Share

10. Saling Mengerti

Tatapan tajam itu masih menatap dua orang yang tengah berbincang di taman gelap dengan amarah yang memuncak. Lexa berdesis dan memukul setir mobilnya kencang.

Sialan!

Dia tidak menyangka jika Chris berani melakukan hal ini di belakangnya. Lexa paham, bahkan sangat paham jika dia hanyalah tunangan yang tidak dianggap. Dia juga sadar jika Chris tidak mempunyai perasaan sedikitpun padanya, tapi apa harus pria itu bermain api di belakangnya seperti ini.

Lexa merasa iri. Sejak tadi pagi dia berusaha untuk menarik perhatian Chris dan sialnya tidak berhasil. Lihatlah sekarang! Hanya karena sebuah telepon singkat pria itu meninggalkan segala kesibukannya demi bertemu dengan gadis itu.

Mata Lexa menatap Cindy dengan pandangan menilai. Apa Chris buta? Gadis kecil dengan pakaian besarnya itu mampu menarik perhatian seorang Chris? Gila! Chris benar-benar gila! Dunia benar-benar gila!

Bukan sebuah rahasia lagi jika Chris mempunyai standar yang cukup tinggi untuk wanita. Jika bukan bertubuh seksi dan mempunyai wajah yang sensual tentu Chris tidak akan berminat sama sekali. Kejutannya adalah gadis yang tengah bersama Chris benar-benar jauh dari kriteria idamannya.

"Ini yang kau lakukan di belakangku," gumam Lexa dan memotret Chris bersama Cindy.

"Mungkin awalnya aku memang hanya menginginkan uangmu tapi setelah kita melewati hari-hari yang panas bersama apa salah jika aku berharap lebih padamu?"

Lexa dengan cepat mengirimkan foto itu pada Nenek. Hanya wanita tua itu yang mampu menyetir hidup Chris. Karena wanita itu juga dia bisa mendapatkan posisi yang tinggi di samping Chris, yaitu menjadi tunangannya, dan seluruh penjuru dunia mengetahui itu.

"Lihat saja kau, jangan pikir aku tinggal diam." Lexa menghidupkan mobilnya dan melaju kencang menjauh dari taman.

Dia akan menghancurkan hidup Cindy secara diam-diam. Lexa tidak mau jika Chris akan mengetahuinya atau posisinya akan terancam. Chris adalah pria yang nekat. Meskipun kekuasaan berada di tangan Neneknya, tapi jika pria itu sudah mengatakan tidak maka selamanya akan tetap tidak.

***

Chris berdecak dan menggaruk telinganya yang terasa panas mendengar ocehan Cindy. Gadis itu terus berbicara dan memojokkannya tanpa memberi kesempatan untuk dirinya berbicara.

"Tugasmu hanya satu, Cindy. Kau hanya perlu menurut."

"Aku menurut jika memang itu yang terbaik untukku, Chris! Tapi tidak dengan ini!"

"Aku hanya membantu adikmu," jawab Chris apa adanya.

"Bagaiman bisa kau mengetahui masalah keluargaku?!"

Chris melirik Cindy dengan sinis, "Apa kau akan menanyakan hal itu lagi? Aku pikir kau sudah tahu jawabannya."

"Karena kau mengetahui segalanya," bisik Cindy dengan menunduk, "Apa yang harus aku lakukan dengan uang ini?"

Chris mengerutkan dahinya bingung, "Berikan pada Caleb jika kau tidak mau menggunakannya."

"Apa aku bisa mengembalikannya padamu?" tanya Cindy mulai mengangkat wajahnya dan menatap Chris dalam.

"Apa kau pikir aku akan menerimanya?"

Cindy tergagap dan kembali menunduk, "Kau pasti tidak akan menerimanya."

"Kau tahu semua itu, tapi kenapa masih membantah ucapanku?"

Cindy menatap Chris berang, "Karena aku tidak suka dengan caramu, Chris! Aku berterima kasih dengan beasiswa pemberianmu tapi itu sudah cukup! Aku tidak ingin kau membantuku dengan cuma-cuma padahal aku masih bisa berusaha untuk mencari jalan keluar!" Jelas Cindy dengan wajah yang memerah, "Kau tidak perlu melakukan ini semua, biarkan aku yang berusaha untuk keluargaku." Lanjut Cindy dengan berbisik.

Chris menatap Cindy tidak percaya. Hatinya merasa jatuh begitu mendengar penjelasan dari gadis itu. Sulit dipercaya jika gadis seperti Cindy masih ada di dunia yang kejam ini. Bagaimana bisa dia bisa hidup dengan prinsip idealis seperti itu?

"Kau sudah mengerti sekarang?" tanya Cindy membuyarkan lamunan Chris.

