Share

2. To take or not to take

SABRINA

Sabrina melirik ke arloji di tangannya, agak mepet mudah-mudahan dia bisa sampai kantor tepat waktu untuk memimpin rapat bulanan. Dia memikirkan interview baru saja dengan bos SAP group, sebenarnya dia tidak begitu menginginkan pindah dari tempatnya sekarang bekerja karena dia sangat menikmati pekerjaannya. Disamping itu sang bos tidak banyak turut campur yang membuat dia bebas melakukan kebijakan tanpa merasa terlalu di monitor, tetapi rayuan dari perusahaan head hunter bikin dia luluh untuk datang interview. SAP group adalah salah satu perusahaan sukses di Indonesia, bekerja buat SAP tidak hanya akan mendapatkan paket yang menggiurkan tetapi juga sangat prestisius apalagi untuk orang yang mempunyai ambisi besar seperti Sabrina. “Just try, maybe you will like it” kata pihak head hunter, and there she is menyelesaikan interview.

Walaupun agak skeptis, setelah bertemu dengan Samudra abimanyu pemilik SAP group pikiran skeptisnya agak luntur. Samudra jelas seorang muda yang berambisi dan berpemikiran besar, kalau tidak mana mungkin dia bisa mempunyai perusahaan sebesar SAP yang rumornya dirintis sendiri dari nol. Dan ternyata lebih ganteng ketimbang yang biasa dia lihat di koran atau majalah, sangat charming dan pandai membuat orang lain seperti menjadi pusat perhatian. Pantas saja dia dikabarkan sering gonta-ganti wanita, pastinya banyak wanita yang dengan suka rela kepincut dengan dia. Muda, kaya, ganteng!

Dia tersenyum sendiri menyadari kekonyolan pikirannya. So what kalau dia ganteng dan gonta-ganti perempuan. Handphonenya berdering, dia merogoh tas, melihat caller ID di layar handphonenya membuat dia tersenyum riang. “Hi hon” sapanya dengan hangat.

“Gimana interviewnya?” suara laki-laki di seberang sana, yang adalah pacar Sabrina. Namanya Teddy, mereka sudah cukup lama berpacaran. Terlalu lama malah, di mana keluarga Sabrina sudah menganggap Teddy adalah bagian dari keluarga dan juga sebaliknya. Tidak hanya pacar, Teddy juga sahabat Sabrina, dimana dia bisa berkeluh kesah tanpa perlu khawatir untuk merasa dihakimi. Teddy adalah pendengar setia Sabrina, tempat dia menyandarkan kepala ketika sedang resah, tempat dia bercerita kalau ada kejadian lucu atau menyebalkan. Buat Sabrina, Teddy is her other half.

“Interesting” jawab Sabrina, dia terlintas sesi interview. Samudra mengenakan setelan suit berikut vest warna biru, terlalu terang untuk pria kebanyakan tetapi terlihat sangat pas untuk Samudra. Rambut agak gondrong apalagi untuk eksekutif seperti dia, tapi lagi-lagi rambut agak gondrongnya terlihat sangat pas.

“And…?” tanya Teddy di seberang sana menanti. Sabrina menggelengkan kepala cepat seperti ingin membuang bayangan Samudra dari kepalanya.

You know SAP group, mereka nawarin paket yang sangat menggiurkan” dia kehilangan detail untuk menerangkan interviewnya, karena yang mondar – mandir di kepala adalah Samudra. Aneh pikirnya. “Will you take it?” tanya Teddy agak tidak sabar.

It’s definitely an interesting offer, tapi…hhmm aku suka kerjaanku sekarang. Bu Rima dan para kolega sudah seperti keluarga” walaupun dia tidak mengatakan tapi dalam hati ada sesuatu yang mendorong dia untuk menerima pekerjaan di SAP group. Is it the money or Samudra? Beuh Samudra lagi pikirnya. Untung Teddy tidak bisa membaca pikirannya, kalau tidak….totally busted.

“Take it” kata Teddy. “Bagus buat karir kamu, apalagi kalau paketnya menarik kan?”.

“Aku pikir juga begitu” respon Sabrina, lagi-lagi dia bersyukur Teddy tidak bisa membaca pikirannya.

Tidak  butuh waktu lama SAP group mengontak Sabrina untuk mengkonfirmasi bergabungnya dia ke perusahaan tersebut dan minta dipercepat. Dia sedikit playing hard to get, memberi tahu bahwa akan sulit untuk mempercepat waktu bergabung. Dua bulan paling cepat. Kalau mereka memang butuh aku mereka akan menunggu, pikir Sabrina. Dari yang dia tahu sepertinya SAP cukup ngebet untuk mendapatkannya. Lagi pula dia berencana untuk mengambil beberapa hari libur sebelum bergabung dengan SAP, bisa menghabiskan waktu berdua dengan Teddy ke Bali mungkin, atau ke Raja ampat? Semua orang sepertinya sudah pernah ke Raja ampat kecuali dia. jadi sepertinya ini ide yang brilian, walaupun Teddy tidak tahu menahu dengan ide fantastiknya.

Dia mulai meneliti web perjalanan ke Bali dan Raja ampat, membayangkan hal-hal yang bisa dilakukan berdua saja. Menikmati angin laut, tanpa memikirkan deadline dan target pekerjaan. How relaxing.

