Share

THE SIBLING'S
THE SIBLING'S
Penulis: Svaandin

1

     "Ara!"

     Suara teriakan menggema memenuhi seisi sudut ruangan, bahkan membuat seorang gadis yang masih berada dalam kamarnya di lantai dua menghela napasnya.

     "Kamu tidur sama pria lain lagi, Ara?" tanya Dirga kepada istrinya dengan intonasi rendah.

     "Kenapa? Bahkan Mas sendiri tidur sama jal** murahan, bahkan sampai memiliki anak darinya."

     Dirga memijat pangkal hidungnya. Dia ingin marah kepada istrinya tetapi, apa yang istrinya katakan adalah sebuah kebenaran.

     Di masalalu dirinya tidak sengaja memberikan benih kepada sekertarisnya, saat dia di bawah pengaruh alkohol. Dan sekarang, dia harus bertanggung jawab karena bagaimanapun anak sekertarisnya adalah darah dagingnya.

     Dia berniat menikahi sekertarisnya, dan menjadikannya istri kedua tetapi, tidak di sangka istrinya (Ara) menggugat cerai dirinya.

     "Aku tau Mas mau menikahi jal** itu kan? Nikahi dia dan ceraikan aku," tegas Ara mutlak tanpa bantahan. Saat berbalik, air matanya terjun bebas dan saat itu juga dirinya terkejut melihat seorang gadis yang mematung di ujung tangga.

     Deg.

     Jantung Ara berdetak tidak karuan, ada rasa sakit di hatinya saat melihat tatapan kecewa dari putri semata wayangnya. Apakah nanti dia akan di benci oleh putrinya? Apakah nanti putrinya tidak akan mau bertemu dengannya?

     Banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiranya, dirinya sadar mereka telah menyakiti hati putri semata wayang mereka. Tidak berbeda dengan Ara, Dirga tidak kalah terkejut denganya.

    Dirga berusaha menetralkan ekspresi wajahnya, dan mengesampingkan tatapan kecewa Putrinya. Karena semua sudah terjadi dan tidak ada yang bisa dia lakukan, selain memberikan penjelasan agar putrinya paham situasinya sekarang.

     Dirga berucap dengan lirih, "Ila papaa.."

     "Lakukan apa yang ingin kalian lakukan... jangan perdulikan aku, anggap aku tidak pernah ada..." lirihnya memotong ucapan papanya.

     Dirga menghela napas saat melihat putrinya tidak mau berbicara menatapnya. Tetapi, itu lebih baik daripada dirinya melihat tatapan kecewa dari mata indah putrinya. Sedangkan Ara menatap kearah punggung putrinya dengan tatapan nanar, saat putrinya pergi tanpa berpamitan kepadanya.

     Maaf. Hanya itu yang bisa mereka ucapkan di dalam hati untuk putri mereka.

     Mereka pergi menuju ke kamar masing-masing untuk membereskan barang-barang mereka, di dalam hati mereka tetap ingin bersama dan memperbaiki semuanya tetapi, ego mengalahkan segalanya.

     Saat melewati kamar putrinya Dirga melihat gantung yang terbuat dari kayu bertuliskan 'Adila Dirgantara'. Dirga menatapnya dengan sendu, dia ingat di balik gantungan itu bertuliskan nama mereka bertiga (Dirga, Adila, Ara).

     Dia bahkan masih mengingat ekspresi antusias putrinya saat melihat namanya di tulis di antara namanya dan istrinya. Tetapi, sejak lima tahun yang lalu putrinya membalik papan yang semula bertuliskan nama mereka bertiga, sekarang hanya bertuliskan nama putrinya.

     Dirga tersadar dari lamunan nya dan segera bergegas menuju ke kamarnya untuk mengambil berkas-berkasnya.

     Tanpa mereka sadari putri mereka belum berangkat sejak tadi, dia hanya berdiri di depan pintu yang tertutup dengan tatapan terkejut untuk ke-dua kalinya.

     Adila menatap kedua orang di depannya dengan tajam, bahkan membuat mereka bergidik ngeri melihatnya.

     "Cih pengemis," ucapnya sebelum bergegas pergi menuju sekolahnya.

*****

     Adila Dirgantara anak semata wayang dari pasangan Dirga Anata dan Vara Denanda. Memiliki wajah oval, kulit kuning langsat, mata dalam dengan tatapan tajam, hidung elang, bibir thin, rambut hitam lurus. Jika dilihat wajah Adila sebagian besar menuruni papanya, kecuali rambut dan warna kulitnya yang menuruni mamanya. 

     SMA Utomo Internasional High School atau SMA UIHS. Merupakan sekolah impian banyak siswa-siswi, dengan berbagai bidang. Dan juga metode pembelajaran mereka yang berbeda, membuat banyak remaja yang mulai memasuki SMA berusaha mendaftarkan diri di sekolah tersebut. 

     SMA UIHS hanya memberikan 4 mata pelajaran wajib kepada siswa-siswi nya dengan durasi waktu 2 jam setiap pembelajarannya. Setiap harinya mereka mendapatkan 2 mata pelajaran wajib dan akan di lanjutkan dengan pelajaran potensi yang mereka ambil. 

     Seperti kata pendiri sekolah UIHS beberapa bulan yang lalu. 

     Flashback. 

