"Bermain?" tanya Chaterine.
"I.. iya, rencananya nanti sore kita akan berkumpul di sebuah tempat makan yang baru buka. Aku dengar dari yang lainnya meskipun baru saja buka tapi rasanya enak sekali lo!" kata Artizea dengan penuh semangat.
"Ah maaf, kalau nanti sore aku tidak bisa ikut" ucap Chaterine merasa tidak enak.
"Ah.. begitu ya, ma.. maaf aku tidak tau" kata Artizea merasa malu karna sudah di tolak.
"Tapi lain kali jika kalian ingin mengajakku pergi, katakan saja. Aku pasti akan ikut datang bersama kalian," kata Chaterine sambil tersenyum ramah.
"Be.. benarkah?" tanya Artizea dengan mata yang berbinar binar.
"Tentu saja," jawab Chaterine dengan hangat.
Ekspresi wajah Artizea yang semula muram langsung berubah ceria setelah mendengar perkataan Chaterine barusan. Rasanya harapan Artizea ingin menjadi dekat dengan Chaterine bisa segera terkabulkan.
"Ngomong ngomong kamu pulang dengan siapa?" tanya Chaterine basa basi.
"Ah aku? aku berjalan kaki sendiri. Kebetulan rumahku juga tidak jauh dari sini," jawab Artizea.
"Kapan kapan aku juga ingin bermain ke rumahmu, boleh tidak?" tanya Chaterine sambil tersenyum.
"Ten.. tentu saja, tapi rumahku sempit. Aku khawatir nanti kamu tidak nyaman" ujar Artizea malu.
"Tidak apa apa kok, semua rumah sama saja bagiku" kata Chaterine.
Artizea merasa kaget melihat sifat Chaterine yang begitu ramah dan hangat meskipun saat sedang berbicara dengan orang miskin seperti dirinya.
"Ah baiklah kalau begitu. Kamu sendiri pulang dengan siapa?" tanya balik Artizea.
Seorang pria berjas hitam yang merupakan salah satu dari pengawal Chaterine melambai lambaikan tangan nya dari ujung jalan tepat di depan mobil berwarna hitam, seperti nya mobil jemputannya sudah tiba.
"Ah itu dia, aku pulang duluan ya!" kata Chaterine dengan tiba tiba.
"Ah, iya hati hati" jawab Artizea dengan cepat.
Chaterine segera berlari ke arah mobil hitam yang di depan nya banyak sekali pria berjas hitam yang sudah berbaris seperti sedang menunggu seseorang.
"Jadi maksutnya Chaterine pulang dengan naik mobil mewah bersama dengan banyak pria itu? yah.. dia kan anak presdir, wajar saja jika keamanannya seketat itu" ujar Artizea pada dirinya sendiri.
****
Chaterine berlari ke arah mobil yang sudah terparkir di ujung jalan yang tak jauh dari sekolah nya. Chaterine sengaja tidak membiarkan para pengawalnya menjemput hingga ke dalam sekolah meskipun bisa, karna Chaterine tidak ingin dirinya menjadi pusat perhatian."A, apa ini? kenapa banyak sekali yang datang hanya untuk menjemputku?" tanya Chaterine tercengang setelah melihat mobil jemputan nya penuh dengan para pengawal nya.
Chaterine terbelalak kaget begitu mengetahui ada banyak sekali orang yang ikut menjemputnya tengah duduk di dalam mobil.
"Ah ini, mungkin nona akan sedikit merasa tidak nyaman. Tapi ini adalah perintah langsung dari tuan besar, saya tidak bisa membantahnya" jawab salah satu dari pengawal Chaterine yang ikut menjemput Chaterine.
"Apa maksudnya ini semua Felix?" kata Chaterine sambil menatap tajam ke arah Felix.
"Maafkan saya nona, tapi ini adalah perintah mutlak presdir. Saya juga tidak bisa membantahnya karna alasan keamanan" ujar Felix.
"Hahh... alasan keamanan ya? sebenarnya mau sampai kapan ayah memperlakukanku seperti anak kecil?" gumam Chaterine tak habis pikir.
Chaterine terdiam sejenak untuk memikirkan cara agar dirinya tak harus pulang dengan dikawal banyak orang.
"Kalian semua, ambilah beberapa barangku yang ada di loker. Aku sudah memisahkannya, jadi kalian tinggal membawa nya saja" perintah Chaterine.
"Barang?" saut salah satu pengawalnya.
"Lagi lagi ada yang mengirimiku hadiah sama seperti sebelumnya, jadi cepat ambil dan bawa pulang agar tidak memenuhi lokerku" kata Chaterine.
"Baik!" jawab semuanya dengan kompak.
