SAMUDRA
“Mon amour” Samudra merasa tidak senang terhadap laki-laki yang bahkan bertemupun belum pernah. Mon amour, pasti yang dia bilang “boyfriend” itu. How lucky, ada perasaan cemburu melintas. Tunggu? Cemburu?
Kok bisa?
Sabrina bukan siapa-siapa dia, hanya salah satu staf. That’s it! Ingat itu Samudra, dia adalah salah satu staf kamu dan pantangan buat kamu untuk berkencan dengan staf kamu!
Pantang!
Samudra mencoba mencamkan pemikiran itu dalah-dalah walaupun dia sendiri merasa kurang yakin.
Dia mulai mengandai-andai pilihan untuk mendapatkan Sabrina, sebagai pacar tentunya. Bagaimana konsekwensinya dengan kantor. Tapi toh ini perusahaan dia, siapa yang berani protes. Lagipula dia bebas untuk jatuh cinta dengan siapa saja.
Tunggu. Jatuh cinta?
Jatuh cinta like falling in love? Samudra mengerutkan kening seolah – olah itu adalah ide konyol. Dia tidak ingat kapan dia pernah jatuh cinta. Walaupun banyak wanita yang mondar – mandir dalam hidupnya, bukan berarti dia jatuh cinta terhadap mereka, atau tidak satupun dari mereka. Am I really that bad ? Pikirnya.
Sepertinya hari ini dia kurang waras.
“Ini dokumen-dokumen yang bapak harus tanda tangani” Nia menyerahkan setumpuk map, menunggu tanda tangan sang boss.
“Urgent?”
“Bisa menunggu Pak, tapi harus hari ini. Dan Christina sudah menelpon tiga kali pagi ini”
Samudra menopangkan tangan di dagu dengan pandangan ke arah sang sekertaris “am I really that bad Nia?”
Agak kaget dengan pertanyaan dari sang bos “maksudnya Pak?”, walaupun dia tahu persis apa yang dimaksud dari si bos. Wanita-wanita itu, para mantan pacarnya, ataupun mantan teman kencannya, apapun sebutannya. Samudra tidak pernah menyebut mereka adalah pacar “hanya kencan” katanya suatu kali. Karena selain urusan dengan wanita, Samudra adalah gambaran a perfect boss! Dia sangat perhatian dengan para staf, cenderung royal. Memastikan well being para pekerjanya dan supaya mereka tidak over worked.
“You know…dengan para….all those woman?” kali ini menyandarkan punggung di kursi.
“Bapak yang suka gonta-ganti pacar maksudnya?”
“Hanya kencan Nia, bukan pacar!” kata Samudra tegas, seolah-olah pacar dan kencan adalah sesuatu yang jelas-jelas beda.
“Mungkin sudah waktunya bapak mencari seseorang untuk serius, the clock is ticking Pak” kata Nia jenaka.
“OK…ok…saya sudah punya satu Ibu, dan itu sudah cukup. Kamu tidak perlu mengingatkan hal yang sama”
“Dan Christina Pak?” tanya Nia mengingatkan.
“I will handle her” walaupun dia tidak tahu lagi bagaimana harus “menghandle” wanita ini.
Diawal mereka berkencan, Christina terlihat sebagai sosok yang cukup charming. Dengan muka lembut, rambut sebahu ditambah bibirnya yang sesensual Angelina jolie. Mereka bertemu di salah satu pesta sosial di Jakarta. Bisa dibilang Christina adalah partner menarik untuk berbincang-bincang. Setelah pertemuan tersebut, mereka beberapa kali bertemu. Dinner, lunch, tidak teratur tetapi cukup sering.
Semakin lama ternyata Christina adalah wanita yang sangat obsesif. Setiap hari dia bisa lima sampai sepuluh kali telpon untuk mengetahui jadwal Samudra. Samudra mulai mundur, dengan baik-baik mengatakan bahwa mereka berdua harus “move on” yang ditolak degan tegas oleh Christina. Mulai mengatakan hal-hal aneh bahwa “they made for each other”, dia adalah bagian tulang rusuk Samudra hampir terdengar seperti lagu melow tahun 80an. Lagipula tulang rusuknya utuh dan baik-baik saja.
