“Sebelum kita ke hotel, gue boleh nggak ngajak lo ke suatu tempat?”
“Ke mana?”
“Ke suatu tempat. Gue bakal tunjukin jalannya.”
Sebenarnya aku telah tidak sabar untuk membalaskan dendam dan kebencianku selama ini pada Nindya. Betapa kurang ajar mulut tajam dan sikapnya yang seolah-olah memiliki derajat lebih tinggi dariku.
Walau begitu, aku demikian menyetujui permintaannya untuk sekali ini saja. Maka, di persimpangan empat, aku berbelok ke kiri mengikuti instruksi Nindya.
“Gue nggak sabar, sih, mau menikmati malam panjang nan indah sama lo.”
Jangan berpikir dia berkata manis dengan senyuman yang begitu tulus seperti gadis-gadis dalam dongeng. Aku melihat dengan jelas kilatan cahaya di matanya yang menandakan betapa licik dan keji gadis berambut sebahu itu.
Menanggapi perkataannya, aku hanya mengangkat satu sudut bibir. Memangnya dari mana kepercayaanku bisa tumbuh lagi padanya? Tak lagi
Victoria membuka pintu rumah, kuempaskan kepala di antara dua gundukan besarnya. Pastinya, dia akan bertanya-tanya tentangku. Seperti yang dia ketahui, aku begitu sulit diajak melakukan hal panas akhir-akhir ini.Namun, kini seolah-olah aku menginginkannya. Ini akibat stres yang menyerang saat semua cerca paling keji menghantam diriku hingga terlempar ke keadaan paling kosong.“Ada apa denganmu, Adrian?”Tak ada jawaban sama sekali dariku. Tak lama, Victoria menarikku masuk, lalu membaringkanku di sofa.“Matikan lampunya, Victoria.”Tanpa perlu bertanya, gadis berambut pirang itu menekan saklar yang terpasang di dinding. Dia kembali mendekati, menatap raut wajah kekosonganku dengan penuh selidik.“Gue nggak akan menjawab apa pun pertanyaan lo. Jadi, sebelum lo bertanya, sebaiknya gue katakan lebih dulu.”“It’s okay. Tapi, aku perlu tahu kamu habis dari mana?”&ldquo
Syuting film kedua berakhir dalam waktu satu bulan. Dan selama itu, aku banyak menghabiskan waktu bersama Victoria. Menurutku, dia jauh lebih baik dari beberapa gadis yang kukenal di agensi.Meskipun kadang sering menggodaku, tetapi itu tak menjadi masalah yang besar. Dia tidak punya niat buruk sama sekali dan hanya bertujuan menghiburku. Lagi pula, jika aku menolak, dia tidak pernah memaksa.Sayang sekali, dia harus kembali ke negaranya dan aku akan kembali hidup sendirian di rumah besar nan mewah bersama sunyi yang selalu kukutuk akhir-akhir ini.“Adrian, kamu baik-baik, ya. Jangan bersedih lagi. Aku harap kita bisa bertemu lagi dan melakukannya bersama. Kamu harus janji padaku untuk tidak bersedih lagi.”Itu yang dia katakan sambil menyentuh kedua pipiku dan tersenyum lebar begitu tulus. Sayang sekali, dia tidak akan lagi kutemui dalam wujud nyata. Dan sepertinya aku akan sedikit merindukan dua gundukan besarnya yang sangat kusukai.
“Apa yang sebenarnya terjadi di sini, Elaine?! Lo harus jelasin sama gue!”Sambil mengepal keras kedua tangan dan menatap Nindya yang berdiri di mulut pintu, aku menajamkan tatapan, seketika kebencian itu kembali mengoyak perasaan.Tidak kusangka akan bertemu dengan seorang perempuan pecundang yang telah merusak reputasiku. Bahkan dia telah mengatakan pada semua orang bahwa aku hanya seorang bintang film panas yang telah menjadi sampah masyarakat.Dia membuat-buat isu bahwa semua pilihan yang aku ambil merupakan akibat dirinya memutuskan hubungan kami.Bayangkan saja jika kalian dibicarakan seperti itu dan ratusan orang berkomentar hal yang sama, mengutuk kalian dengan kata-kata yang tidak pernah terbayangkan.“Oh, santai dulu, Adrian sayang. Kamu tidak perlu marah-marah begitu,” ucap Elaine berusaha menenangkanku.Dia mendekatiku dan memaksa diriku kembali duduk. Walau demikian, kebencian itu tak juga pudar. Aku tida
