Share

Bab 7 Wanita dalam Hujan

"Bahkan dulu, jika Alesha memilih matipun kita akan terima daripada melihatnya hidup tapi... Seperti orang mati"

"Hm... Iya, gue mau langsung ketempat Ara, sekalian jemput dia"

Alesha pun memandang ke luar jendela seraya terus mendengarkan suara di ujung teleponnya.

"Iya Mila... Kalau gak kemalaman, gue mampir" Ucap Alesha, kemudian mematikan panggilan telepon tersebut setelah mendengar jawaban dari yang bersangkutan kemudian meletakkan Hpnya di atas meja.

Alesha berjalan menghampiri sisi ruangan yang lain dan langsung membuka jendela ruangannya, memandang langit yang sudah mulai gelap, karena jam telah menunjukan pukul 6 malam.

Alesha pun bisa merasakan segelintir angin yang berhembus lumayan kencang, sepertinya malam ini akan turun hujan. Ia menghela nafasnya lelah, Seharusnya sekarang dirinya menemani Ara untuk gladi bersih tapi pekerjaannya benar-benar menumpuk. Di tambah lagi Alesha tidak tega membiarkan pegawainya harus lembur.

Alesha memijit pelipisnya pelan, sungguh melelahkan tapi ia juga harus bersyukur karena berkat pekerjaannya lah dirinya mampu mengalihkan segala pikiran buruknya.

Drrrrtttttt

Alesha pun menengok kebelakang karena mendengar suara panggilan masuk di Hpnya. Lalu ia berjalan kearah meja tempat di mana tadi ia meletakan Hpnya.

Setelah melihat nama yang tertera di Hpnya Alesha pun tanpa ragu langsung menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hm?"

Alesha mengerutkan keningnya mendengar penjelasan dari seseorang yang berada di ujung telepon sana, ia merasa kepalanya agak pusing saat mendengar apa yang di katakannya.

"Terima kasih infonya" Lalu langsung mematikan panggilan tersebut.

Lagi-lagi batinnya, kini mereka bahkan bertengkar dengan salah seorang pengunjung. Tidak bisakah mereka berkelahi satu sama lain saja tanpa membawa orang lain?

"Bima... Mila... Kalian ini... Benar-benar!" Gumam Alesha sedikit kesal kepada kedua sahabatnya itu.

