"Ayah, sudah ku bilang berapa kali? jangan mengancam Ronan seperti itu" ujar Chaterine sambil memasang wajah cemberut setelah menyadari bahwa ayahnya sekali lagi menindas Ronan.
"Siapa yang mengancamnya? tidak ada kok, ya kan?" tanya presdir sambil melirik ke arah Ronan.
"Be.. benar nona, saya tidak sedang di ancam tuan kok" kata Ronan meyakinkan Chaterine.
Chaterine langsung menatap ayahnya dengan seksama. Ayahnya yang semula menatap Ronan dengan ekspresi kejam itu sekarang membalas tatapan Chaterine dengan lembut.
"Ada apa putriku? apa sekarang kamu tidak percaya dengan ayahmu ini?" tanya Cervan.
"Ah, lupakan saja. Ayo kita berangkat" ajak Chaterine pada Felix dan Ronan.
Chaterine berpamitan dengan kedua orang tuanya sambil mengecup kening ayah dan ibunya. Chaterine langsung berjalan ke depan rumah menghampiri mobil yang sedan hitam yang sudah menunggunya.
Chaterine masuk ke dalam mobil dengan Ronan yang membuka kan pintunya, sedangkan Felix yang membawa tas juga membantunya masuk ke dalam mobil dengan mengulurkan tangan nya.
Chaterine pun duduk di bagian tengah mobil, sambil terus membalas lambaian tangan ayah dan ibunya dari dalam mobil yang terlihat dari kaca jendela mobil yang terbuka. Chaterine pun berangkat ke sekolah nya.
****Setelah sampai di sekolah, mobil sedan bewarna hitam yang berhenti di depan gerbang sekolah itu pun sudah menyita banyak perhatian dari para murid yang sedang lewat.
Bagaimana tidak? mobil dengan ukiran nama keluarga edelgard yang di lapisi emas itu terpampang jelas di bagian belakang mobil. Apalagi di tambah dengan sopir serta para pengawal tampan juga tuan putri yang turun dari mobil tersebut jadi membuat seluruh siswa yang lewat terpukau.
Mereka seperti sedang melihat kisah seperti di novel novel tentang gadis yang sangat kaya raya. Seorang gadis cantik yang turun dari mobil mewah di bantu dengan 2 pria tampan di sebelahnya, siapa yang tidak tertarik melihat adegan itu?.
Ronan turun lebih dulu dan segera berlari ke arah pintu mobil sebelah kiri dan membuka kan pintunya untuk Chaterine. Felix mengulurkan tangannya untuk membantu Chaterine turun dari mobil.
Meskipun bisa melakukan semuanya sendiri, mulai dari membuka pintu mobil hingga turun tanpa bantuan tapi Chaterine sudah terbiasa di perlakukan secara istimewa sedari kecil.
Meskipun menganggap semuanya terlalu berlebihan untuk ukuran orang yang sehat jiwa raga sepertinya, Chaterine sudah menjadikan itu semua sebagai kegiatan rutin setiap harinya, toh juga ayahnya yang sangat sensitif itu pasti tidak akan membiarkan putrinya melakukan apapun sendiri.
"Apa tidak apa apa nona?" tanya Felix pada Chaterine setelah membantunya turun.
"Apa maksudmu?" tanya Chaterine balik.
"Apa nona nyaman dengan sekolah nona yang baru ini? jika ada yang mengganggu nona, katakan pada saya. Saya yang akan membereskannya" ujar Felix dengan serius.
"Tidak ada kok, tidak usah berlebihan begitu" jawab Chaterine sambil menepuk pundak Felix.
"Saya harap nona berkata jujur pada saya" tegas Felix.
"Coba lihat aku, apa aku terlihat seperti orang yang sedang berbohong?" tanya Chaterine sambil mendekatkan wajahnya pada Felix.
"Tidak nona" ucap Felix memalingkan wajah karna malu.
"Aku masuk dulu, kalian segera pulang lah" kata Chaterine sambil tersenyum.
