Caleb terdiam dengan mulut yang terbuka saat melihat kakaknya berciuman dengan kakak iparnya di atas altar. Dia melirik ke arah Ron yang tengah berteriak heboh. Dia masih berharap jika dia bermimpi sekarang. Namun setelah melihat Ibunya tengah menangis bahagia tentu ini bukanlah mimpi lagi. Kakaknya benar-benar sudah menikah.
Caleb masih ingat saat tadi pagi dia mengetuk pintu kamar pasangan gila itu, dan selang beberapa jam setelah Chris mengutarakan niatnya, mereka semua langsung berangkat ke gereja. Tanpa persiapan tentu saja, namun sepertinya inilah yang diinginkan Chris dan Cindy.
Ibunya? Jangan ditanya, wanita itu tanpa banyak protes langsung menyetujui permintaan Chris untuk menikahi anaknya. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan Caleb belum membeli jas dan hanya mengenakan kemeja berwarna senada dengan tamu undangan. Jangan harap ada ratusan orang di gereja ini, yang ada hanya dirinya, Ibunya, Ron, Bibi Jane, Rose, dan Violet.
Meskipun hanya dengan sedikit
Cindy mengerucutkan bibirnya kesal menatap Rose yang mulai menjauh dari rumahnya. Dia melirik ke dalam, di mana Violet tengah bermain bersama Chris di ruang tengah. Lagi-lagi Rose menitipkan Violet padanya. Bukan, bukan itu yang membuatnya kesal, tapi Rose seolah menahannya di rumah dan melarangnya untuk membantu di kedai. Demi Tuhan! Pernikahannya sudah lewat seminggu dengan Chris, dia sudah tidak membutuhkan liburan lagi. Cindy ingin bekerja!"Ada apa dengan bibir itu?" tanya Chris saat melihatnya duduk dengan bibir yang maju."Aku bosan.""Kau bisa melakukan sesuatu." Chris meraih rambut Cindy dan mengelusnya, "Memasak misalnya.""Kau sudah sering melihatku sibuk di dapur."Chris mendekat dan berbisik, "Kau ingin sibuk di ranjang?"Cindy bergerak menjauh dan mendorong wajah Chris. Dia melirik Violet yang duduk di bawah dengan pandangan cemas. Bisa saja bocah itu mendengarkan ucapan Chris."Jaga mulutmu!" rutuk Cindy berlalu masuk k
Chris duduk di kafe dengan mulut yang tak henti-hentinya menghisap rokok. Kepalanya mendadak pening dengan apa yang baru saja terima. Ternyata Neneknya sudah bertindak sangat jauh. Dia baru saja menemui temannya yang pernah bekerja sama dulu, tapi pria itu menolaknya langsung tanpa berpikir. Temannya itu beranggapan jika perusahaan yang Chris rintis tidak akan semaju kerajaan bisnis Auredo. Chris ingin tertawa mendengar itu. Dia yakin saat Neneknya sendiri yang memimpin perusahaan, tak lama kerajaan itu akan berubah menjadi gubuk yang mengenaskan.Tangannya meraih ponsel dan membuka kuncinya. Bibir Chris berkedut saat melihat foto Cindy yang tengah tertidur sebagaiwallpaper-nya. Dia merindukan wanita itu. Sudah dua hari dia keluar kota untuk mencari keberuntungan. Namun sepertinya tidak banyak keberuntungan yang dia dapat. Rekan bisnisnya masih ragu dengan apa yang Chris lakukan.Tangan itu menekan tombol telepon dan segera mendekatkan ponselnya ke telin
Chris melepaskan helm proyeknya setelah selesai meninjau pembangunan gedung milik perusahaanya. Setelah beberapa bulan berjuang, tentu usaha tidak akan mengkhianati hasil. Chris mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan dia juga mendengar jika kerajaan bisnis Auredo mulai menurun. Chris tertawa melihat berita itu di televisi.Berita tentang dirinya yang tidak lagi menggunakan nama Auredo juga sempat meledak selama beberapa minggu. Banyak wartawan yang ingin mendapatkan informasi secara detail. Tentu Chris tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Otak bisnisnya bekerja dengan baik."Lakukan semuanya dengan baik," ucap Chris pada salah satu anak buahnya dan berlalu masuk ke dalam mobil.Bunyi berdering membuat Chris melirik ponselnya sebentar. Setelah melihat nama wanita mungilnya, tanpa ragu dia mengangkatnya."Aku dalam perjalanan, Cindy." Chris berucap tanpa mendengar sapaan dari Cindy."Lama sekali?" Cindy cemberut di seberang sana."Baru tadi pagi a
