Cindy termenung di dalam mobil begitu telah pergi dari apartemen Rose. Otaknya masih belum bisa berpikir dengan jernih, seolah linglung dengan fakta yang baru saja dia dengar dari bibir Rose.
Chris, pria itu ayah Violet. Fakta itu cukup mencengangkan, tentu saja. Belum selesai dengan Lexa yang mengaku sebagai istri Chris, dan sekarang ditambah dengan Violet yang merupakan anak Chris. Apa bisa Cindy mengubur dirinya hidup-hidup sekarang? Hanya Chris tempat dia bergantung saat ini dan ternyata pria itu mempunyai segudang masalah yang membuatnya sakit hati.
Kenapa Cindy merasakan sakit? Apa ini normal? Dia ingin marah tapi otaknya masih bisa bekerja dengan baik jika dia tidak punya hak untuk marah di sini. Dia dan Chris tidak mempunyai hubungan apa-apa.
"Sampai kapan kau akan diam?" Chris membuka suara masih menatap jalan di hadapannya dengan tajam. Dia juga merasa emosi dengan tuduhan Rose yang seolah menyudutkannya.
"Cindy, buka mulutmu!" bentak Chris hila
Cindy meremas tangannya resah begitu Caleb menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh tanya. Pria itu sudah membuka matanya begitu Cindy datang untuk menjenguk pagi ini bersama Chris. Saat datang, Cindy tidak menyangka jika Caleb sudah bangun dan adiknya itu kini tengah menatapnya dengan penasaran.Tentu saja! Sudah berapa hari dia tidak sadar? Kenapa tiba-tiba kakaknya datang bersama Chris?"Caleb ak—" Cindy tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena jujur dia tidak tahu harus menjelaskan apa di saat kondisi Caleb masih seperti ini.Adiknya masih belum bisa berbicara karena rahangnya yang entah patah atau bagaimana, Cindy tidak tahu. Banyak luka yang dialami Caleb dan itu semua membutuhkan penyembuhan yang lama.Cindy melirik Chris yang masih duduk santai di sofasinglesambil bertopang dagu. Seolah ikut menikmati kebingungannya saat ini. Tatapan Cindy yang seolah meminta tolong pun dia acuhkan. Menurut Chris, ini bukanlah ranahny
Semua sudah berkumpul di tempat Rose. Ini pertama kalinya Cindy berada di sini setelah terakhir kali pertemuan mereka yang cukup mengundang konflik. Surat dokter sudah berada di tangan Anton. Chris benar-benar serius dengan ucapannya. Dia ingin membuktikan semuanya dan menghentikan kesalahpahaman ini.Mungkin benar jika Chris dan Rose pernah tidur bersama, tapi Chris yakin jika Violet bukanlah anak kandungnya. Dia memang sedikit nyaman dengan keberadaan Violet yang terasa aneh menurutnya, karena dia tidak pernah dekat dengan anak kecil sebelumnya. Namun itu tidak mengubah apapun. Perasaan Chris begitu kuat, dia yakin jika Violet bukanlah anaknya.Cindy menatap Rose dan memainkan tangannya resah. Dia ingin menghampiri wanita itu dan menguatkannya tapi Cindy merasa jika ini bukanlah waktu yang tepat. Seolah-olah mereka sedang berada di kubu yang berbeda sekarang."Surat baru saja keluar pagi ini dan dapat dijaga kerahasiannya." Anton mencoba mencairkan suasana teg
Sepasang lengan kokoh melingkari pinggang Cindy yang membuatnya terkejut. Matanya terpejam dan menggerutu kesal. Tidak perlu menoleh, dia sudah tahu siapa pemilik lengan kokoh itu."Lepaskan, Chris. Aku sedang memasak.""Itu tugas Nancy." Chris bergerak menenggelamkan wajahnya ke leher Cindy dan menghirup dalam aroma tubuh gadis itu. Cindy mengangkat bahunya risih saat merasakan geli dari jambang tipis milik Chris.Dia mencoba untuk fokus mengiris bawang bombai. Namun sepertinya Chris tidak mengizinkannya, karena Cindy mulai merasakan sesuatu yang basah pada lehernya."Astaga, Chris! Lepaskan aku dulu," ucap Cindy meletakkan pisaunya kesal."Kenapa kau bangun pagi sekali?" tanya Chris mengangkat kepalanya dan bertopang pada bahu Cindy."Apa salahnya dengan bangun pagi?"Chris mengangkat bahunya acuh, "Tidak ada, tapi ini hari Sabtu.""Jika hari ini hari Sabtu kenapa kau tidak segera mandi dan berangkat bekerja?" Cindy memutar t