Setelah mendengarkan perkataan Chaterine, Felix dan Ronan pun mengangguk sambil menunggu langkah kaki Chaterine yang masuk ke dalam sekolah lebih jauh.
"Nona itu benar benar cantik ya" kata Ronan dengan mata yang berbinar binar.
"Bukankah hal itu sudah jelas? seluruh orang di negara ini juga tau akan hal itu " jawab Felix.
Felix masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Ronan yang ikut menyusulnya masuk. Ronan pun menutup kembali pintu dan duduk di sebelah Felix.
"Kenapa bisa ya? orang sebaik nona punya orang tua yang kejam seperti iblis" ucap Ronan tiba tiba.
"Iblis?" tanya Felix dengan heran.
"Apa kamu tidak sadar akan perbedaan yang sangat besar antara presdir dan nona? mereka itu bagaikan iblis dan malaikat tau!" tegas Ronan.
"Apa perlu presdir ku beri tau tentang ucapanmu yang kurang ajar kali ini?" kata Felix untuk menggoda Ronan.
"Jangan, dasar ember!" bentak Ronan ketakutan.
"Aku bercanda" ujar Felix sambil tersenyum.
"Huh! kamu gitu enak jadi kesayangan presdir, sementara aku setiap hari terus saja di tindas olehnya" tutur Ronan dengan kesal.
"Haha, makanya berusaha lah lebih keras jika ingin di sayangi oleh presdir sepertiku!" ujar Felix sambil tertawa.
"Mau sekeras apapun aku berusaha juga pasti tidak akan bisa menyamaimu meski cuma seperempat nya!" tutur Ronan denfan bertambah kesal.
Felix hanya diam saja dan tidak meneruskan obrolannya dengan Ronan.
"Ngomong ngomong kenapa kamu terlihat seperti tidak tertarik dengan nona? padahal dia secantik itu loh" saut Ronan.
"Jika aku tertarik padanya pun pasti dia tidak akan bisa membalas perasaan ku nantinya, memangnya ada anak bos yang tertarik dengan pengawal sepertiku?" tanya Felix.
"Nona itu berbeda dengan yang lainnya, tenang saja. Masih ada peluang untukmu kok, meskipun kemungkinannya sangat kecil" kata Ronan untuk menghibur Felix.
"Sudahlah, jangan membicarakan hal yang mustahil atau spa kamu mau ku laporkan pada presdir?" tutur Felix untuk menggoda Ronan.
"Iya iya aku tutup mulut deh, dasar ember!" bentak Ronan kesal.
****Chaterine melangkah lebih jauh memasuki sekolah, dan seperti biasa banyak sekali murid lain yang berlarian ke arahnya lalu mengepungnya seperti artis yang sedang di kepung oleh wartawan.Tak sedikit pula murid yang hanya melihat Chaterine dari kauh karna merasa minder jika berada di dekat nya, ada juga yang langsung terang terangan meminta foto bersama.
"Kyaaa! itu bukannya kak Chaterine yang terkenal itu ya? dia benar benar cantik sekali".
"Lihat kulitnya yang sangat putih dan bening itu, pasti perawatannya mahal kan!".
"Kakak! aku fans beratmu!".
Begitu lah sebagian besar reaksi orang orang setelah melihat Chaterine secara langsung. Chaterine yang sudah biasa itu pun memenuhi permintaan mereka sekedar untuk tanda tangan dan berfoto bersama.
Ada juga fans fanatiknya yang diam diam mengambil potret saat dirinya sedang tertawa ataupun memasang ekspresi lainnya untuk hasik foto candid karna terkesan lebih natural dan alami.
Ada juga yang sampai memberinya coklat,buket bunga, surat ajakan kencan ataupun pernyataan cinta. Selama hampir 40 menit melalui semua itu, akhirnya Chaterine bisa sampai di kelas dengan selamat.
Karna biasanya penampilannya jadi berantakan setelah melalui kerumunan begitu banyak orang, Chaterine pun langsung duduk di bangkunya sambil terus menstabilkan nafasnya.