Agak kesal dengan teror telepon bahkan ditengah malam, dia blok nomor Christina. Pikirnya kasus akan selesai disitu. Ternyata tidak.
Christina mulai meneror sekertarisnya.
Untuk kedepan kamu harus lebih bijaksana dalam memilih wanita, dia mengingatkan ke diri sendiri. Untuk kedepan.
Tetapi saat ini hanya ada satu wanita yang diinginkan Samudra. Sabrina, tidak ada wanita lain yang dia inginkan lebih dari sosok yang sudah menyihirnya beberapa bulan terakhir ini.
Sabrina seperti semakin mempesona setiap hari. Setiap kesempatan bertemu dengan Sabrina menjadi hal yang dia tunggu-tunggu. Meeting tidak lagi menjadi hal membosankan kalau ada Sabrina di dalamnya. bahkan dia suka sengaja berlama-lama berbincang-bincang dengan para staf di area mesin kopi untuk bisa sedikit mencuri pandang ke arah ruangan Sabrina. Persis seperti anak remaja dengan cinta pertamanya.
Sikap formal Sabrina mengindikasikan bahwa dia tidak tahu menahu bahwa sang bos menaruh perhatian berbeda terhadapnya. Berbeda dengan rata-rata staf perempuannya yang cenderung bersikap “sangat” ramah, terlalu ramah malah yang kadang-kadang membuat Samudra agak rikuh. Seperti dia perhatikan salah satu staf yang kebetulah selalu “hadir” setiap kali dia membikin kopi, ditambah dengan outfit yang cukup provokatif. Mungkin dia berfikir sang bos akan tertarik melihat belahan dada yang rendah atau rok yang cukup tinggi. Alih-alih tertarik, tetapi justru malah membuat Samudra jengah.
Sabrina selalu bersikap business like, ramah tapi seperti memasang jarak. Belum pernah dia merasa sesulit ini untuk memikat perhatian seorang wanita, biasanya dia hanya perlu memberikan senyum terbaiknya dan bisa dipastikan wanita manapun akan sukses kepincut.
Si “boyfriend” itu?
Samudra seperti sudah memasang pagar kurang bersahabat kepada seseorang yang belum pernah dia temui. Si “boyfriend” adalah kompetitor dia, walaupun untuk skor saat ini dia kalah telak.
Insting primitif pemburu dari dalam dirinya semakin membahana. Semakin besar kesulitan yang dihadapi, semakin menarik. Tetapi dia harus bermain fair, disamping itu harus tetap profesional sebagai bos Sabrina.
Dia meraih map-map untuk ditanda tangani. Map pertama yang sepertinya dengan amat sengaja ditaruh paling atas oleh sekertarisnya adalah tentang gala dinner kantor. Ini adalah acara favorit para staf kantor, yang biasanya selalu menarik. Dia suka terkagum-kagum dengan kejeniusan ide para stafnya untuk membuat tema yang kadang aneh-aneh tapi justru sangat menarik. Dan untuk kali ini temanya adalah “red carpet moment”. Samudra tersenyum membayangkan atraksi apa yang akan dibawakan oleh para stafnya.
Bersambung...
SABRINAOk, semua orang membicarakan tentang annual gala dinner. Even tahunan yang diadakan perusahaan. Semua hush dan fush tentang apa yang akan dipakai untuk gala dinner nanti. Fitri salah satu stafnya yang agak selalu pengen tahu sudah menanyakan dari awal “mbak Sabrina nanti mau pakai baju apa?”.Sejujurnya dia belum atau tidak sempat memikirkan outfit untuk dinner. Menurut ( lagi-lagi ) Fitri, even sekarang lebih spesial karena temanya adalah “red carpet moment”. Seolah-olah kita selebriti saja, pikirnya. Dia melihat e mail pemberitahuan tentang dinner ini minggu lalu, akan diadakan di salah satu hotel bintang lima yang berlokasi tidak jauh dari gedung kantor. Minimal praktis, tidak perlu berpikir akan terjebak kemacetan.“Mbak besok kita boleh selesai lebih awal yah, harus ke salon untuk blow rambut” oceh fitri dari seberang meja.
