Share

9. Malaikat Penjaga

Chris berjalan ke arah kasir dengan langkah yang pasti. Matanya menatap pegawai kasir itu dengan tajam seolah sedang meneliti sesuatu. Sebelah alis Chris terangkat begitu orang di hadapannya itu tidak mengenalinya sama sekali.

"Apa kau akan terus diam dan tidak menyapaku?" Chris membuka suara membuat pemuda yang ada di hadapannya tersentak dan menatap Chris dalam.

Sedetik kemudian pria itu tergagap dan mundur selangkah, "Kau malaikat pembawa beasiswa itu bukan?"

Chris terkekeh, "Konyol sekali julukanku."

"Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud melupakan wajahmu tap—"

Ucapan Caleb terhenti begitu Chris mengangkat sebelah tangannya, "Panggil aku Chris."

"Ba—baik, Chris."

"Jadi?" Chris menatap keadaan supermarket itu dengan pandangan menilai, "Sudah berapa lama kau bekerja di sini?"

"Baru 3 hari. Aku bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan di sini, karena sulit sekali rasanya mencari pekerjaan saat masih bersekolah."

Chris mengangguk membenarkan. Jika bukan karena bantuannya tentu Caleb tidak akan bisa berada di sini, "Kenapa kau bekerja?"

Hanya mengetes seberapa pintar adik Cindy?

"Kau tahu aku bukan dari keluarga kaya. Aku tidak bisa bergantung pada kakakku terus-menerus."

"Ah ya kau benar. Dia sudah tidak bekerja sekarang?" tanya Chris.

Caleb menggeleng, "Dia masih bekerja. Hanya setengah hari di toko bunga dan dia juga masih bekerja di tempat Rose."

"Rose?" tanya Chris bingung. Dia merasa tidak asing dengan nama itu.

"Iya, Cindy menjaga anak Rose selama wanita itu pergi bekerja."

Chris mengangguk paham, dia ingat sekarang. Ternyata Rose adalah ibu dari gadis lucu bernama Violet.

"Total $3, Tuan."

Chris membuka dompetnya dan mengeluarkan lembaran uang yang cukup tebal. Tanpa ragu dia menarik tangan Caleb dan memberikan uang itu begitu saja. Belum sempat Caleb berbicara, pria itu kembali mengangkat tangannya.

"Ambil uang itu dan bayar turnamenmu sekarang. Berlatihlah dengan baik karena aku ingin melihatmu pulang membawa medali."

Caleb menatap Chris tidak percaya. Kenapa pria itu bisa mengetahui permasalahan pribadinya? Apa kakaknya yang memberitahunya?

"Kau— bagaimana kau bisa tahu?"

Chris menyeringai, "Bukan sesuatu yang sulit untukku mencari tahu." Chris kembali berdiri tegak dan memasukkan tangannya santai ke dalam saku celana, "Aku pergi. Bekerjalah dengan baik dan jangan repotkan kakakmu."

Caleb menatap ratusan dollar di tangannya dengan tangan yang bergetar. Ini terlalu banyak untuk biaya turnamen. Caleb masih tidak percaya jika Chris melakukan ini? Yang masih dia bingungkan saat ini adalah kenapa pria itu melakukan ini?

Lamunan Caleb buyar begitu melihat minuman dan makanan ringan yang dibeli Chris tadi masih berada di atas meja kasir. Dengan cepat dia meraih makanan itu dan berlari ke luar toko.

"Chris! Kamu meninggalkan belanjaanmu."

Chris masih berjalan dan memasang kaca mata hitamnya, "Makanlah," ucapnya keras dan berlalu masuk ke dalam mobil.

Caleb terdiam di depan toko seperti orang bodoh. Chris hanyalah pria asing, tapi pria itu bertindak seolah telah lama mengenal keluarganya. Apa Cindy juga diperlakukan seperti ini? Jika iya maka dia harus mencari jawaban alasan Chris melakukan ini pada kakaknya.

***

Cindy terduduk di meja dapur dengan melamun. Matanya menatap lembaran uang yang Caleb berikan dengan pikiran yang melayang entah ke mana.

Lagi?

Chris melakukannya lagi. Pria itu kembali membuat ulah dengan ikut mencampuri urusan keluarganya. Cindy harus bertindak tegas sekarang. Dia tidak mau Chris terus melakukan ini. Cindy takut jika dia akan bergantung pada pria itu suatu saat nanti.

"Kapan dia menemuimu Caleb?"

"Tadi sore," ucap Caleb dengan menunduk, "Kau tidak berniat mengembalikan uang itu bukan?" tanya Caleb khawatir. Jujur saja dia sangat membutuhkan uang itu.

"Aku tidak tahu."

"Kak, jangan konyol. Aku—tidak, kita membutuhkan uang ini."

