Share

Marah

Di satu sisi, pria tersebut tidak enak hati dengan orang yang berdiri di atas nya. Terlihat dengan sangat jelas sekali jika Yusto menatap nya dengan marah karna Chaterine lebih memilih untuk menolong nya di bandingkan menghiraukan perkataan Yusto.

"Ah.. iya," jawab pria tersebut sambil menaruh tangan nya di atas telapak tangan Chaterine.

Chaterine membantu pria itu berdiri dengan kedua tangan nya. Tubuh nya yang lemas hingga tak kuat berdiri itu pun sudah terlihat jelas sekali, betapa sakit nya pukulan yang ia terima barusan.

"Kamu tidak apa apa?" tanya Chaterine khawatir karna melihat wajah nya yang babak belur.

"A.. aku tidak apa apa" jawab nya dengan malu.

"Kalau boleh tau, siapa nama mu?" tanya Chaterine.

"Na.. namaku Sahid" jawab nya.

Tentu saja Sahid merasa malu karna kondisi nya saat ini yang terlihat menyedihkan, apalagi ini pertemuan nya pertama kali secara langsung dengan Chaterine.

"Ka.. kamu mengabaikan ku, dan kenapa malah begitu perhatian dengan bocah ini?" tanya yusto tak percaya.

"Tidak ada alasan bagiku untuk menghiraukan penindas seperti mu" jawab Chaterine dengan tatapan tajam.

Yusto yang mendengar hal itu pun langsung merasa marah. Bagaimana bisa Chaterine justru lebih memilih pria yang terlihat lemah di banding kan dengan dirinya.

"I.. ini semua gara gara kamu!" teriak Yusto sambil melayangkan telapak tangan kanan nya ke atas untuk menampar Sahid.

Sebelum tangan Yusto mengenai wajah Sahid, dengan cepat Chaterine langsung menangkap tangan kanan Yusto kemudian mencengkeram nya dengan kuat.

Sahid yang berpikir dirinya akan menerima pukulan lagi itu pun merasa tak berdaya dan pasrah. Sambil memejamkan mata, Sahid menggigit bibirnya agar tidak merasakan sakit.

Sudah agak begitu lama setelah Sahid menutup mata, tapi Sahid tidak merasakan pukulan yang keras di pipi nya. Sahid pun bingung dan memberanikan diri membuka mata.

"Sudah cukup, Yusto!" tegas Chaterine sambil masih memegang tangan kanan Yusto.

Sahid yang melihat dengan mata kepala nya sendiri itu pun merasa kaget sekaligus takjub. Bagaimana bisa tangan Chaterine yang begiru kecil itu mampu menahan tangan Yusto yang 2 kali lebih besar darinya.

"Akhhh," ujar Yusto merintih kesakitan.

"Aku tidak mau melihat hal seperti ini terjadi lagi ke depan nya. Kalian sudah besar, jangan bertengkar hanya karna hal sepele seperti ini" kata Chaterine setelah melepaskan cengkraman tangan nya dari tangan Yusto.

Yusto masih menatap Chaterine dengan tidak percaya. Wanita yang selama ini di suka nya dengan sepenuh hati malah sampai seperti ini hanya untuk membela seorang pria lemah di depan nya, apalagi ini pertemuan pertama mereka.

"Ayo cepat ikut aku, kamu harus di obati" ajak Chaterine sambil menggandeng tangan Sahid.

Sahid dan Chaterine dengan cepat meninggalkan Yusto sendirian kemudian pergi ke UKS untuk mengobati luka yang di dapat Sahid karna pukulan barusan.

Sementara itu, Yusto dari tadi masih tak percaya dengan apa yang di lihat nya barusan. Bukan hanya membela Sahid dan menolong nya, bahkan barusan Chaterine mengajak Sahid pergi sambil menggandeng tangan nya.

"Dasar bedebah itu!" teriak Yusto dengan kesal.

****

"Akhhh," ujar Sahid merintih kesakitan.

"Aduh, maaf. Rasanya pasti sakit sekali ya?" ucap Chaterine tidak enak sambil mengobati luka di wajah Sahid dengan pelan.