Cindy berdiri di depan jendela dengan resah. Matanya tak berhenti untuk menatap jalan dengan harapan akan melihat mobil Chris yang datang. Namun tidak, Cindy tidak melihatnya. Chris tak kunjung pulang. Tangan Cindy meremas ponselnya kesal dan kembali menghubungi nomor suaminya. Lagi-lagi hanya bunyi operator yang menjawab.Sebenarnya Cindy tidak akan seresah ini jika Chris menghubunginya. Pria itu memang sering lembur akhir-akhir ini, tapi selalu ada kabar. Chris tidak pernah absen untuk menghubunginya jika ada pekerjaan mendadak."Kak?" Suara ketukan membuat Cindy dengan cepat membuka pintu kamarnya. Dia menghela nafas lelah karena hanya Caleb yang berdiri sana dan bukan Chris."Ada apa denganmu?" tanya Caleb aneh."Ada apa?" Cindy berusaha tenang dan menatap Caleb yang lebih tinggi darinya."Aku lapar, bisakah kau membuatkanku spageti?"Cindy mendengus dan mengikat rambutnya asal. "Kau sudah makan malam tadi dan juga menghabiskan satu dus
Cindy menatap rumah besar di hadapannya dengan jantung yang berdetak kencang. Entah apa yang membuatnya datang ke tempat ini, tapi perasaannya begitu kuat. Untuk pertama kalinya dia datang ke tempat masa kecil Chris. Sebuah rumah megah bak istana yang sangat bertolak belakang dengan kenyataannya. Mendengar dari Chris, rumah itu bahkan tidak mencerminkan kehangatan akan keluarga sama sekali.Kepala Cindy bergerak untuk mencari cara agar pagar besar di hadapannya dapat terbuka. Ketika melihat sebuah pos kecil, dia segera datang menghampiri. Namun belum sampai di pos, pagar besar itu mulai terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan Anton yang sudah berdiri tegak di dalam sana."Nona Cindy," sapa Anton menghampirinya."Kau di sini, Anton?" Cindy bertanya bingung."Saya bekerja di sini." Anton mengedikkan bahunya pelan, "Silahkan masuk, Nona."Dengan cepat Cindy menggeleng, "Tidak! Tidak perlu," ucapnya cepat. "Aku hanya ingin mencari Chris. Apa dia ada
Chris terengah dengan tangan yang penuh akan darah. Di hadapannya sudah ada 3 penjaga yang tumbang karena menahannya untuk pergi. Melihat situasi rumah yang tampak sepi, Chris dengan cepat keluar dari kamar. Sudah dua hari dia di rumah ini dan tidak ingin lebih lama lagi untuk tinggal. Rumahnya bukan di sini, melainkan tempat sederhana di mana dia merasakan apa itu kehangatan keluarga."Tuan Chris!" teriak Anton yang melihat kepergian Chris. Dengan cepat dia menghubungi penjaga gerbang untuk lebih meningkatkan keamanan. Seharusnya dia tahu jika Tuannya sudah pasti akan memberontak.Chris bukanlah pria yang lemah. Diam bukan berarti dia menurut, tapi dia memilih untuk menunggu momen yang tepat. Anton yakin jika penjaga yang berjaga di depan kamar Tuannya sudah terbaring kehilangan nyawa.Anton berjalan keluar rumah untuk melihat keberadaan Chris. Dari kejauhan dia melihat anak buahnya tengah menggotong tubuh seseorang. Anton berdecak melihat itu. Begitu sudah ber
Lexa berdiri dengan kaku. Rasa semangatnya yang berkobar mendadak hilang entah ke mana. Jujur saja, rumah besar di hadapannya sedikit memberikan rasa trauma. Namun demi Cindy, dia akan memberanikan diri. Dengan tangan yang mengelus perutnya, Lexa berjalan menghampiri Ron yang tengah berbicara dengan penjaga gerbang. Tak lama pagar besar itu terbuka membuat Lexa reflek menarik lengan Ron."Kita harus hati-hati. Ada iblis di dalam sana," bisik Lexa pelan."Kau yang harusnya hati-hati." Ron mendengus dan melirik perut buncit Lexa.Mereka bergegas masuk ke area rumah tanpa rasa ragu. Ron sudah sering datang, begitupun juga Lexa. Namun mereka tidak tahu apa semuanya masih sama setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini?"Kenapa kau begitu yakin jika Anton berada di sini?""Perasaanku kuat." Lexa mengedikkan bahunya acuh.Tangan Ron yang akan mengetuk pintu seketika terhenti ketika mendengar suara di belakangnya. Lexa dan Ron kompak menoleh dan mend
Chris keluar dari bilik telepon umum setelah berhasil menghubungi Ron. Dia hanya memberi informasi jika dia baik-baik saja dan akan segera menjemput Cindy. Perkataan Anton terngiang-ngiang di otaknya. Apa yang Cindy lakukan di gudang Auredo? Bahkan Chris harus menempuh waktu 3 jam untuk sampai di tempat itu.Perjalanan terasa begitu lama dan Chris kesal dengan itu. Rasa nyeri di kepalanya tidak sebanding dengan rasa nyeri di hatinya. Demi apapun, jika istrinya tidak dalam keadaan baik. Chris akan menghukum dirinya sendiri. Semua ini salahnya. Jika tidak datang ke rumah terkutuk itu semua ini tidak akan terjadi.***Anton menatap pintu berwarna putih di hadapannya dengan ragu. Setelah melihat mobil merah di teras rumah Cindy, dia yakin jika Lexa berada di dalam sana. Perlahan tangan itu terangkat untuk mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka dan muncul Ron yang menatapnya aneh, tapi itu tidak bertahan lama karena Ron langsung melayangka