Cindy mengerang dan menelungkupkan wajahnya di meja, "Tapi tidak dengan cara seperti ini Caleb. Kita tidak harus bergantung pada Chris. Apa kau tahu apa yang pria itu lakukan padaku?"

Caleb menggeleng pelan karena dia memang tidak tahu apa yang Chris lakukan pada hidup kakaknya.

"Dia menguasaiku, Caleb. Dia menyetir hidupku!"

Caleb terdiam, "Aku tidak mengerti."

Cindy berdecak dan berdiri dari duduknya. Dia meraih tas dan memasukkan uang itu ke dalam tasnya. Caleb yang melihat itu menatap Cindy tidak percaya.

"Apa yang kau lakukan?! Kau benar-benar ingin mengembalikannya?"

"Aku tidak tahu, tapi setidaknya aku ingin mendengar penjelasan dari Chris. Kau tetap di rumah dan jaga Ibu." Setelah itu, Cindy benar-benar keluar dari rumah menuju taman yang biasa dia kunjungi. Tidak peduli dengan malam yang semakin larut, Cindy memakai tudung hoodie-nya dan mulai berjalan cepat.

***

Chris membanting semua berkas pekerjaannya kesal begitu Lexa terus mengganggunya. Bukan tanpa alasan dia masih bekerja di tengah malam seperti ini, karena memang sejak tadi sore dia tidak bekerja dan sibuk memantau pergerakan Cindy.

"Aku serius Lexa, jika kau tidak berhenti aku akan mengusirmu sekarang!"

Lexa berdecak dan melepaskan pelukannya pada leher Chris, "Aku merindukanmu, Chris! Kenapa kau tidak mengerti?"

"Dan seharusnya kau mengerti jika aku tidak merindukanmu."

"Sialan!" teriak Lexa berang. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya menyikapi sifat keras Chris, "Aku tunanganmu, aku calon istrimu, Chris!"

"Kau tahu jika itu hanyalah sebuah status," jawab Chris masih fokus pada pekerjaannya, "Sebaiknya kau keluar dan jangan ganggu aku, atau kau ingin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah kau pikirkan sebelumnya?"

Lexa berdecak dengan mata yang memanas. Lagi-lagi Chris mengeluarkan ucapan pedasnya. Seharusnya hati Lexa sudah kebal mendengar itu, tapi semakin dijalani, dia semakin merasa jika dia benar-benar tidak berarti untuk hidup Chris.

"Baik aku pulang, aku besok akan ke Jerman," ucap Lexa akhirnya.

"Ya, $70.000

seperti biasa bukan?" tanya Chris.

Lexa hanya mengangguk dan mulai tersenyum. Rasa kesalnya tiba-tiba menguap ketika Chris kembali memberinya uang. Jika bukan dengan kasih sayang, setidaknya Chris memanjakannya dengan harta yang pria itu miliki.

Suara deringan ponsel membuat langkah Lexa yang akan keluar dari ruangan kerja Chris terhenti. Tidak biasanya pria itu mengaktifkan ponsel di malam hari seperti ini, karena seperti yang diketahui semua orang jika Chris hobi sekali mematikan ponselnya.

"Halo?"

"Di mana kau?" tanya Cindy dari seberang sana.

Chris melirik jam dindingnya bingung. Gadis itu belum tidur? "Kenapa?"

"Aku ingin bertemu."

"Aku sibuk."

"Aku serius, Chris. Bisakah kau datang ke taman?" Minta Cindy dengan memelas.

Chris menghela nafas kasar dan bersandar pada kursi kerjanya, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Banyak hal. Jika kau tidak datang, aku akan membakar uang pemberianmu."

Chris terperangah. Gadis itu berani mengancamnya? "Kau mengancamku?"

"Tidak, kau hanya perlu datang. Jangan membuat aku menunggu lama karena aku bisa melihat gerombolan orang mabuk berjalan ke arahku."

"Sialan!" Chris langsung mematikan sambungan teleponnya dan meraih jaket asal.

"Kau akan ke mana?" tanya Lexa ketika Chris melewatinya begitu saja.

"Pergi."

"Kau berkata jika kau sedang sibuk tadi?!" teriak Lexa lagi.

Chris tersenyum sinis, "Kau tahu jika itu hanya berlaku untukmu." Setelah itu dia benar-benar pergi dari penthouse-nya.

Chris mengendarai mobilnya dengan kencang. Dia khawatir dengan Cindy yang tengah menunggu sendirian di taman. Dia tidak aneh bukan jika mengkhawatirkan Cindy?

Chris tahu apa yang akan Cindy bicarakan. Apa lagi jika bukan tentang uang yang dia berikan pada Caleb. Gadis itu masih saja tidak bisa menurut dan terus membantah ucapannya.

Lihat saja nanti, jika Cindy kembali membantah ucapannya, Chris sudah menyiapkan ultimatum spesial untuk gadis itu.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ratusan dolar dibakar? aku siap jadi badan tampung amal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status