SAMUDRASambil menyapa satu grup ke grup lainnya dia meneliti ballroom hotel tempat gala dinner diadakan. Tidak ada Sabrina. Tidak bayangannya, apalagi sosok yang nyata. Apa dia terlalu keasyikan bekerja dan telat ke acara sosial kantor pertamanya?Samudra mendongakkan kepala setiap ada sosok masuk dari pintu luar. Sudah jam 7 lewat Sabrina masih tidak kelihatan batang hidungnya.Salah satu anak buah Sabrina menjawab “belum datang Pak” ketika Samudra menanyakan keberadaan sang manager. Mungkin dia harus menelpon, memberikan sedikit omelan kenapa dia belum datang padahal acara akan dimulai beberapa menit lagi. Walaupun yang sebenarnya Samudra hanya ingin memastikan kehadiran Sabrina.Dia berjalan ke arah pintu keluar sembari merogoh handphone dari dalam kantong suitnya. Mencari nomor Sabrina dari kontak handphonenya. Sebelum dia sempat menekan tombol “telepon” di layar handphonnya dia melihat sosok itu.
SABRINASenin pagi seperti biasa. Sibuk!Orang cenderung agak stress di hari senin. Why? Bukannya setiap minggu orang selalu bertemu dengan hari senin, sama dengan bertemu dengan hari selasa, rabu kamis dan selanjutnya? Paling tidak untuk Sabrina hari senin menyenangkan. Hari senin ini lebih tepatnya. Dia tidak berbohong, kadang dia juga merasa stress dan berat untuk berangkat bekerja di hari senin. Tapi sepertinya masa-masa itu sudah berlalu, sekarang dia merasa lebih bersemangat ke kantor.Tidak ada alasan untuk stress.Seperti pagi ini. Sudah ada respon dari Paris untuk proposal bisnisnya. Ini akan menjadi bisnis deal terbesar dia selama beberapa bulan bergabung dengan SAP group. Kata sang bos, ini akan menjadi deal terbesar untuk team A selama ini. Jadi belum lama dia bergabung dengan SAP group sudah membikin break through. Salah satu alasan untuk happy.Oh ya, sang bos yang super duper ganteng itu. Layakny
SAMUDRAAnother nice morning!Samudra bersiul ringan memasuki walk in closet nya yang berukuran besar. Meneliti deretan kemeja dan jas yang tergantung rapi. Dia memilih setelan jas kotak-kotak warna biru dipadankan dengan kemeja warna biru muda. Meneliti deretan koleksi jam mahalnya, kali ini dia memilih silver rolex favoritnya.Menyeruput secangkir kopi yang dia racik sendiri dari mesin kopi yang di pesan khusus dari Italy. “It’s another good day” gumamnya ringan. Tiba-tiba dia membayangkan seandainya ada orang lain yang menemaninya memulai pagi, berada di sisinya ketika dia bangun, bersama menyeruput kopi pagi. Seandainya ada orang lain.Seandainya ada Sabrina di sisinya setiap hari.Dia tersenyum kecil. Tidak lama lagi dia akan bertemu Sabrina. Walaupun hanya di kantor, bisa memandang wajah Sabrina membuat dadanya membuncah penuh kebahagiaan.Dengan ringan dia berjalan ke
