Setelah sampai di kelas, akhirnya Chaterine kini tak lagi di kejar kejar oleh para fans fanatik nya. Chaterine pun beristirahat sebentar di bangku nya sambil terus menstabilkan nafas nya.
"Habis di kejar kejar lagi ya?" tanya Ivonna selaku teman sebangku Chaterine.
"Haha, ya begitu lah" ujar Chaterine sambil mengelap keringat nya dengan tissue yang sengaja di bawa nya.
"Enak ya, jadi seperti mu. Setiap hari ada saja yang mengirimi mu barang barang yang cantik," kata Ivonna sambil menunjuk pojok ruang kelas yang lagi lagi terisi penuh dengan banyak hadiah yang di kirim untuk Chaterine oleh para penggemar nya.
Chaterine langsung melihat ruangan pojok kelas begitu Ivonna menunjuk nya. Tak di sangka, lagi lagi ada banyak sekali yang memberi Chaterine hadiah sampai sampai Chaterine terkejut melihatnya. Padahal Chaterine baru beberapa bulan pindah ke sekolah baru nya ini.
Chaterine tentu saja tidak bisa jika setiap hari harus pulang dengan membawa barang barang itu, Chaterine juga tidak bisa membuang nya karna itu adalah ketulusan hati dari para penggemar nya.
"Kalau kamu mau, kamu bisa membawa salah satu dari semua kiriman itu" kata Chaterine dengan hangat.
"Yang bener nih?" tanya Ivonna dengan penuh semangat dan mata yang berbinar binar.
"Tentu saja," jawab Chaterine dengan senyuman ramah nya.
"Kamu yang terbaik deh!" kata Ivonna sambil langsung memeluk Chaterine saking senang nya.
Chaterine pun membalas pelukan hangat dari Ivonna, setelah itu mereka berdua pun menghampiri barang barang yang tertumpuk di pojokan kelas itu.
Chaterine masih tidak enak jika ruang kelas terus terusan penuh karna tumpukan hadiah yang di kirim untuk nya. Apalagi setelah melihat sendiri jika setiap hari jumlah nya semakin bertambah membuat nya tambah merasa tidak enak pada siswa yang lain.
"Ini, aku mau yang ini saja. Boleh ya?" tanya Ivonna dengan penuh harapan sambil menunjuk ke sebuah liontin yang letak nya paling tinggi di antara hadiah lain yang menumpuk.
Benda yang kali ini di pilih oleh Ivonna adalah liontin dengan warna biru laut yang indah. Dari bungkus dan kotak nya saja sudah memberi daya tarik sendiri karna terkesan lebih mewah dari pada yang lainnya. Setelah kotak nya di buka pun, langsung terlihat dengan sangat jelas jika itu kalung dengan emas putih asli.
Sebenarnya Chaterine juga lumayan menyukai kalung itu, tapi karna ia sudah berkata duluan pada Ivonna jika ia bisa mengambil apa yang dia suka, Chaterine jadi harus mengalah pada Ivonna demi menepati ucapan nya. Lagi pula, menurut Chaterine liontin itu sangat cocok dengan Ivonna karna warna nya yang terang sama seperti warna bola mata Ivonna.
"Tentu saja, bukankah aku sudah bilang kamu boleh ambil salah satu dari ini semua?" kata Chaterine sambil tersenyum.
"Terima kasih!" kata Ivonna dengan sorot mata yang bahagia sambil terus memandangi liontin yang baru saja di pilih nya.
"Iya," jawab Chaterine dengan ramah.
Setelah itu Chaterine membereskan semua hadiah hadiah yang du kirimkan para penggemar nya itu dengan mulai memisahkan nya satu persatu kemudian di pindahkan dari ruang pojok kelas ke dalam loker miliknya agar lebih mudah saat di bawa pulang oleh nya nanti.