Alesha pun langsung mengetik kan pesan di Hpnya.

~~~

Ale

Kalian bikin keributan lagi?

Mila kalang kabut mendapat chat dari Alesha dan langsung memasukan Hpnya kedalam Tas. Lalu menatap sinis Ryan.

"Ngapain ngintip Chat orang!! Gak sopan banget deh"

"Dan juga apa tadi lo bilang? Kesalahan yah? Kalau gitu kita harus terima kasih. Berkat kesalahan itu Bunda jadi tukang masak, Ara dan Ari jadi tukang kebun terus Ale harus jadi tukang jahit. Kita mewakili Ale mengucapkan terima kasih sekali loh" Tekan Mila ingin membuat kedua orang itu merasa bersalah.

Nayla menutup mulutnya tidak percaya mendengar itu kemudian meneteskan air matanya, ia sedih mendengar kehidupan keluarga Ayah tirinya sekarang. Seberat apakah kehidupan yang di jalani mereka, hingga semua harus bekerja?

Bima benar-benar ingin tertawa mendengar kata ganti yang digunakan oleh Mila, jika Alesha tukang jahit berarti Mila apa? pembantu nya tukang jahit. Tapi Bima menutup mulutnya rapat.

Mila menendang kaki Bima dari bawah meja seakan memberi isyarat untuk jangan tertawa.

"Jangan mendramatisir..." Desis Ryan antara tidak yakin dengan yang di katakan Mila.

Mila membuang nafasnya kasar mendengar desisan Ryan.

"Dramatisir? Oke gue bisa menceritakan kehidupan sahabat gue dengan sangat dramatisir mau denger..." Ucap Mila yang akan memulai sebuah cerita dengan tangan berlipat di dada.

"Setelah ditinggalkan Ayahnya karena seorang pelakor" Uacap Mila lalu menatap tajam Nayla yang langsung mengalihkan pandangannya karena menangis.

"Dan juga di sebut murahan oleh seseorang yang di cintainya" Kemudian menatap Ryan dengan sinis.

"Dan setelah sepuluh tahun mereka kembali dengan sebuah alasan yaitu Penyesalan. Cuiiih..." kekeh Mila.

"Penyesalan? Jangan bikin gue ketawa deh. Lo bilang penyesalan tapi masih berhubungan baik dengan sebuah subjek yang buat kalian begini. Lo pikir aja apa yang ada di pikiran Ale?" Akhirnya Mila bisa mengutarakan isi pikirannya setelah sepuluh tahun lebih dan entah kenapa dadanya membuncah bahagia setelah mengatakan itu semua.

Ucapan Mila terasa menusuk hatinya. Semua yang dikatakan Mila benar, apa yang akan di pikirkan gadisnya jika selama ini dirinya masaih berhubungan baik dengan Nayla, sudah di jamin jika Alesha nya malah akan semakin membencinya.

Namun ditengah itu semua lagi-lagi Ryan dengan otak cerdasnya menangkap sesuatu dari ucapan Mila.

"Ale itu apakah Alesha?" Tanya Ryan tiba-tiba, setelah menyadari jika Mila memanggil Alesha dengan sebutan Ale, padahal seingatnya dulu panggilan Alesha bukan itu dan juga Chat tadi...

Mendengar Ryan menyebut nama panggilan Alesha yang baru, membuat Bima pun langsung buka suara untuk mengalihkan pembicaraan.

"Lo tahu gak? Bagaimana menderitanya Alesha dulu saat bokap nya ninggalin dia. Dan saat lo juga ninggalin dia? Bahkan gue rasa apa yang dia alami setelahnya seperti sebuah neraka dunia" Ucap Bima tenang akhirnya buka suara.

Sontak hal itu membuat Ryan menatap bingung pada Bima, Apa maksudnya?

"Bahkan dulu, jika Alesha memilih matipun kita akan terima daripada melihatnya hidup tapi... Seperti orang mati" Ucap Mila menyambung apa yang ingin di katakan oleh Bima.

"Dia masih bisa hidup sampai sekarang aja bagaikan sebuah keajaiban. Namun sampai saat ini gue yakin dia masih menderita" Sambung Mila dan menarik nafasnya pelan, dadanya seketika terasa sesak saat membicarakan masa lalu.

Bima kembali terdiam, mengingat masa lalu yang begitu buruk pernah terjadi pada Alesha. Beberapa tahun yang lalu adalah titik terpuruk sahabat nya. Tentu saja Bima tahu, karena ia berada di sana saat Alesha di temukan dan jika teringat tatapan sahabatnya dulu ia tidak yakin jika Alesha bisa bertahan.

"Kalian semua gak bakal paham apa yang Alesha alami. Karena kalian meninggalkannya dulu..." Ucap Bima kini ekspresinya berubah jadi dingin.

D sisi lain, Ryan dan Nayla yang mendengar kabar itu sontak tertegun. Dan rasa bersalah semakin menyesakkan dada Ryan.

"Untuk itu biarkan Alesha bahagia tanpa kalian, jangan pernah mengusik atau mencarinya. Katakan itu juga pada Tuan Daniel." Sambung Mila lalu berdiri dari kursinya dan di ikuti oleh Bima.

Tentu saja Mila dan Bima tidak ingin usaha Alesha untuk sembuh berubah sia-sia akibat kembalinya orang-orang dari masa lalunya, tidak akan mereka biarkan itu terjadi.

~~~

Ryan melajukan mobilnya kencang. Pikirannya kacau balau, karena setelah sekian lama akhirnya ia mendapat kabar prihal kabar akan kehidupan Alesha.

Ryan tidak tahu harus bersyukur atau apa, di satu sisi ia bahagia bisa mendengar sesuatu tentang hidup Alesha, namun tetap saja ia tidak tenang saat mendengar bagaimana menderitanya Alesha.

Seandainya dulu ia tidak mengatakan itu pada Alesha.

Seandainya dulu ia ada disaat Alesha membutuhkan dukungannya.

Ryan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan dan langsung di sambut dengan hujan yang mengguyur lebat, pikirannya benar-benar kacau. Ia memukul stir mobilnya dan berteriak frustasi, marah akan dirinya sendiri.

"Alesha..." Lirih Ryan menyebut nama Alesha.

