SABRINA
Sabrina mendengarkan diskusi dari para teamnya. Ini adalah team meeting pertama sekembalinya dia dari Paris. Tidak ada yang curiga atau bertanya dia pergi dengan siapa, setahu mereka Sabrina mengambil cuti untuk liburan, melepaskan penat setelah pembatalan pernikahan. Yang tidak mereka tahu adalah dia pergi berlibur dengan sang bos. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehebohan seluruh kantor seandainya mereka tahu bahwa dia dan sang bos berpacaran.
Gempar!
Pasti saja. Samudra bukan hanya terkenal playboy tetapi hampir seluruh karwayan wanita di kantor naksir padanya. Siapa yang tidak. makanya dia masih menolak ketika Samudra mengusulkan supaya hubungan mereka tidak lagi dirahasiakan. Dia masih tidak bisa menanggung kegemparan jilid dua, setelah drama pembatalan pernikahannya.Sabrina 2.0!
Begitu kalau kira-kira difilmkan, mending kalau bakalan laris manis. Lha kalau jemblok di pasaran, kan nggak lucu. Sampai saat ini masih s
SABRINAJumat sore datang dengan tenang, Samudra “menghilang” lebih awal dari kantor, Nia sang sekertaris hanya bilang “Bapak pulang lebih awal”.Ketika dia bertanya melalui whatsapp hanya di jawab “come home”, maksudnya home adalah apartemen Samudra yang memang sudah seperti menjadi rumah ke dua baginya. Karena terlalu seringnya dia menghabiskan waktu di sana.Sesampai di apartmen dia disuguhi bau masakan lezat yang sontak membuat perutnya tanpa bisa dikomando untuk keroncongan. Ketika dia bertanya ada acara apa Samudra hanya menjawab “dinner … for us” dan jawaban kedua membuat perutnya langsung melilit “Oh Eloise akan datang juga untuk dinner”.Why …. Why …??“Kamu undang dia?” tanyanya penuh selidik. Samudra sibuk mengiris-iris sayuran yang dia kenal dengan paprika merah dan kuning. Ini tidak termasuk dalam rencan
SABRINADia terbangun tidak menemukan Samudra di sisinya. Samudra memang terbiasa bangun pagi di weekend sekalipun, dia selalu memulai harinya dengan berolah raga di gym lantai bawah apartmen sebelum memulai aktifitas. Dia meraih handphone dari meja nakas untuk melihat jam, belum jam 7 pagi. Dia memejamkan mata untuk mencoba tidur kembali, terlalu pagi untuk terbangun jam 7 di sabtu pagi.Eloise!Nama yang sontak membuatnya membuka mata dan bangkit tegak dari tempat tidur. Dia menginap di sini semalam, ok … sepertinya memang tidak ada pilihan lain buat mereka, dikarenakan perempuan itu ambruk tertidur akibat terlalu banyak minum.Eloise … Samudra ….Dia bangkit dari tempat tidur, membuka pintu kamar tidak menghiraukan badannya yang hanya ditutup lingerie tipis. Baru beberapa langkah dari kamar tidur dia mendengar suara Eloise tertawa renyah, dan langsung sukses merubah mood paginya berada di level tersuntuk. Perem
ELOISESamudra.Dia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu lagi. Seseorang yang tidak pernah sepenuhnya pergi dari hatinya, walaupun sudah belasan tahun berlalu.Bertahun – tahun pula dia menyesali kebodohannya berselingkuh dengan Julien, seorang artis pemula dan juga seorang perayu ulung. Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah gallery, pembawaan Julien yang sangat hangat dan pengetahuannya tentang seni menarik hati Eloise. Dari hanya berkirim pesan, dan bertemu ringan untuk berdiskusi masalah seni. Akhirnya hubungan mereka berlanjut ke tempat tidur. Semua berlangsung beberapa bulan, sehabis Eloise tidur dengan Julien dia selalu dihantui perasaan bersalah dan bersumbah untuk mengakhirinya keesokan hari.Ternyata Julien bak heroin baginya, dia selalu ketagihan untuk lagi dan lagi. Dari hanya bertemu seminggu sekali, sampai beberapa kali dalam satu minggu. Bercinta dengan Julien seperti membawa sensasi yang tidak pernah dia rasakan