Darah yang tadi nya keluar dari hidung Sahid sudah berhenti. Kini hanya tinggal wajah nya yang perlu di kompres dengan air dingin agar tidak terlalu nyeri nanti nya.

"Maaf kan aku, kamu di pukuli oleh pria tadi gara gara aku kan?" kata Chaterine dengan ekspresi wajah yang murung karna merasa bersalah.

"Ti.. tidak, jangan minta maaf terus. Ini salahku, jika saja tadi aku bisa seberani dirimu pasti aku tidak akan di pukuli seperti ini" kata Sahid merasa malu.

"Menurutku kamu tadi sudah cukup berani kok. Meskipun tadi ada banyak celah untukmu melarikan diri, tapi kamu lebih memilih untuk menghadapi nya. Menurutku itu sudah sangat berani" ucap Chaterine sambil tersenyum ramah.

Melihat wajah Chaterine yang bersinar dan terlihat sangat cantik saat tersenyum itu, membuat hati Sahid berdegup dengan sangat kencang nya. Ia tidak menyangka jika hari ini bisa melihat wajah Chaterine dengan sangat dekat seperti saat ini.

"I... iya, terima kasih" jawab Sahid dengan gugup.

Chaterine terus mengompres luka membiru di wajah Sahid dengan hati hati menggunakan kain yang di celup ke dalam air es. 

"Nah, sudah selesai. Aku kembali ke kelas dulu ya, jika kamu masih merasa sakit kamu boleh beristirahat dulu di sini, biar nanti aku yang akan minta ijin pada wali kelasmu" kata Chaterine sambil membereskan barang yang ia gunakan tadi.

"Tung... tunggu dulu!" teriak Sahid menghentikan Chaterine yang sudah berjalan.

"Ada apa?" tanya Chaterine sambil menengok ke arah Sahid.

"Em.. itu.. apa aku boleh tau kamu belajar pertahanan diri seperti tadi di mana? mak, maksudku aku juga ingin mempelajari nya agar tidak di tindas lagi ke depan nya!" kata Sahid dengan wajah nya yang memerah.

Melihat wajah Sahid yang memerah, Chaterine pun merasa lucu melihat nya, "Hihihi, lucunya" batin Chaterine.

"Tentu saja, niatmu itu sangat bagus. Ini, kamu bisa datang ke sini nanti malam dan latihan denganku" ujar Chaterine sambil mengeluarkan sebuah kartu dari dalam saku nya.

"A.. apa ini?" tanya Sahid dengan bingung.

"Itu kartu namaku, aku tidak biasa latihan di luar rumah. Jadi kamu bisa datang latihan ke rumahku kalau mau" jawab Chaterine.

"Kar.. kartu nama?" kata Sahid dengan wajah yang semakin memerah.

Sahid tidak menyangka semudah ini mendapatkan kartu nama Chaterine. Bahkan selama ini Sahid tidak pernah bermimpi untuk bisa mendapatkan nya, yang bisa Sahid lakukan selama ini hanyalah mengagumi Chaterine dari kejauhan.

"Jika ada yang ingin kamu tanyakan lagi, hubungi saja nomor di situ. Aku tidak ada waktu lagi sekarang, aku harus kembali ke kelas" tutur Chaterine terburu buru.

"B-baik!" kata Sahid.

Chaterine kemudian meninggalkan Sahid sendirian di dalam UKS. Sahid pun langsung berbaring dengan nyaman di atas ranjang yang di sediakan.

Sahid terus terusan menatap kartu nama yang barusan di berikan Chaterine pada nya. Sahid terus saja membayangkan wajah Chaterine padahal baru saja habis bersama nya.

"Tung.. tunggu dulu" suasana hati Sahid yang semula berbunga bunga jadi terasa suram setelah Sahid mengingat kembali tentang sesuatu.

*Dukung author dengan cara memberikan subscribe dan riview novel ini.

Canna oprhe

Dukung author dengan cara memasukkan novel ini ke dalam rak buku.

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status