"Bahkan dulu, jika Alesha memilih matipun kita akan terima daripada melihatnya hidup tapi... Seperti orang mati"

Teringat dengan perkataan Mila, ia mulai bertanya-tanya bagiamana jika Aleshanya dulu lebih memilih mengakhiri hidupnya? Apa yang sebenarnya terjadi, seingatnya Alesha adalah gadis yang tidak pernah putus asa.

"Alesha apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Ryan menutup matanya menahan setetes air mata yang sebentar lagi akan keluar dari pelupuk matanya.

"Kalian semua gak bakal paham apa yang Alesha alami. Karena kalian meninggalkannya dulu..."

"Maafkan aku Alesha... kumohon katakana apa yang bisa kulakukan untuk memperbaiki ini semua" Mohon Ryan sangat putus asa, juga kerinduan yang semakin membuncah di dadanya kepada gadisnya.

"Ale" Pikir Ryan tiba-tiba. Lalu ia teringat jika Mila bilang Ale jadi tukang jahit?

Tunggu, ini belum berakhir. Ia masih ada kesempatan selama nafasnya masih berhembus.

Ryan pun membuka pencarian di G****e.

Kata kunci pertama yang di masukannya Alesha, Ale, Tailor, Desainer, Jahit, Toko, Fashion, Butik.

Banyak pencarian yang muncul.

Cakupan wilayah terlalu besar. Ia menambah kan lagi kata kunci Surabaya, Jakarta.

Dan setelah mencari sekitar lima belas menit lebih ia mendapatkan satu, Ale ButiQ. Tiga puluh menit dari tempatnya sekarang. Setelah menimbang-nimbang akan hal konyol yang di lakukannya, ia pun memilih untuk menuju ButiQ tersebut.

Tidak sulit mencari nya karena ButiQ itu berada di tempat yang cukup strategis. Bahkan tanpa menggunakan g****e map sekalipun mudah untuk di temukan.

ButiQ berlantai 2 dengan nuansa putih yang lebih dominan. Namun sayangnya ButiQ itu sudah tutup, tapi masih terlihat ada satu mobil yang terparkir dan juga satpam yang duduk santai di depan ButiQ tersebut.

Ryan pun sempat berpikirr untuk pulang dan kembali esok, tapi entah kenapa perasaan nya mengatakan jika ia harus menunggu si pemilik mobil keluar.

Ryan memarkirkan mobilnya di samping ButiQ yang kebetulan ada sebuah ATM. Ia tak ingin terlalu kentara jika memarkirkan mobilnya di depan ButiQ.

Hujan masih mengguyur lebat dan udara dingin membuatnya harus mematikan AC mobilnya. Ryan menghela nafasnya frustasi! Apa yang sedang ia lakukan? Sudah setengah jam lebih Ryan menunggu sang pemilik mobil yang bahkan tak dikenalnya, konyol memang.

"Astaga apa yang kulakukan..." Rutuknya.

Tapi saat memikirkan kekonyolan nya itu, ia melihat seorang wanita keluar dari ButiQ lalu berbicara dengan satpam. Ryan tidak bisa melihatnya karena wanita itu membelakanginya dan hujan membuat jarak pandanganya agak kabur.

Wanita itu adalah Alesha. Ia keluar dengan membawa payungnya.

"Pak kunci ada pintu. Kalau dingin masuk aja kedalam. Ada air panas untuk buat minum" Ucap Alesha pada Satpam yang berjaga malam di ButiQ nya.

"Siap Mba" Balasnya dengan gaya memberi hormat.

Alesha yang melihat itu tersenyum simpul mengelengkan kepalanya.

"Hati-hati mbak" Ucap pak satpam saat di lihatnya sang pemilik butik membuka payungnya.

Dari sudut pandang Ryan, ia melihat wanita itu membuka payungnya dan berjalan mendekati mobil yang terparkir di depan ButiQ, hujan deras benar-benar membuatnya kesulitan mengenali wanita itu, apalagi payungnya membuat wajah wanita itu benar-benar tidak begitu kelihatan.

Ryan membuka dashbor mobilnya untuk mengambil kacamatanya, namun sialnya ketinggalan di kantor.

Kemudian saat wanita itu berada di samping pintu mobil, wanita itu mengangkat sedikit payungnya seolah hendak menyangga di bahunya. Dan saat itulah...

~~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status