*Dukung author dengan cara memsubsribe dan riview novel ini, agar author lebih rajin update setiap harinya.
Setelah sampai di kelas, akhirnya Chaterine kini tak lagi di kejar kejar oleh para fans fanatik nya. Chaterine pun beristirahat sebentar di bangku nya sambil terus menstabilkan nafas nya."Habis di kejar kejar lagi ya?" tanya Ivonna selaku teman sebangku Chaterine."Haha, ya begitu lah" ujar Chaterine sambil mengelap keringat nya dengan tissue yang sengaja di bawa nya."Enak ya, jadi seperti mu. Setiap hari ada saja yang mengirimi mu barang barang yang cantik," kata Ivonna sambil menunjuk pojok ruang kelas yang lagi lagi terisi penuh dengan banyak hadiah yang di kirim untuk Chaterine oleh para penggemar nya.Chaterine langsung melihat ruangan pojok kelas begitu Ivonna menunjuk nya. Tak di sangka, lagi lagi ada banyak sekali yang memberi Chaterine hadiah sampai sampai Chaterine terkejut melihatnya. Padahal Chaterine baru beberapa bulan pindah ke sekolah baru nya ini.Chaterine ten
Chaterine mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet, karna mungkin toilet sebentar lagi akan ramai di gunakan para murid lain nya untuk berganti pakaian karna tidak kebagian tempat di ruang ganti. Chaterine pun akhirnya memilih untuk berjalan jalan di sekitar sekolah sambil menunggu waktu sampai bel masuk berbunyi.Saat Chaterine hendak menuruni anak tangga dan melewati ruangan kelas 10, Chaterine langsung di tatap oleh para murid yang biasa nya mengejar ngejarnya dari lewat jendela.Karna tak ingin ketahuan, akhirnya Chaterine pun melarikan diri dan berlari tanpa tau arah hingga sampai ke bagian belakang sekolah."Hah.. hah, ternyata aku berlari cukup jauh juga bisa sampai sini. Bisa habis tenaga ku jika sampai anak anak tadi melihatku," kata Chaterine dengan nafas yang terengah engah karna habis berlari.Chaterine melihat ke sekeliling nya. Tempat bagian belakang sekolah yang sama sekali belum pernah ia lihat semenjak pertama kali datang ke sekol
Di satu sisi, pria tersebut tidak enak hati dengan orang yang berdiri di atas nya. Terlihat dengan sangat jelas sekali jika Yusto menatap nya dengan marah karna Chaterine lebih memilih untuk menolong nya di bandingkan menghiraukan perkataan Yusto. "Ah.. iya," jawab pria tersebut sambil menaruh tangan nya di atas telapak tangan Chaterine. Chaterine membantu pria itu berdiri dengan kedua tangan nya. Tubuh nya yang lemas hingga tak kuat berdiri itu pun sudah terlihat jelas sekali, betapa sakit nya pukulan yang ia terima barusan. "Kamu tidak apa apa?" tanya Chaterine khawatir karna melihat wajah nya yang babak belur. "A.. aku tidak apa apa" jawab nya dengan malu. "Kalau boleh tau, siapa nama mu?" tanya Chaterine. "Na.. namaku Sahid" jawab nya. Tentu saja Sahid merasa malu karna kondisi nya saat ini yang terlihat menyedihkan, apalagi ini pertemuan nya pertama kali secara langsung dengan Chaterine. "Ka.. kamu mengabaikan ku,
"Ji... jika aku pergi ke rumah nya berarti sama saja dengan aku pergi ke rumah presdir Cervan?" kata Sahid dengan dirinya sendiri."Hah, bagaimana ini? aku tidak punya pakaian yang pantas untuk pergi ke sana," ujar nya dengan panik.Sahid lalu turun dari ranjang kemudian mondar mandir berjalan sambil berfikir pakaian apa yang harus ia kenakan nanti sore untuk pergi ke rumah Chaterine."Lebih baik aku cari tau saja tentang gosip soal kediaman Chaterine, kata nya ada banyak sekali pengawal di rumah nya" pikir Sahid dengan keras.****"Tok tok tok" Chaterine mengetuk pintu kelas nya yang tertutup dari luar."Huh, sebenarnya siapa murid yang berkeliaran di jam pelajaran begini lalu mengganggu ku mengajar?" kata bu Aria dengan kesal."Maaf kan saya bu," kata Chaterine."Yah.. memang sudah seharus nya ka