"Tunggu dulu, perintahku barusan pengecualian untuk Felix. Felix harus tetap di sini bersama ku," kata Chaterine.
"Tapi nona, kenapa harus Felix?" tanya salah satu pengawalnya yang sudah merasakan hal yang tidak beres.
"Memangnya kenapa lagi? tentu saja harus ada setidaknya satu orang yang menjagaku disini saat kalian tidak ada, bagaimana jika nanti aku di culik saat kalian sedang mengambil barangku di dalam?" ujar Chaterine membuat alasan.
"Saya mengerti nona, tapi silahkan pilih pengawal lain yang lebih unggul dari Felix. Bukan maksud saya meremehkan kemampuannya, hanya saja Felix masih terlalu muda untuk menjaga nona seorang diri" saut salah satu pengawal yang merupakan ketua dari grub pengawal 01.
"Apa sekarang ini kamu sedang meragukan keputusanku?" ujar Chaterine dengan tatapan mengancam.
"Tentu saja tidak nona, mana mungkin saya berani" kata pengawal tersebut.
"Baguslah kalau begitu, sekarang lebih baik kalian segera masuk dan ambil barang barangku" kata Chaterine.
Sesuai perintah Chaterine barusan, para pengawalnya yang lain diminta untuk kembali masuk ke dalam sekolah untuk mengambil barang barang Chaterine yang masih tertinggal di loker, sementara Felix, dibiarkan ikut bersamanya untuk pulang.
"Nah, sekarang ayo cepat!" ujar Chaterine sambil menarik tangan Felix kemudian mengajaknya masuk ke dalam mobil dengan terburu buru.
Dengan refleks Felix langsung mengikuti Chaterine masuk ke dalam mobil tanpa menolak.
"Tung.. tunggu dulu nona, apa yang anda lakukan?" tanya Felix dengan panik melihat Chaterine yang duduk di tempat kemudi.
"Apa lagi? tentu saja aku mau pulang" jawab Chaterine dengan penuh keyakinan.
"Tapi pengawal lainnya masih belum kembali, ini terlalu berbahaya nona!" ucap Felix untuk menghentikan aksi Chaterine yang nekat.
"Felix, aku pikir kamu berbeda dengan mereka. Tapi ternyata pikiranku itu salah, kamu sama saja dengan yang lainnya" ujar Chaterine dengan ekspresi wajah muram.
"A.. apa maksud nona?" tanya Felix kebingungan.
"Kenapa semua orang memperlakukanku seperti anak kecil? padahal aku hanya ingin hidup seperti anak biasa lainnya, ku pikir kamu berbeda dengan mereka tetapi ternyata kamu sama saja!" bentak Chaterine.
Felix yang tidak tega melihat ekspresi wajah Chaterine itu pun mau tidak mau akhirnya menyerah dan membiarkan Chaterine melakukan apa yang ia ingin lakukan.
"Baiklah, terserah nona saja!" kata Felix yang sudah putus asa untuk menghentikan Chaterine.
"Kamu ini memang bisa ku andalkan!" ujar Chaterine dengan raut wajah puas.
"Tapi bagaimana cara mereka pulang nantinya?" tanya Felix.
"Mereka itu tidak bodoh, toh paling nantinya mereka juga akan segera dapat kendaraan untuk pulang" ujar Chaterine dengan santai.
"Jika tuan besar tau soal ini, mungkin nanti saya akan di hukum berlari semalaman!" kata Felix kesal.
"Kamu tenang saja, biar nanti aku yang akan menjelaskan ini pada ayah" kata Chaterine menenangkan Felix.
