Share

4. Gula dan para semutnya

SABRINA

D day.

Hari pertama Sabrina akan bekerja di SAP group. Entah kenapa dia agak gelisah beberapa hari sebelumnya, bukan karena dia berpikir telah membuat keputusan yang salah tetapi resah menunggu untuk masuk kantor. Mencoba pekerjaan baru? No, definitely not that. Bos yang ganteng itu? Dia buru-buru menendang pikiran konyol itu dari dalam otaknya dan menggantinya dengan sosok Teddy. Sang pacar idaman yang sudah bertahun-tahun menemaninya dalam suka dan duka. Bahkan Teddy pun sangat suportif dengan keputusan Sabrina “akan sangat bagus buat karir kamu hon” begitu katanya, ketika Sabrina kelihatan agak ragu karena lokasi kantor SAP group yang cukup jauh dari kantor Teddy terutama dengan kemacetan Jakarta. “Kuningan – Sudirman sejauh apa sih” imbuh Teddy.

Sore sebelumnya dia sibuk memilih outfit untuk keesokan paginya. Dia memang selalu menyiapkan outfit kerja sehari sebelumnya, tapi biasanya tidak serepot ini. Setelah tempat tidur dipenuhi tumpukan baju, akhirnya dia memilih blus putih pendek yang dipadankan dengan rok pensil dibawah lutut berwarna hitam. Pump heels warna hitam melengkapi outfit kerjanya. Simple, classic dan elegant!

Samudra sang bos sudah mengenalkan dia ke para staf di teamnya, juga lokasi kerja. Dia akan membawahi 10 orang di team A, cukup besar dibandingkan dengan kantornya yang dulu dimana dia hanya mempunyai 5 orang staf. Ruang kantornya cukup cozy, dengan view gedung perkantoran lainnya di kawasan bisnis Sudirman Jakarta.

Lift yang membawa dia ke lantai 20 di mana dia berkantor terbuka. SAP group mempunyai empat lantai penuh di gedung perkantoran ini dan ruangan kerja Sabrina satu lantai dengan ruangan kerja sang bos.

Dekorasi area resepsionis sangat mewah dan elegan, dengan beberapa sofa hitam untuk menunggu. Sang resepsionis yang sudah mengenali Sabrina menyambutnya tersenyum “silahkan ke ruangan Pak Samudra mbak” katanya dengan ramah. O hoo akan bertemu dengan the boss lagi, pikirnya. Tiba-tiba ada perasaan senang muncul.

Sekertaris Samudra, atau mulai dari sekarang Pak Samudra, yang bernama Nia mempersilahkan dia masuk. Melihat dari appearance sang bos yang muda dan tampan, ditambah dengan julukan womanizer Nia seperti seseorang yang salah tempat. Orang pasti akan membayangkan sekertaris Samudra adalah perempuan muda dan cantik. Tapi Nia jauh dari kategori itu. Nia adalah wanita keibuan yang terlihat sudah hampir mendekati 50 tahun, jauh dari kesan cantik apalagi sensual tetapi mempunyai aura yang sangat “sharp”. Mungkin kenapa dia menjadi sekertaris andalan Samudra, bukan karena fisik tapi kemampuan.

And there he is. Kali ini dengan setelah suit berwarna abu-abu, lagi-lagi sangat pas buat dia. Sabrina mulai berfikir bahwa laki-laki ini bisa saja mengenakan kaos oblong rombeng tetapi akan tetap terlihat ganteng. Rambutnya dipotong pendek sekarang, lebih bergaya eksekutif, dia berfikir mana yang lebih menarik, rambut agak gondrong atau pendek smart seperti sekarang. Hhhmm….dua-duanya.

Kepala HR juga berada di sana, menyambut Sabrina dengan senyuman ramah. Dia adalah laki-laki dengan aura kebapakan dan adem.

Welcome Sabrina” Samudra berdiri, senyum hangat tersungging dari bibirnya. Dia menjabat tangan Samudra dalam jarak di mana dia mencium aroma after shave masculine yang lembut. Sabrina menghirup nafas dalam-dalam, memerintahkan otaknya untuk mengingat aroma ini. Ada getaran aneh setiap dia menjabat tangan Samudra, sesuatu yang pernah dia rasakan dulu. Dulu sekali, dia hampir lupa apa dan bagaimana rasanya.

Mungkin memang pindah ke perusahaan ini adalah keputusan yang sangat tepat, supaya dia bisa menikmati sosok tampan ini setiap hari. Well, technically tidak setiap hari karena sabtu minggu kan libur, pikirnya melantur.

Entah hanya pikirannya atau sang bos memang terlihat lebih ganteng dari terakhir kali mereka bertemu. Bahkan terlihat lebih charming dari photo di majalah yang dia lihat kemarin ketika dia ke salon. Bukan berarti dia perlu terlihat stylish atau apa di kantor baru, dia hanya perlu merapikan rambut. That’s it!

Sekalian blow.

O well, ya…supaya lebih fresh….dan stylish. Seperti dia bekerja sebagai model saja, yang perlu terlihat stylish untuk datang ke kantor.

Anyway dia melihat foto Samudra terpampang, dengan perempuan cantik tentunya di salah satu pesta yang terlihat glamor. Dia terlihat sangat tampan dengan tuxedonya, tidak kalah dengan bintang film manapun dan wanita yang menggandeng dia manja, who is she? Pacar?

Penasaran Sabrina mengoogle “Samudra Abimanyu”. Jujur, siapa yang menggoogle sang bos sebelum masuk bekerja. Perusahaan iya, tapi boss?

 Berderet – deret artikel muncul tentang si pengusaha muda ini, tidak cukup satu halaman tentunya. Dan banyak foto-foto dengan perempuan yang berbeda-beda. Semuanya cantik.