Saat sedang memilah milih barang, pandangan Chaterine setelah melihat ada sepucuk surat bewarna coklat yang di tulis dengan tinta berwarna silver. Hal itu membuat Chaterine penasaran kemudian mengambil nya.
Chaterine kembali duduk di bangku nya sambil membawa sepucuk surat itu dan berniat membereskan barang yang lain nanti saja. Dari luar, surat itu terlihat sangat mewah sekali karna berbeda dengan surat yang di tulis menggunakan kertas dan bungkus surat yang biasa pada umum nya.
Karna penasaran, Chaterine langsung membuka bungkus surat itu kemudian mengambil secarik kertas yang ada di dalam nya. Kertas yang ada di dalam nya berwarna abu muda dengan tinta yang berbeda lagi yakni berwarna biru langit.
Chaterine jadi semakin penasaran sebenarnya apa motif dari pengirim surat ini, karna biasanya Chaterine tidak pernah mendapatkan surat khusus seperti hari ini.
"Chaterine, aku tidak tau ini sudah yang ke berapa kali nya aku mengirim surat padamu. Meskipun selama ini kamu sama sekali tidak pernah menghiraukan maupun membalas surat surat dariku, semangat ku tidak akan goyah. Aku akan tetap terus mengirim surat padamu dengan harapan agar suatu saat nanti kamu bisa menyadari ketulusan ku padamu"
Surat itu di tulis dengan sangat rapi, meskipun singkat tapi secara tidak langsung alasan orang yang menulis surat itu tentu nya adalah untuk menyatakan perasaan cinta.
Chaterine jadi malas melihat nya setelah tau bahwa ini adalah surat pernyataan cinta. Tentu saja Chaterine merasa risih dengan sikap para pria yang terus saja mendekati nya apalagi secara terang terangan begini yang pasti nya karna mengincar kedudukan dan posisi keluarga nya.
"Salam hangat dariku, Dyan Forte" kalimat terakhir yang di tulis di pojok bawah surat.
Chaterine langsung mengepal dengan keras surat beserta bungkus nya lalu melemparkan nya ke dalam tempat sampah saking jengkel nya. Mood Chaterine yang tadi nya bagus kini berubah jadi jelek setelah membaca surat barusan.
"Ada apa Chaterine? kenapa wajahmu lesu begitu?" saut Ivonna dari belakang.
"Tidak apa apa, aku hanya ingin ke toilet" jawab Chaterine.
"Ah, cepat lah kalau begitu. Waktu masuk tinggal setengah jam lagi," ujar Ivonna mengingatkan.
"Baiklah, aku pergi ke toilet dulu ya" kata Chaterine sambil berdiri dari kursi nya.
"Iya," ucap Ivonna sambil tersenyum.
Chaterine pun langsung pergi meninggalkan kelas dan pergi ke toilet sesuai ucapan nya barusan. Setelah Chaterine pergi agak lama, Ivonna pun langsung kembali ke sifat nya yang biasa.
"Hah, apa dia fikir aku benar benar menginginkan benda norak ini?" ujar Ivonna pada dirinya sendiri sambil terus memandangi liontin yang di pegangnya.
Ivonna yang semula duduk langsung berdiri dan mendekati tempat sampah, Ivonna melemparkan liontin yang di berikan oleh Chaterine barusan ke dalam tempat sampah.
"Tak ku sangka, ternyata putri nya presdir, penerus perusahaan ternyata senaif ini. Bahkan dia tidak bisa membedakan mana yang benar benar teman dan yang sebenarnya musuh" kata Ivonna bicara sendiri sambil tersenyum licik.
Karna kondisi kelas masih benar benar kosong dan hanya ia dan Chaterine yang kebetulan baru masuk, Ivonna bisa dengan bebas terus terusan membicarakan Chaterine tanpa takut ada yang mendengar nya.
*Dukung author dengan cara memberikan subscribe dan riview novel ini, agar author lebih rajin update setiap harinya.