"Bermain?" tanya Chaterine. "I.. iya, rencananya nanti sore kita akan berkumpul di sebuah tempat makan yang baru buka. Aku dengar dari yang lainnya meskipun baru saja buka tapi rasanya enak sekali lo!" kata Artizea dengan penuh semangat. "Ah maaf, kalau nanti sore aku tidak bisa ikut" ucap Chaterine merasa tidak enak. "Ah.. begitu ya, ma.. maaf aku tidak tau" kata Artizea merasa malu karna sudah di tolak. "Tapi lain kali jika kalian ingin mengajakku pergi, katakan saja. Aku pasti akan ikut datang bersama kalian," kata Chaterine sambil tersenyum ramah. "Be.. benarkah?" tanya Artizea dengan mata yang berbinar binar. "Tentu saja," jawab Chaterine dengan hangat. Ekspresi wajah Artizea yang semula muram langsung berubah ceria setelah mendengar perkataan Chaterine barusan. Rasanya harapan Artizea ingin menjadi dekat dengan Chaterine bisa segera terkabulkan. "Ngomong ngomong kamu pulang dengan siapa?" tanya Chaterine basa basi
Akhirnya Felix mengalah dan menuruti tindakan Chaterine yang lebih memilih untuk pulang berdua saja dengannya. Di sepanjang jalan, Felix terus memperhatikan raut wajah Chateirne yang terlihat senang. "Ada apa? apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Chaterine setelah tau bahwa dari tadi Felix terus mengamati dirinya. "Ah tidak, saya hanya kaget saja melihat nona seperti sedang senang begitu" jawab Felix sambil mengalihkan tatapannya. "Tentu saja aku senang, karna sekarang aku sedang berdua bersamamu" ujar Chaterine sambil tersenyum menghadap ke depan. Perkataan Chaterine barusan membuat Felix salah paham. Wajah Felix jadi memerah setelah mendengar bahwa Chaterine senang bisa berdua saja dengannya. "Jarang jarang aku bisa bebas tanpa pengawalan begini, ya kan?" lanjut Chaterine. Felix yang semula sudah terlalu percaya diri itu pun langsung merasa malu karna salah mengartikan maksud dari ucapan Chaterine. "Tentu saja," jawab Fel
"Hah.. baiklah, kalau itu memang keinginan nona" kata Felix setelah menghela nafas berat. "Terima kasih!" kata Chaterine dengan girang. "Sepertinya di depan sana ada orang yang bisa kita tanyai tentang bengkel di daerah sini," kata Felix sambil melirik arah datangnya sebuah mobil dari kejauhan. Perlahan mobil berwarna hitam itu semakin mendekat pada Felix dan Chaterine yang berhenti di pinggir jalan. Mobil hitam itu pun perlahan lahan berhenti. Seseorang yang duduk di bagian belakang mobil membuka kaca mobilnya dari dalam. Felix pun dengan sigap langsung berdiri di depan Chaterine untuk antisipasi. "Tidak apa apa Felix, aku tau siapa orang ini" kata Chaterine yang bersikap waspada. "Apakah teman anda, nona?" tanya Felix sambil menengok ke Chaterine. "Tidak, aku hanya mengenalnya saja" jawab Chaterine. "Erinn!" teriak seorang anak laki laki yang terlihat seumuran Chaterine dari dalam mobil sambil melambai lambaikan tanga
"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar. "Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine. "Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix. "Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine. "Teman... teman.. ya," gumam Felix. "Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine. "Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix. "Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil