmu terlihat tidak suka begitu?" Tambahnya.

Hening

Saat dirinya tahu bagaimana rasa sakitnya, Alesha tidak akan bisa tersenyum, bahkan jika itu terjadi pada orang yang pernah menyakiti dirinya sekalipun.

"Karena aku pernah diposisi itu sebelumnya dan berharap siapa pun tidak akan pernah mengalaminya, bahkan termasuk orang itu"

"Tapi tanpa sadar dengan menghindarinya kamu sudah... Membuat dia pernah berada di posisimu sebelumnya" Ucap Samuel.

"Aku hanya memenuhi permintaannya, untuk jangan pernah muncul di hadapannya lagi"

"DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU LAGI!" Teriak Ryan, mata pemuda itu menatap tajam dan penuh kemarahan pada Alesha.

Bahkan Alesha masih ingat dengan jelas teriakan lelaki itu dan juga tatapannya, jadi bagaimana mungkin ia tidak melakukan apa yang lelaki itu inginkan hingga saat ini.

"Lagi pula aku bukanlah orang yang pantas untuknya" Tambahnya.

~~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status