Ibu Rima sang bos tentunya sangat terkejut ketika Sabrina memberi tahu bahwa dia mengundurkan diri dari perusahaan. Bagi Ibu Rima Sabrina adalah salah satu tulang belakang perusahaannya, salah satu asset penting dan baginya Sabrina bukan hanya salah satu staf tapi juga keluarga. Tawaran yang diberikan sang bos membikin Sabrina berpikir ulang. Apakah keputusan bijak untuk berpindah pekerjaan?

“Stick to SAP” kata Teddy ketika dia minta pendapatnya. Sepertinya Teddy lebih antusias untuk Sabrina pindah ke SAP group. “Bigger company, bigger opportunity” begitu alasan Teddy, dalam hati Sabrina mengamini alasan tersebut. Membayangkan kesempatan yang akan dia dapat di perusahaan sebesar SAP group, travel, deal-deal yang lebih besar. Semuanya menggiurkan. Tetapi meninggalkan perusahaan dia sekarang juga bukan sesuatu yang mudah.

Dia menutup buku yang berada di tangannya lebih dari 30 menit tetapi tidak dibaca karena pikirannya sibuk menimbang pindah atau tidak pindah. Tiba-tiba sosok Samudra melayang-layang lagi dipikirannya. Samudra yang memakai suit elegan berwarna biru muda, duduk dengan jemari menopang dagu. Samudra yang mendengarkan Sabrina dengan seksama ketia dia berbicara, seolah – olah Sabrina adalah orang paling menarik di dunia.

Apa-apaan sih ini? pikir Sabrina sembari menepuk jidatnya sendiri. Sosok Samudra memang sering menjadi tamu tak diundang yang tiba-tiba muncul di kepala Sabrina. Dan tidak seperti jelangkung yang bisa pergi tanpa diantar, sosok Samudra ini cenderung malas beranjak dari pemikirannya.

Konyol!

Dia dikagetkan dengan bunyi handphone. Nomor tak dikenal, pikirnya. “Halo”.

“Halo, apakah saya berbicara dengan Sabrina larasati?” suara seorang laki-laki diujung sana. Suara yang…kok sepertinya dia kenal. Otaknya mencoba berpikir keras untuk mengingat siapa pemilik suara ini. “yes” jawab Sabrina singkat dan dia belum berhasil menemukan nama si pemilik suara.

“Halo Sabrina. Ini Samudra abimanyu dari SAP group”.

SAMUDRA!!

Mendadak pikiran Sabrina seperti melonjak. Dia menutup mulutnya dengan tangan seolah-olah takut Samudra bisa membaca raut muka kagetnya. But wait….kenapa dia menelpon jam, dia melirik jam ditangannya. Hampir jam 9 malam.

“Sabrina miss hard to get” lanjut Samudra dengan nada rileks bercanda. “Saya menelpon ingin berdiskusi tentang jadwal bergabung kamu ke SAP group”.

What?! Really?! Dia perlu menelpon sendiri tentang masalah ini? Tiba-tiba ada keinginan untuk bertemu dengan Samudra, melihat sosoknya lagi.

 “Saya sudah berkomunikasi dengan pihak HR SAP” ajaibnya Sabrina bisa merespon dengan normal malah cenderung businesslike. Dia terheran – heran dengan responnya sendiri yang tidak sinkron dengan otaknya yang sedang berjumpalitan.

About that, saya berharap kamu bisa mempercepat jadwal bergabung. Saya sudah menyiapkan big plan buat kamu tetapi ada beberapa hal yang harus saya diskusikan dengan kamu secepatnya” kata Samudra dengan nada persuasif tapi cukup tegas.

“Let me see what I can do” Sabrina merespon masih businesslike dan sedikit jual mahal.

“You can do by moving earlier” Samudra tetap persuasif.

Sabrina memberikan jeda beberapa saat, bukan karena berpikir tetapi lebih untuk memberikan kesan jadwal lebih awal benar-benar pilihan sulit. “Ok, mungkin dua minggu lebih awal?” no…no…no…bagaimana dengan rencana liburan bersama Teddy? Rileks di pantai? Menikmati angin laut?

“Make it three!” Samudra bersikeras.

“Mungkin saya bisa meluangkan satu hari di awal bulan depan untuk berdiskusi tentang plan pekerjaan?”

NO! What?! Why?

Sabrina mulai pusing sendiri dengan mulut dan otaknya yang kelihatan tidak sinkron, mungkin dia harus check ke dokter besok untuk memastikan tidak ada syaraf yang terganggu.

Deal! Let me know kapan kamu bisa datang ke kantor ok” kata Samudra terdengar lega, dan biarpun tidak bisa melihat Sabrina yakin Samudra tersenyum di ujung sana. Dan dia membayangkan Samudra yang tersenyum, sambil menutup telepon. Sabrina melamun sejenak lalu menggelengkan kepala. Konyol! Pikirnya.

So, dia sudah membikin keputusan besar tanpa kekompakan antara si otak dan si mulut. Refleks Sabrina mencari nomor Teddy di layar handphonenya, harus bilang ke Teddy. Dia adalah orang tempat Sabrina berbicara kalau sedang sedih, gembira atau ada kejadian konyol seperti sekarang. Oh wait, jangan telpon. Bagaimana kalau Teddy cemburu. Pikirnya lagi, sembari mengerutkan alis. Tetapi bagaimana bisa cemburu, dia tidak selingkuh atau apa. It was only a business talk, pikir Sabrina mencoba menenangkan diri sendiri. Business talk! Dia mencoba menekankan pemikiran itu ke dalam otaknya, seolah – olah akan berhasil mebuat dia lebih tenang.

OK, mungkin bukan ide cemerlang untuk menelpon Teddy.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status