"Kalau begitu sampai jumpa besok." Cindy mengakhiri teleponnya dengan Rose begitu Chris masuk ke dalam kamarnya.Masih mengenakan jasnya, pria itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata dan memijat keningnya yang terasa berdenyut. Hal itu tidak luput dari pandangan Cindy."Ada apa?" tanya Cindy kembali mengambil kapas baru untuk membersihkan wajahnya."Tidak."Cindy menghentikan gerakan tangannya dan menatap Chris dari pantulan cermin, "Tidurlah jika lelah. Ini sudah malam."Chris seketika membuka mata dan bergerak mendekati Cindy. Pria itu berdiri di belakangnya dan meremas bahunya pelan. Jantung Cindy seketika berdetak kencang. Dia kembali fokus membersihkan wajahnya tanpa memperdulikan Chris yang masih menatapnya lekat dari cermin. Sungguh, jika sekali saja Cindy menatap mata tajam itu, fokusnya akan langsung hilang. Oleh karena itu dia harus menyibukkan diri agar tidak terjebak dalam mata tajam itu."Siapa yang kau hubungi
Cindy menuntun tubuh Caleb untuk memasukipenthouse. Sedangkan Chris hanya mengekor di belakang. Dia tidak akan angkat bicara jika Caleb sendiri memilih untuk diam. Mungkin masih ada dendam di hati pemuda itu."Kenapa kau membawaku ke tempat ini? Aku ingin pulang."Cindy menggeleng tegas, "Kau akan di sini selama Ibu masih di rumah sakit.""Aku bisa menjaga diriku sendiri." Dengan perlahan Caleb melepas rangkulan Cindy dan menatap Chris datar.Cindy mengulum bibirnya resah saat merasakan aura permusuhan dari diri Caleb dan Chris.Well,dia tidak menyalahkan Caleb sepenuhnya jika dia masih memendam amarah untuk keluarga Auredo. Namun Cindy tahu jika Chris itu berbeda, pria itu mencintainya."Apa yang kau lakukan pada kakakku?" tanya Caleb masih menatap Chris."Caleb, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Kau harus istirahat agar bisa menjaga Ibu nanti." Cindy menarik lengan Caleb untuk pergi k
Cindy tersenyum saat melihat Ibunya tengah tertawa bahagia bersama Caleb. Adiknya itu sudah pulih dan saat ini mereka juga sudah tinggal di apartemen pemberian Chris. Tentu saja Caleb dan Ibunya bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka tinggal di tempat seperti ini? Namun Cindy lagi-lagi harus berbohong jika ini adalah fasilitas yang bosnya berikan. Caleb sendiri tidak banyak bicara, dia lebih memilih untuk menurut jika memang itu yang terbaik."Biarkan aku yang melakukannya, Bu. Kau diam saja di sana." Caleb mengambil alih teh dari tangan Ibunya dan meletakkannya di atas meja dapur.Cindy lagi-lagi tersenyum melihat pemandangan indah itu. Akhirnya dia merasakan rasa ini lagi. Dia kembali berkumpul bersama dengan keluarganya. Keadaan akan lebih baik jika Chris juga berada di sini, tapi tidak! Ini bukanlah waktu yang tepat. Setidaknya sampai Ibunya melakukan terapi dan tidak mengandalkan kursi roda lagi."Buatkan aku susu, Caleb."Caleb berdecak, "Tidak ada s
Perjalanan dariPenthouseChris menuju apartemen Ibunya tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dengan berkendara. Seperti yang Cindy lakukan sekarang ini, berada di dalam mobil bersama supir yang Chris berikan tadi pagi. Sebenarnya Cindy tidak membutuhkan semua fasilitas ini, namun Chris dengan keras kepalanya ingin meringankan beban Cindy. Bukannya dia tidak menghargai pemberian Chris, hanya saja alasan apa lagi yang harus dia berikan pada Ibunya? Jika Chris terus memperlakukan dirinya secara istimewa seperti ini, bukan tidak mungkin Ibunya akan curiga.Cindy masih melamun saat tiba-tiba mobil melaju dengan cepat. Lamunannya seketika buyar dan menatap supir yang terlihat mulai berkeringat. Kenapa? Ada apa dengan pria itu? Supirnya terlihat tegang dan terus melajukan mobilnya kencang."Apa yang terjadi?" tanya Cindy panik.Pria paruh bawa itu menatap Cindy resah, "Seseorang mengikuti kita, Nona."Seketika Cindy melihat
Lexa terdiam saat telah selesai mengutarakan niatnya pada wanita tua yang sangat dia hormati. Wajahnya yang sembab karena menangis tidak menghentikan keputusannya untuk mundur. Lebih baik dia merasakan sakit hari ini dari pada nanti yang pastinya akan jauh lebih parah."Kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Nenek Chris meminum tehnya pelan."Aku yakin, Nek. Tidak ada harapan untuk hubunganku dengan Chris. Dia sangat mencintai Cindy.""Dan kau menyerah?"Lexa tersenyum miris dan menggeleng, "Bukan menyerah, aku hanya sadar diri jika Chris tidak akan pernah menerima kehadiranku. Semua ini berawal dari hubungan timbal balik. Kau membantu karirku dan cucumu mendapat pendamping yang sepadan menurutmu.""Kau tahu apa yang terjadi jika kau mundur, karirmu akan hancur."Lexa tahu itu. Tentu saja dia telah berpikir jauh sebelum mengambil keputusan. Jauh di dalam hatinya dia memang masih ragu karena dia juga memiliki perasaan untuk Chris. Namun logikan