Share

5. Cemburu

SAMUDRA

“Mon amour” Samudra merasa tidak senang terhadap laki-laki yang bahkan bertemupun belum pernah. Mon amour, pasti yang dia bilang “boyfriend” itu. How lucky, ada perasaan cemburu melintas. Tunggu? Cemburu?

 Kok bisa?

Sabrina bukan siapa-siapa dia, hanya salah satu staf. That’s it! Ingat itu Samudra, dia adalah salah satu staf kamu dan pantangan buat kamu untuk berkencan dengan staf kamu!

Pantang!

Samudra mencoba mencamkan pemikiran itu dalah-dalah walaupun dia sendiri merasa kurang yakin.

Dia mulai mengandai-andai pilihan untuk mendapatkan Sabrina, sebagai pacar tentunya. Bagaimana konsekwensinya dengan kantor. Tapi toh ini perusahaan dia, siapa yang berani protes. Lagipula dia bebas untuk jatuh cinta dengan siapa saja.

Tunggu. Jatuh cinta?

Jatuh cinta like falling in love? Samudra mengerutkan kening seolah – olah itu adalah ide konyol. Dia tidak ingat kapan dia pernah jatuh cinta. Walaupun banyak wanita yang mondar – mandir dalam hidupnya, bukan berarti dia jatuh cinta terhadap mereka, atau tidak satupun dari mereka. Am I really that bad ? Pikirnya.

Sepertinya hari ini dia kurang waras.

“Ini dokumen-dokumen yang bapak harus tanda tangani” Nia menyerahkan setumpuk map, menunggu tanda tangan sang boss.

“Urgent?”

“Bisa menunggu Pak, tapi harus hari ini. Dan Christina sudah menelpon tiga kali pagi ini”

Samudra menopangkan tangan di dagu dengan pandangan ke arah sang sekertaris “am I really that bad Nia?”

Agak kaget dengan pertanyaan dari sang bos “maksudnya Pak?”, walaupun dia tahu persis apa yang dimaksud dari si bos. Wanita-wanita itu, para mantan pacarnya, ataupun mantan teman kencannya, apapun sebutannya. Samudra tidak pernah menyebut mereka adalah pacar “hanya kencan” katanya suatu kali. Karena selain urusan dengan wanita, Samudra adalah gambaran a perfect boss! Dia sangat perhatian dengan para staf, cenderung royal. Memastikan well being para pekerjanya dan supaya mereka tidak over worked.

You know…dengan para….all those woman?” kali ini menyandarkan punggung di kursi.

“Bapak yang suka gonta-ganti pacar maksudnya?”

“Hanya kencan Nia, bukan pacar!” kata Samudra tegas, seolah-olah pacar dan kencan adalah sesuatu yang jelas-jelas beda.

“Mungkin sudah waktunya bapak mencari seseorang untuk serius, the clock is ticking Pak” kata Nia jenaka.

“OK…ok…saya sudah punya satu Ibu, dan itu sudah cukup. Kamu tidak perlu mengingatkan hal yang sama”

“Dan Christina Pak?” tanya Nia mengingatkan.

“I will handle her” walaupun dia tidak tahu lagi bagaimana harus “menghandle” wanita ini.

Diawal mereka berkencan, Christina terlihat sebagai sosok yang cukup charming. Dengan muka lembut, rambut sebahu ditambah bibirnya yang sesensual Angelina jolie. Mereka bertemu di salah satu pesta sosial di Jakarta. Bisa dibilang Christina adalah partner menarik untuk berbincang-bincang. Setelah pertemuan tersebut, mereka beberapa kali bertemu. Dinner, lunch, tidak teratur tetapi cukup sering.

Semakin lama ternyata Christina adalah wanita yang sangat obsesif. Setiap hari dia bisa lima sampai sepuluh kali telpon untuk mengetahui jadwal Samudra. Samudra mulai mundur, dengan baik-baik mengatakan bahwa mereka berdua harus “move on” yang ditolak degan tegas oleh Christina. Mulai mengatakan hal-hal aneh bahwa “they made for each other”, dia adalah bagian tulang rusuk Samudra hampir terdengar seperti lagu melow tahun 80an. Lagipula tulang rusuknya utuh dan baik-baik saja.

Agak kesal dengan teror telepon bahkan ditengah malam, dia blok nomor Christina. Pikirnya kasus akan selesai disitu. Ternyata tidak.

Christina mulai meneror sekertarisnya.

Untuk kedepan kamu harus lebih bijaksana dalam memilih wanita, dia mengingatkan ke diri sendiri. Untuk kedepan.

Tetapi saat ini hanya ada satu wanita yang diinginkan Samudra. Sabrina, tidak ada wanita lain yang dia inginkan lebih dari sosok yang sudah menyihirnya beberapa bulan terakhir ini.

Sabrina seperti semakin mempesona setiap hari. Setiap kesempatan bertemu dengan Sabrina menjadi hal yang dia tunggu-tunggu. Meeting tidak lagi menjadi hal membosankan kalau ada Sabrina di dalamnya. bahkan dia suka sengaja berlama-lama berbincang-bincang dengan para staf di area mesin kopi untuk bisa sedikit mencuri pandang ke arah ruangan Sabrina. Persis seperti anak remaja dengan cinta pertamanya.

Sikap formal Sabrina mengindikasikan bahwa dia tidak tahu menahu bahwa sang bos menaruh perhatian berbeda terhadapnya. Berbeda dengan rata-rata staf perempuannya yang cenderung bersikap “sangat” ramah, terlalu ramah malah yang kadang-kadang membuat Samudra agak rikuh. Seperti dia perhatikan salah satu staf yang kebetulah selalu “hadir” setiap kali dia membikin kopi, ditambah dengan outfit yang cukup provokatif. Mungkin dia berfikir sang bos akan tertarik melihat belahan dada yang rendah atau rok yang cukup tinggi. Alih-alih tertarik, tetapi justru malah membuat Samudra jengah.

Sabrina selalu bersikap business like, ramah tapi seperti memasang jarak. Belum pernah dia merasa sesulit ini untuk memikat perhatian seorang wanita, biasanya dia hanya perlu memberikan senyum terbaiknya dan bisa dipastikan wanita manapun akan sukses kepincut.

Si “boyfriend” itu?

Samudra seperti sudah memasang pagar kurang bersahabat kepada seseorang yang belum pernah dia temui. Si “boyfriend” adalah kompetitor dia, walaupun untuk skor saat ini dia kalah telak.

Insting primitif pemburu dari dalam dirinya semakin membahana. Semakin besar kesulitan yang dihadapi, semakin menarik. Tetapi dia harus bermain fair, disamping itu harus tetap profesional sebagai bos Sabrina.

Dia meraih map-map untuk ditanda tangani. Map pertama yang sepertinya dengan amat sengaja ditaruh paling atas oleh sekertarisnya adalah tentang gala dinner kantor. Ini adalah acara favorit para staf kantor, yang biasanya selalu menarik. Dia suka terkagum-kagum dengan kejeniusan ide para stafnya untuk membuat tema yang kadang aneh-aneh tapi justru sangat menarik. Dan untuk kali ini temanya adalah “red carpet moment”.  Samudra tersenyum membayangkan atraksi apa yang akan dibawakan oleh para stafnya.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status