Chaterine mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet, karna mungkin toilet sebentar lagi akan ramai di gunakan para murid lain nya untuk berganti pakaian karna tidak kebagian tempat di ruang ganti. Chaterine pun akhirnya memilih untuk berjalan jalan di sekitar sekolah sambil menunggu waktu sampai bel masuk berbunyi.Saat Chaterine hendak menuruni anak tangga dan melewati ruangan kelas 10, Chaterine langsung di tatap oleh para murid yang biasa nya mengejar ngejarnya dari lewat jendela.Karna tak ingin ketahuan, akhirnya Chaterine pun melarikan diri dan berlari tanpa tau arah hingga sampai ke bagian belakang sekolah."Hah.. hah, ternyata aku berlari cukup jauh juga bisa sampai sini. Bisa habis tenaga ku jika sampai anak anak tadi melihatku," kata Chaterine dengan nafas yang terengah engah karna habis berlari.Chaterine melihat ke sekeliling nya. Tempat bagian belakang sekolah yang sama sekali belum pernah ia lihat semenjak pertama kali datang ke sekol
Di satu sisi, pria tersebut tidak enak hati dengan orang yang berdiri di atas nya. Terlihat dengan sangat jelas sekali jika Yusto menatap nya dengan marah karna Chaterine lebih memilih untuk menolong nya di bandingkan menghiraukan perkataan Yusto. "Ah.. iya," jawab pria tersebut sambil menaruh tangan nya di atas telapak tangan Chaterine. Chaterine membantu pria itu berdiri dengan kedua tangan nya. Tubuh nya yang lemas hingga tak kuat berdiri itu pun sudah terlihat jelas sekali, betapa sakit nya pukulan yang ia terima barusan. "Kamu tidak apa apa?" tanya Chaterine khawatir karna melihat wajah nya yang babak belur. "A.. aku tidak apa apa" jawab nya dengan malu. "Kalau boleh tau, siapa nama mu?" tanya Chaterine. "Na.. namaku Sahid" jawab nya. Tentu saja Sahid merasa malu karna kondisi nya saat ini yang terlihat menyedihkan, apalagi ini pertemuan nya pertama kali secara langsung dengan Chaterine. "Ka.. kamu mengabaikan ku,
"Ji... jika aku pergi ke rumah nya berarti sama saja dengan aku pergi ke rumah presdir Cervan?" kata Sahid dengan dirinya sendiri."Hah, bagaimana ini? aku tidak punya pakaian yang pantas untuk pergi ke sana," ujar nya dengan panik.Sahid lalu turun dari ranjang kemudian mondar mandir berjalan sambil berfikir pakaian apa yang harus ia kenakan nanti sore untuk pergi ke rumah Chaterine."Lebih baik aku cari tau saja tentang gosip soal kediaman Chaterine, kata nya ada banyak sekali pengawal di rumah nya" pikir Sahid dengan keras.****"Tok tok tok" Chaterine mengetuk pintu kelas nya yang tertutup dari luar."Huh, sebenarnya siapa murid yang berkeliaran di jam pelajaran begini lalu mengganggu ku mengajar?" kata bu Aria dengan kesal."Maaf kan saya bu," kata Chaterine."Yah.. memang sudah seharus nya ka
"Bermain?" tanya Chaterine. "I.. iya, rencananya nanti sore kita akan berkumpul di sebuah tempat makan yang baru buka. Aku dengar dari yang lainnya meskipun baru saja buka tapi rasanya enak sekali lo!" kata Artizea dengan penuh semangat. "Ah maaf, kalau nanti sore aku tidak bisa ikut" ucap Chaterine merasa tidak enak. "Ah.. begitu ya, ma.. maaf aku tidak tau" kata Artizea merasa malu karna sudah di tolak. "Tapi lain kali jika kalian ingin mengajakku pergi, katakan saja. Aku pasti akan ikut datang bersama kalian," kata Chaterine sambil tersenyum ramah. "Be.. benarkah?" tanya Artizea dengan mata yang berbinar binar. "Tentu saja," jawab Chaterine dengan hangat. Ekspresi wajah Artizea yang semula muram langsung berubah ceria setelah mendengar perkataan Chaterine barusan. Rasanya harapan Artizea ingin menjadi dekat dengan Chaterine bisa segera terkabulkan. "Ngomong ngomong kamu pulang dengan siapa?" tanya Chaterine basa basi