SABRINASabrina memandangi sudut kamarnya yang mulai agak berdebu. Dia memang agak jarang pulang ke sini semenjak bersama Samudra, hanya satu atau dua kali seminggu dia akan menengok apartemennya selebihnya dia lebih suka tinggal di apartemen Samudra.“Pulang ke sini lebih praktis, dekat dengan kantor dan kamu bisa punya personal chef setiap hari” canda Samudra suatu hari. Jarak apartemen Samudra memang hanya beberapa menit berjalan kaki dari kantor, walaupun mereka hampir belum pernah berangkat atau pulang dari kantor secara bersamaan. Sabrina masih bersikeras untuk merahasiakan hubungan mereka.Hari ini dengan keras kepala dia memilih pulang ke apartemennya sendiri setelah insiden Eloise. Dia masih sangat kesal bagaimana mereka berdua terlihat akrab dan tertawa renyah tadi pagi.“She just a friend Sabrina” katanya ketika Sabrina menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Eloise.“An ex you mean&
SABRINA“Mbak Sabrina, ada tamu menunggu di lobby” umum resepsionis melalui sambungan telepon di mejanya. Sabrina mengernyitkan dahi, sepertinya dia tidak ada janji bertemu dengan siapapun siang ini. Hari ini adalah hari yang agak longgar baginya karena tidak terlalu banyak meeting dengan pihak luar. “Bisa tahu siapa nama tamunya?” tanyanya dengan sopan ke sang resepsionis.“Bapak Teddy mbak, katanya penting”Teddy! Sabrina terkesiap, ada apa dia datang ke sini? Setelah insiden di restoran tempo hari mereka tidak melakukan kontak sama sekali, sekarang mendadak dia muncul di kantor? Sabrina buru-buru mengecheck handphonenya, mungkin saja ada pesan atau telepon dari Teddy yang luput terjawab olehnya. Kosong.“Saya datang ke lobby” jawab Sabrina. Dengan tergesa-gesa dia berjalan ke arah lobby, masih bertanya-tanya untuk apa Teddy kemari.Dia melihat Teddy berdiri agak resah me
SABRINA“Kenapa sih Sabrina, kamu kucel banget akhir-akhir ini” tanya Lusia ketia mereka sedang menikmati kopi mingguan mereka di salah satu café di wilayah Jakarta selatan. Sabrina mendongak dengan lesu, memang semenjak pertemuan dengan Teddy terakhir kali di kantor hatinya masih kacau balau.“Kelihatan yah?”“Girl … tuh liatin kantung mata kamu yang segede kepalan tangan. Sudah berapa lama nggak beauty sleep? Seperti ibu menyusui saja” jawab Lusia sambil menunjuk ke arah bawah mata Sabrina yang memang terlihat agak gelap. “Gue pikir loe sudah over sama pembatalan pernikahan elo … eee … sekarang mata berkantung lagi” sambungnya.“Gue ketemu Teddy beberapa hari yang lalu”“You what?? Di mana?” tanya Lusia memburu.“Dia datang ke kantor” jawab Sabrina kali ini sambil menyeruput kopi yang sudah agak di
ELOISEDia tidak menyangka akan bertemu dengan Samudra lagi di tempat itu, di acara charity event di mana department store tempat dia bekerja menjadi salah satu sponsornya. Dan Samudra datang tanpa wanita itu! Ke mana dia? Atau hubungan mereka masih terlalu rahasia sehingga keduanya tidak mau terlihat bersama di muka umum? Apapun itu Eloise senang bisa bertemu dengan Samudra lagi. Sendiri!Sikapnya yang luwes membuatnya mudah mendekati siapapun. Apalagi Samudra. Hanya dengan tersenyum dan berpura-pura kaget, tidak lama mereka terbawa dalam obrolan menarik panjang lebar. Samudra memang selalu menarik, tetapi sekarang pembawaannya yang matang dan tenang semakin membuatnya mempesona. Why did I let this guy go? Pikir Eloise merutuki diri sendiri.Hidupnya memang terasa tanpa tujuan sepeninggal Samudra, walaupun belasan tahun sudah berlalu dia masih tidak bisa benar-benar melupakan lelaki itu. Terbukti dengan tidak pernah seriusnya dia
SABRINASabrina turun dari apartemen Samudra untuk berangkat ke kantor. Seperti biasanya walaupun dia bermalam di sana, mereka tidak pernah berangkat ke kantor bersamaan. Kali ini Sabrina terlebih dahulu, dia meninggalkan Samudra yang masih mematutkan diri di walk in closet miliknya. Mereka berdua masih belum banyak bicara setelah pembicaraan kemarin sore tentang Teddy. Samudra cemburu dengan kedatangan Teddy dan dia sangat kesal dengan munculnya Eloise. Para mantan yang bikin rusuh, pikirnya.Eloise benar-benar membikin hatinya gusar bukan kepalang, wanita itu seperti ular yang setiap saat bisa menerkam kepalanya.Bel lift berbunyi di lantai 5, pertanda ada orang yang menunggu. Pintu lift terbuka dan di sana berdiri dengan sangat elegan wanita yang sedari tadi memenuhi otaknya. Eloise!Dia tersenyum sumringah secerah matahari pagi begitu melihat Sabrina. “Sabrinaa … what a surprise” sapanya renyah dengan