SABRINAPak Samudra dengan Cora?Wow.Dia tahu bahwa bosnya adalah playboy kelas ulung, tapi Cora ada di level berbeda dengan para perempuan yang pernah dikencani bosnya. CORA!Dia salah satu penyanyi papan atas untuk saat ini, sangat bertalenta, dengan suara emas yang sangat unik. In a short, very impressive! Bahkan Sabrina ngefans berat dengan Cora. Selama ini penyanyi ini selalu bersih dari gossip, dan tahu-tahu…BAM! Foto dia dengan bosnya ada di mana-mana. Tentunya dia bukan siapa-siapa dibanding dengan Cora, pikirnya agak kehilangan kepercayaan diri. Lah memang kenapa pakai membandingkan diri dengan Cora segala?Tapi lagi-lagi siapa yang bisa menolak pesona sang bosnya. Dia bisa saja playboy, tapi dia muda, ganteng dan kaya. Bahkan Sabrina sendiri luluh lantak kesengsem dengan sang bos, tapi sekarang sudah terang benderang, seperti tengah hari yang terik sang bos berpacaran dengan Cora. Dia tersenyum asem, seperti
SAMUDRAParis.Sudah lama dia tidak ke sini, serasa sudah puluhan tahun yang lalu. Walaupun the city of love ini pernah sangat dekat dengannya. Samudra menghabiskan dua tahun di sini, dua tahun dalam hidupnya yang sangat membekas. Bertahun-tahun belakangan dia memilih menghindari kota ini, walaupun sebagai pebisnis dia banyak melanglang buana tetapi Paris adalah kota yang dia hindari.Trip kali ini adalah ide yang begitu tiba-tiba, tanpa rencana sebelumnya. Dengan qualiti sehandal Sabrina, kehadirannya tidak terlalu dibutuhkan. Tanpa diapun Sabrina akan berhasil menutup deal dengan mulus.Tetapi kenapa tidak? Kehadirannya adalah nilai plus dari sisi bisnis dan bisa berdua dengan Sabrina selama beberapa hari, walaupun itu harus di Paris.Nia sang sekertaris agak curiga ketika Samudra terkesan sangat picky dengan hotel. Dengan sangat tegas dia meminta hotel dengan the best view di paris, dan lagi-lagi Nia sang
SAMUDRASabrina memang manager yang sangat handal, seperti sudah dia prediksi, dia bisa menutup deal dengan sangat mulus. Mereka berdua berjalan ke arah hotel selesai makan malam bersama klien bisnis merena. “Well done Sabrina” puji Samudra, “tidak hanya sukses dengan deal satu ini bahkan sudah ada lampu hijau untuk bisnis yang lain. I am impressed”“Saya tidak akan berusaha untuk modest. I know what I am doing” kata Sabrina jenaka tetapi penuh percaya diri. Samudra tersenyum ke arah Sabrina, dia terlihat agak sedikit menggigil, mungkin jacket yang dia kenakan tidak cukup untuk menangkas udara malam musim gugur yang mulai dingin. Samudra membuka coat panjang yang dia pakai, dan mengenakannya ke pundak Sabrina. “There…this should keep you warm”.Agak kaget dia memandang ke arah Samudra, jelas-jelas tidak mengharapkan sikap dari sang bos. “Thank&
SABRINADia melangkah agak canggung di samping Teddy, celotehan Teddy hanya dia tanggapi dengan “e hem” atau “ya”. Merasa sangat bersalah dengan Samudra, dia bisa melihat jelas tatapan tidak suka Samudra ketika melihat Teddy yang walaupun dia coba tutupi dengan senyum ramah. Dia juga takut Teddy akan tahu bahwa dia sudah berselingkuh darinya.Jadi begini rasanya. Ini adalah pengalaman pertama dia berselingkuh dan dia bersumpah dia tidak ingin berselingkuh lagi. Tapi Samudra?It was so good and so right ketika dia bersamanya. Nggak tahu kenapa. Ternyata dia juga memendam rasa ke Sabrina, bahkan dia bilang dia mencintainya.Sabrina seperti terbang ke langit ke tujuh, kalau benar ada langit ke tujuh. Intinya dia Bahagia, super duper Bahagia. Dan sekarang dia setengah mati takut ketahuan.Aaarrgghh kenapa jadi complicated begini.“Hon…sudah sampai. Kamu dari tadi melamun terus&