     "Sesuai apa yang saya katakan. Tujuan sekolah ini adalah membantu siswa-siswi menggali potensi dalam diri mereka, lalu kita akan mengembangkan potensi mereka yang kelak akan berguna untuk masa depan mereka."

     "Untuk bapak dan ibu guru. Jika ada salah satu siswa-siswi di kelas mengajar kalian mendapatkan nilai rendah, jangan di marahi, jangan di banding-bandingkan dengan siswa-siswi yang memiliki nilai lebih tinggi. Karena mungkin itu bukan mata pelajaran yang dia kuasai, hargai kerja kerasnya. Seburuk apapun nilai mereka. Karena kerja keras mereka tidak akan bisa di nilai menggunakan angka."

     "Dan untuk siswa-siswi UIHS yang tidak menyukai salah satu pelajaran wajib. Bapak mohon tetap tekuni pelajaran nya, meskipun kalian tidak menyukai nya. Lakukan semaksimal mungkin, jika nilai kalian jelek di pelajaran tersebut, tidak masalah yang terpenting adalah usaha yang kalian lakukan. Paham?"

     "Siap paham, Pak! " teriak siswa-siswi yang saat itu mendengarkan amanat dari pemilik sekolah.

*****

    Kondisi sekolah pagi ini masih sepi. Karena jam masih menunjukkan pukul 06.30 yang artinya bel masuk sekolah masih satu setengah jam lagi. Jam KBM mereka akan di mulai jam 08.00 dan berakhir jam 12.00 siswa-siswi akan di berikan satu jam istirahat untuk tidur siang dan mengistirahatkan otak. 

     Dan pembelajaran akan di lanjut sore hari pada pukul 02.00, melanjutkan pelajaran potensi yang mereka ambil. Oleh karena itu pihak sekolah menyediakan asrama untuk siswa-siswi, yang terletak di belakang sekolah UIHS. 

     Asrama bertingkat tiga itu di bagi menjadi beberapa kelas, bagian paling bawah adalah tempat asrama kelas 12 dan seterusnya sesuai urutan kelas. Asrama siswa perempuan terletak tepat di depan asrama siswa laki-laki, hanya terbatasi oleh ruang makan. Meskipun begitu tetap ada larangan siswa memasuki asrama siswi begitupun sebaliknya. 

     Guru dan staff laki-laki berada di asrama pengawas, begitu juga sebaliknya dengan guru-guru dan staff perempuan.

     Brakk.

     Saat Adila sedang membaca novel di bangkunya, tiba-tiba ada yang memukul mejanya lumayan keras. Dia bahkan sampai melemparkan novel di tangannya kearah pelaku yang membuat nya terkejut.

     "Aduh. Gila ya lo main lempar lempar buku yang tebalnya setebal rumus matematika," ucap Bagas. Salah satu teman Adila di kelas.

     Adila berucap dengan sengit, "Salah lo sendiri ngagetin gue"

     "Lagian lo pagi-pagi udah melamun aja," Jelas Bagas sebelum duduk di kursinya yang terletak tepat di samping kiri Adila. 

     "Gue itu enggak melamun, lo gak lihat gue lagi baca novel"

     "Mat... " 

     Brak. Buk

     Entah siapa yang membuat kegaduhan sampai menimbulkan suara keras yang membuat mereka mengalihkan perhatian kearah pintu. 

     "Minggir lo bagong gue duluan yang masuk" 

     "Gue duluan 'canis lupus familiaris"

     "Lo ngatain gue?"

     "Kalau lo merasa ya udah. "

     Bagas menghela napas melihat kelakuan mereka, "Woyy diem. Masuk satu-satu kan bisa, enggak usah pakai ribut. Kasihan pintunya udah melambaikan tangan nggak kuat buat nahan dua gajah sekaligus"

     "DIEM LO!" mereka berteriak kompak.

     "Di bilangin kok ngeyel," gumam Adila

     "Bang, gue dulu yang masuk. Gue mau ngerjain tugas."

     "Enggak gue dulu, gue juga mau ngerjain tugas."

     "Lo ngalah dong sama adeknya."

     "Lo yang ngalah sama abangn..."

     Klik. 

     Tepat saat Adila membuka kunci pintu bagian atas, pintu yang tadi hampir terlepas dari engsel nya sekarang terbuka lebar selebar jidat. Membuat dua orang yang tertahan tadi berjatuhan mencium lantai. 

     "Aww gigi gue."

     "Dada gue."

     Ucapan terakhir laki-laki yang memiliki wajah bak idol itu membuat mereka terdiam. 

     Bagas berteriak sangat keras sampai membuat mereka kembali tersadar. "Astagfirullah otak Bagas travelling"

     "Bangun lo pada, gue mau lewat." 

     "Sabar neng. Ini juga lagi mau bangkit lagii,"

     "Aku tenggelam dalam lautan luka dalam,"

     "Aku tanpamu buu... "

     Bruk. 

     "Brisik. Suara kalian fals tau," ucap Adila sebelum pergi meninggalkan kelas, tanpa merasa bersalah setelah mendorong temannya sampai kembali membentur lantai. 

     "Adila 'SUS SCROFA DOMESTICUS!" teriak Fadli

TBC.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Winda
Seru banget, aku baru baca dua bab, ku skip dulu bab yang lain, biar bisa di baca saat offline
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status