Akhirnya Felix mengalah dan menuruti tindakan Chaterine yang lebih memilih untuk pulang berdua saja dengannya. Di sepanjang jalan, Felix terus memperhatikan raut wajah Chateirne yang terlihat senang. "Ada apa? apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Chaterine setelah tau bahwa dari tadi Felix terus mengamati dirinya. "Ah tidak, saya hanya kaget saja melihat nona seperti sedang senang begitu" jawab Felix sambil mengalihkan tatapannya. "Tentu saja aku senang, karna sekarang aku sedang berdua bersamamu" ujar Chaterine sambil tersenyum menghadap ke depan. Perkataan Chaterine barusan membuat Felix salah paham. Wajah Felix jadi memerah setelah mendengar bahwa Chaterine senang bisa berdua saja dengannya. "Jarang jarang aku bisa bebas tanpa pengawalan begini, ya kan?" lanjut Chaterine. Felix yang semula sudah terlalu percaya diri itu pun langsung merasa malu karna salah mengartikan maksud dari ucapan Chaterine. "Tentu saja," jawab Fel
"Hah.. baiklah, kalau itu memang keinginan nona" kata Felix setelah menghela nafas berat. "Terima kasih!" kata Chaterine dengan girang. "Sepertinya di depan sana ada orang yang bisa kita tanyai tentang bengkel di daerah sini," kata Felix sambil melirik arah datangnya sebuah mobil dari kejauhan. Perlahan mobil berwarna hitam itu semakin mendekat pada Felix dan Chaterine yang berhenti di pinggir jalan. Mobil hitam itu pun perlahan lahan berhenti. Seseorang yang duduk di bagian belakang mobil membuka kaca mobilnya dari dalam. Felix pun dengan sigap langsung berdiri di depan Chaterine untuk antisipasi. "Tidak apa apa Felix, aku tau siapa orang ini" kata Chaterine yang bersikap waspada. "Apakah teman anda, nona?" tanya Felix sambil menengok ke Chaterine. "Tidak, aku hanya mengenalnya saja" jawab Chaterine. "Erinn!" teriak seorang anak laki laki yang terlihat seumuran Chaterine dari dalam mobil sambil melambai lambaikan tanga
"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar. "Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine. "Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix. "Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine. "Teman... teman.. ya," gumam Felix. "Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine. "Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix. "Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil
Saat mulai memasuki gerbang pertama dari luar, terlihat ada dua bangunan yang berada di sisi kanan dan kiri pagar menjulang tinggi hingga hampir sama dengan tinggi gerbang.Di bagian luar gerbang, terdapat sebuah bel rahasia yang berbentuk seperti bata dengan warna merah yang sama seperti bagian bangunan lainnya.Karna ini merupakan rahasia, hal ini tentunya hanya diketahui para pekerja atau pegawai yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cervan termasuk Felix ia juga mengetahui dan bisa membedakan yang mana yang merupakan bel rahasia diantara batu bata merah lainnya.Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Felix sampai depan gerbang pertama. Felix pun membunyikan bel khusus agar para pengawal lainnya segera membukakan gerbang.Yang membedakan bel khusus untuk para pekerja dan untuk para tamu itu adalah suaranya. Bel untuk umum hanyalah bel biasa pada umumnya yang juga terpasang di luar gerbang pertama."Hei, apa yang sudah terjadi? kenapa nona pingsa