Memangnya kenapa kalau dia berganti-ganti wanita. None of my business, pikirnya agak kesal.

Samudra memberi briefing sebentar sebelum bapak kepala HR membawa dia ke ruang meeting. Briefing lagi dengan sususan jadwal “pengenalan”. Ini salah satu yang dia tidak suka dengan tempat kerja baru, terlalu banyak pengenalan. Satu pengenalan saja dan biarkan dia terbang bebas untuk mengeksplorasi pekerjaan dia.

Dia meneliti sususan jadwal, tidak ada acara “pengenalan” dengan sang bos. Agak kecewa Sabrina menyemangati diri “I am here to work, bukan untuk flirting dengan sang bos!”.

****

Hari ketiga, dia mulai terbiasa dengan tempat kerja barunya. Para stafnya, business market, lokasi mesin kopi yang tentu saja sangat krusial karena dia tidak bisa memulai hari tanpa kafein. Lokasi yang ternyata juga sangat krusial di lantai ini, sang bos yang ternyata suka membuat kopi sendiri ketimbang menyuruh salah satu dari dua sekertarisnya itu. Dan setiap dia berada di ruangan kopi – begitu dia menyebutnya, mendadak tempat itu ramai dengan para staf terutama perempuan yang terlihat terlalu ramah. Seperti semut mengerumuni gula. Sang bos adalah gulanya, bukan si mesin kopi tentunya.

Lokasi mesin kopi yang hampir berada di seberang ruang kerjanya, membuat Sabrina suka mengamati “fenomena” gula dan semut ini. Fenomena yang sedang terjadi, sekarang !

Sang bos yang hari ini mengenakan kemeja maroon dengan dasi berwarna sedikit agak tua dan pantalon abu-abu. Laki-laki mana yang pergi ke kantor dengan kemeja maroon?

Si bos! Dan yap, warna apapun sangat cocok di badannya.

Beberapa staf wanita berkerumun di sekitar sang bos, terlihat sangat ramah dan mungkin bertanya “Bapak terlihat ganteng deh hari ini” atau “Will you take me to dinner pak…pleaseplease” dengan nada klepek-klepek. Ok, itu cuman halusinasi Sabrina belaka. Di lain pihak sang bos terlihat meladeni “keramahan” para stafnya dengan sopan. Huuu…dasar laki-laki, pikirnya kesal.

Sabrina menatap layar laptopnya dengan sesekali melirik ke arah lokasi mesin kopi. Dia belum mendapatkan jatah kafein pagi ini, menimbang-nimbang antara pergi ke arah kerumunan itu sekarang untuk secangkir kopi atau menunggu sampai si gula pergi. Tiba-tiba kopi menjadi hal krusial yang sulit untuk diputuskan. Dia mendongakkan kepala ke arah mesin kopi untuk mengecheck kerumunan, dan tiba-tiba pandangan matanya bertemu dengan Samudra yang untuk alasan yang sangat jelas tidaklah jelas sedang melihat ke arah Sabrina.

Smile….not to smile? quick decide!

Sabrina mengangguk sembari tersenyum tipis dan dengan cepat-cepat mengarahkan pandangan ke arah laptopnya lagi. Phewww….hampir saja tertangkap basah, pikirnya.

Dia menyibukkan diri melihat deretan e mail di inboxnya, walaupun pikirannya masih penuh dengan Samudra dan senyumnya. Fokus Sabrina, kamu di sini bekerja bukan untuk flirting dengan bos kamu. Perintahnya ke diri sendiri.

“Selamat pagi” suara dalam seperti penyiar radio yang sudah dia kenal.

“Selamat pagi Pak” jawab Sabrina mencoba serileks mungkin, seolah-olah kejadian mereka kebetulan bertatapan pandang bukanlah hal besar. Samudra berjalan ke arah meja kerja dia dan duduk di seberangnya. Lagi-lagi aroma maskulin yang lembut itu. Bagaimana mungkin dia bisa fokus bekerja kalau kehadiran sang bos selalu sukses membuatnya salah tingkah.

How is your third day? Sudah mulai biasa dengan kantor?”

Sudah pastinya, sudah terbiasa dengan kerumunan gula dan semut di area mesin kopi. Tapi oh noo…masih belum terbiasa dengan si bos yang sangat menawan ini.

“Semua orang di kantor sangat helpful” ya itu benar, tapi the boss…the boss…bagaimana kamu bisa terbiasa dengan makhluk tampan yang sekarang duduk di depan kamu ini. Ingat Sabrina kamu punya Teddy, yang selalu setia menemani kamu, mendengarkan cerita kamu, tertawa mendengarkan joke kamu yang tidak lucu. But look at that…cara dia memegang cangkir kopipun sangat menawan!

“Kalau kamu perlu bantuan apapun, ruangan saya selalu terbuka”

Sabrina mulai mengarang beberapa opsi yang memungkinkan untuk meminta bantuan sang boss. “Terimakasih Pak, team saya sangat membantu untuk mempermudah pekerjaan saya. But I will keep that in mind”.

Handphone Sabrina yang terletak ditengah meja berdering, nama “mon amour” dengan photo Teddy dibawahnya melunjak-lunjak dengan gembira seakan-akan memohon perhatian Sabrina. Agak salah tingkah dan canggung dia mematikan hanphone dan menaruhnya terbalik.

“Silahkan angkat telponnya. Sepertinya dari seseorang yang sangat penting” kata Samudra sambil tersenyum.

Bersambung....

Suwati van Rooij

Hello, selamat datang di novel pertama saya. Semoga para pembaca menikmati, enjoy

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status