"Aku mengerti, tapi apa kau juga mengerti jika aku hanya ingin membantumu?"

Chris tidak tahu kenapa dia menjadi selembut ini. Apa karena ucapan Cindy yang menyentuh hatinya tadi? Dia pikir wonder woman itu tidaklah nyata tapi ternyata dia melihatnya sekarang, tepat di hadapannya.

"Kau egois, Chris." Cindy menghela nafas lelah. Dia pikir Chris akan berubah pikiran setelah mendengar penjelasannya tapi ternyata sama saja, "Kau selalu membuatku harus menuruti ucapanmu, segala perintahmu tanpa aku tahu alasan kau melakukan ini semua. Apa itu adil?"

"Jujur saja, aku juga tidak tahu kenapa harus melakukan ini," gumam Chris pelan dan Cindy dapat mendengar itu.

"Kau sendiri tidak tahu?" tanya Cindy tidak percaya.

Chris menatap Cindy datar. Perasaannya campur aduk sekarang dan semua ini karena ucapan Cindy yang seolah menohoknya dan menyadarkannya. Dia tidak perlu segila ini dalam membantu Cindy. Kenapa dia tidak mengikuti langkah Ayahnya yang memilih menjaga gadis itu dari jauh?

"Sudah malam, aku antar kau pulang." Chris berdiri dan merapikan jaketnya.

Cindy masih duduk dengan pikiran yang berkecamuk, "Terima kasih."

Akhirnya dia dapat mengatakan kalimat itu pada Chris. Cindy sekarang paham dengan sifat egois Chris, tapi jika dia melawan, masalah juga tidak akan pernah selesai. Biar dia yang mengalah di sini. Cindy tidak ingin pria tua itu murka dan kembali bertindak di luar kendali. Hampir sebulan dia mengenal Chris, Cindy sudah tahu harus bertindak seperti apa di hadapan pria itu.

"Kau mengucapkan terima kasih?" tanya Chris tidak percaya.

Cindy ikut berdiri dan meraih tangan Chris, "Aku belum berterima kasih padamu untuk semua yang kau berikan padaku dan keluargaku. Itu sangat membantu, tapi Chris..." Cindy mengulum bibirnya dan masih menggenggam tangan pria itu, "Bisakah mulai dari sekarang kau membiarkanku berusaha terlebih dahulu? Aku tahu kau mengetahui segalanya tapi bisakah kau bertindak seolah tidak mengetahui apapun? Tetap diam dan jangan bertindak apapun. Biar aku yang mendatangimu jika aku sudah menyerah dan menemukan jalan buntu."

Chris terdiam menatap sorot mata Cindy yang lembut. Lagi-lagi ucapan gadis itu menyentuh hatinya. Baru kali ini Chris merasakan sesuatu yang menggelitik di hatinya dan itu terjadi karena gadis kaku yang ada di hadapannya sekarang.

"Baiklah," ucap Chris pada akhirnya, "Tapi kau harus janji untuk menemuiku jika kau tidak menemukan jalan keluar."

Cindy tersenyum dan mengangguk, "Aku janji."

Chris terdiam menatap senyum manis itu. Dia baru sadar jika Cindy mempunyai senyum yang indah. Selama ini dia jarang melihatnya karena Cindy hanyalah gadis dengan dua ekspresi, yaitu datar dan marah. Hanya itu yang pernah Cindy tunjukan padanya dan hari ini Chris bisa melihat senyum tulus itu.

"Baiklah, ayo antar aku pulang, aku takut dengan orang mabuk." Ajak Cindy dan mulai berjalan terlebih dahulu menuju tempat parkir.

"Apa aku boleh menjemputmu besok?" tanya Chris berjalan di belakang Cindy.

"Tidak."

"Baiklah, kalau begitu kau akan menaiki bus mulai dari sekarang."

"Aku akan berjalan kaki." Cindy berdiri di depan mobil Chris menunggu pria itu untuk membuka kuncinya.

"Kau tidak selamanya harus berjalan kaki. Aku akan memberimu kartu bus nanti."

Cindy menghentikan gerakannya membuka mobil dan menatap Chris kesal, "Apa kau lupa dengan apa yang baru saja kita bicarakan?"

"Aku pikir kau telah menemukan jalan buntu untuk transportasi. Aku juga tidak mengantarmu lagi mulai besok jadi aku akan memberimu kartu bus. Sesimpel itu Cindy, jangan berlebihan." Chris memutar matanya jengah dan masuk ke dalam mobil.

"Terserah kau, Tuan egois." Cindy tidak ingin berdebat tentang hal yang tidak penting. Mendengar Chris tidak lagi mengantar-jemputnya adalah hal yang bagus untuknya. Untuk pertama kalinya Chris menuruti ucapan Cindy.

Hal itu wajib diapresiasi bukan?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status