Bagi sebagian orang di dunia ini, memaafkan adalah perbuatan mulia yang bisa dilakukan untuk membuktikan kemuliaan hati. Namun, aku termasuk di dalam sebagian orang yang bertentangan dengan ideologi seperti itu. Bagaimanapun, telah banyak rasa sakit yang diciptakan Nindya dalam hidupku. Membuatku patah semangat, menyajikan pilihan bunuh diri, dan tidak memberikan pilihan bagiku untuk bertahan hidup atau sekadar meringankan beban di pilunya sebuah hati. Jangan tanya apakah nuraniku masih berfungsi dengan baik. Justru karena aku hanyalah manusia biasa yang punya hati, maka itulah yang membuatku mudah tersakiti. “Lo boleh membenci gue, Adrian! Tapi, tolong dengerin gue kali ini aja!” “Gue nggak mau mendengar kalimat busuk dari mulut busukmu, Nindya. Udah cukup gue merasa direndahkan. Gue udah nggak sanggup menahan semuanya. Dan lo masih meminta gue bertahan?” Tak lagi aku ingin berlama-lama menatap wajahnya. Sehingga itu, aku pun memutuskan masuk
Jadi, memang tak ada lagi yang bisa kami bicarakan. Waktu seolah-olah membeku di tengah derasnya hujan. Yang terdengar hanya deru rintik air yang jatuh ke bumi. Sementara itu, sesekali Nindya kulihat menyeka air mata.“Gue mau tidur,” kataku seraya beranjak pergi. Akan tetapi, segera tangan gadis itu menghalangiku.“Ada apa lagi?”“G-gue … boleh nginap di sini?”Aku heran, mengapa dia terdengar tak seperti Nindya keji yang aku kenal? Bahkan saat kulihat wajahnya, ekspresi jahanam yang selalu benci untuk kulihat itu kini seolah sirna.“Emangnya lo pikir bisa pulang saat hujan kayak gini?”Tentu, Nindya sudah tahu jawabanku. Meskipun aku sangat membenci momen saat hanya berdua dengannya dan seketika kenangan yang pernah kami jalani merasuk ke ingatan menghantui, aku tak akan tega membiarkannya berjalan di bawah deras hujan.“Temenin gue, Adrian.”Aku demikian hany
Setelah hari saat kami bersama-sama memberikan kenikmatan, aku dan Nindya semakin sering bersama. Aku memang penjilat pecundang yang hanya bisa berkata-kata, nyatanya perasaan nostalgia itu mampu menaklukkan diriku dalam sekejap mata.Namun, kali ini Nindya benar-benar berubah. Raut keji yang selalu kusaksikan tak lagi pernah terlihat. Itulah satu-satunya hal mengapa aku pada akhirnya dengan tulus memaafkan gadis tersebut.Seiring waktu berjalan, Nindya memiliki banyak relasi dan teman di agensi. Banyak pria yang menginginkan dirinya untuk dijadikan sekadar pelampiasan mengempas kenikmatan.Dan entah mengapa, saat film perdananya rilis dengan seorang laki-laki yang tentu bukan diriku, hatiku merasa tidak terima atas semua itu.Pencapaiannya sama sekali tidak membuatku bangga dan berkewajiban untuk mengucapkan kata-kata keju yang dapat memicu semangatnya dalam bekerja.Aku mulai meneliti hati sendiri. Tidak disangka, aku yang membenci, ternyata haru
“Jadi, apa kalian masih kuat?” tanyaku sambil tersenyum keji pada dua wanita yang bersembunyi di balik selimut.“Aku nyerah.”“Aku juga.”Memang seharusnya begitu. Berjam-jam kulalui dan tubuh mereka telah habis kugerayangi dengan segala macam permainan. Mereka menjerit dan memohon, tetapi aku terus-menerus memaksa mereka menerima seranganku.Tidak diragukan lagi, ini bentuk dari kekecewaan dan kegalauanku. Aku merasa siapa pun harus aku taklukkan tanpa terkecuali. Betapa brutalnya aku, bahkan melebihi adegan yang biasa aku lakukan saat syuting.Sudah sewajarnya karena adegan yang dibuat telah dibatasi terkait genre film yang dipilih.Selesai mengenakan pakaian, aku melemparkan puluhan uang kertas dengan nominal paling tinggi hingga berserakan di atas ranjang.“Makan uang itu.”Mereka begitu senang melihat uang seperti kucing yang mendapatkan ikan segar.“Kapan-kapan,
Jangan salah paham dulu. Meskipun aku mengajaknya masuk ke mobil, ini tidak berarti aku ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Kiana. Aku hanya ingin mengetes dirinya. Apakah sebenarnya dia mengetahui diriku seorang aktor film panas?Jika iya dan dia masih bersikap begitu baik dan lembut layaknya diriku seseorang yang normal seperti laki-laki kebanyakan, akan kuacungi empat jempol untuknya.Namun, saat diriku sudah berada di dalam mobil, dia belum mengambil langkah serius untuk ikut masuk. Dirinya hanya berdiri di luar mobil dan membungkuk.“Aku di sini aja, ya.”Begitulah. Kupikir dia memang gadis normal atau mungkin juga sebaliknya. Reaksi yang wajar karena tidak akan ada gadis yang dengan tiba-tiba mengikuti perintah orang yang baru dikenal.Dan aku juga tahu wajahnya seolah-olah mengambil langkah antisipasi akan hal buruk yang bisa saja terjadi padanya.“Gue akan mengantar lo pulang,” ucapku kemudian.Dia