Akhirnya Felix mengalah dan menuruti tindakan Chaterine yang lebih memilih untuk pulang berdua saja dengannya. Di sepanjang jalan, Felix terus memperhatikan raut wajah Chateirne yang terlihat senang. "Ada apa? apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Chaterine setelah tau bahwa dari tadi Felix terus mengamati dirinya. "Ah tidak, saya hanya kaget saja melihat nona seperti sedang senang begitu" jawab Felix sambil mengalihkan tatapannya. "Tentu saja aku senang, karna sekarang aku sedang berdua bersamamu" ujar Chaterine sambil tersenyum menghadap ke depan. Perkataan Chaterine barusan membuat Felix salah paham. Wajah Felix jadi memerah setelah mendengar bahwa Chaterine senang bisa berdua saja dengannya. "Jarang jarang aku bisa bebas tanpa pengawalan begini, ya kan?" lanjut Chaterine. Felix yang semula sudah terlalu percaya diri itu pun langsung merasa malu karna salah mengartikan maksud dari ucapan Chaterine. "Tentu saja," jawab Fel
"Hah.. baiklah, kalau itu memang keinginan nona" kata Felix setelah menghela nafas berat. "Terima kasih!" kata Chaterine dengan girang. "Sepertinya di depan sana ada orang yang bisa kita tanyai tentang bengkel di daerah sini," kata Felix sambil melirik arah datangnya sebuah mobil dari kejauhan. Perlahan mobil berwarna hitam itu semakin mendekat pada Felix dan Chaterine yang berhenti di pinggir jalan. Mobil hitam itu pun perlahan lahan berhenti. Seseorang yang duduk di bagian belakang mobil membuka kaca mobilnya dari dalam. Felix pun dengan sigap langsung berdiri di depan Chaterine untuk antisipasi. "Tidak apa apa Felix, aku tau siapa orang ini" kata Chaterine yang bersikap waspada. "Apakah teman anda, nona?" tanya Felix sambil menengok ke Chaterine. "Tidak, aku hanya mengenalnya saja" jawab Chaterine. "Erinn!" teriak seorang anak laki laki yang terlihat seumuran Chaterine dari dalam mobil sambil melambai lambaikan tanga
"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar. "Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine. "Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix. "Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine. "Teman... teman.. ya," gumam Felix. "Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine. "Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix. "Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil
Saat mulai memasuki gerbang pertama dari luar, terlihat ada dua bangunan yang berada di sisi kanan dan kiri pagar menjulang tinggi hingga hampir sama dengan tinggi gerbang.Di bagian luar gerbang, terdapat sebuah bel rahasia yang berbentuk seperti bata dengan warna merah yang sama seperti bagian bangunan lainnya.Karna ini merupakan rahasia, hal ini tentunya hanya diketahui para pekerja atau pegawai yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cervan termasuk Felix ia juga mengetahui dan bisa membedakan yang mana yang merupakan bel rahasia diantara batu bata merah lainnya.Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Felix sampai depan gerbang pertama. Felix pun membunyikan bel khusus agar para pengawal lainnya segera membukakan gerbang.Yang membedakan bel khusus untuk para pekerja dan untuk para tamu itu adalah suaranya. Bel untuk umum hanyalah bel biasa pada umumnya yang juga terpasang di luar gerbang pertama."Hei, apa yang sudah terjadi? kenapa nona pingsa
"Berjanjilah satu hal padaku dulu," kata Cervan."Duh, sayang. Memangnya ada apa sampai aku harus berjanji dulu?" tanya Riria yang heran."Berjanjilah kamu akan tetap tenang meskipun apa yang akan kukatakan sekarang ini bisa saja membuatmu panik," ujar Cervan."Yasudah, aku berjanji. Cepat katakan, aku masih sibuk ini" kata Riria."Chaterine menghilang," ucap Cervan dengan singkat."Cha... Chaterine menghilang?" kata Riria yang terlonjak kaget."I.. iya," jawab Cervan."Apa maksudmu? putriku satu satunya yang cantik meng... menghilang?" tanya Riria yang masih tidak percaya."Iya," jawab Cervan."Apa apaan ini? bagaimana bisa putriku menghilang? untuk apa kau sampai memperkerjakan puluhan pengawal kalau hanya untuk menjaga satu orang saja mereka tidak bisa?!" kata Riria yang mulai panik."Sayang, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan tenang" ujar Cervan."Mana aku tau kalau yang mau kamu katakan adalah
Cervan pun langsung menghampiri orang tersebut lalu mengguncang guncangkan tubuhnya dengan keras, "Cepat katakan, putriku kenapa?" tanya Cervan. "Nona di.. digendong Felix da... dari arah gerbang" jawab pengawal tersebut. "A... apa?" kata Cervan yang sedikit terkejut. "Bagaimana bisa? apa Felix yang menemukan Chaterine?" tanya Riria yang panik. "Apa kalian dengar? putriku sudah ditemukan. Sekarang batalkan rencana untuk mencarinya, kemudian bawakan air kemari. Cepat!" teriak Cervan. Para pengawal dan juga pegawai yang berada di situ pun dengan cepat mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut kepulangan Chaterine. Mulai dari kotak p3k, air hingga obat obatan herbal telah disiapkan untuk berjaga jaga. Semua orang terlihat tengah sibuk. Beberapa pengawal berlarian kesana kemari untuk membuka pintu utama. Sedangkan Renata yang merupakan dayang pribadi Chaterine tengah mempersiapkan air mandi Chaterine. "Sebenarnya ada apa ini?
"Ah, benarkah begitu?" tanya Cervan yang tidak percaya. "Benar, tuan" jawab Felix. "Lalu kamu pulang dengan berjalan kaki sambil menggendong putriku, begitu?" ujar Cervan yang mulai curiga. "Saya mencari taksi untuk pulang tuan, dan nona baru tertidur saat dalam perjalanan pulang" jawab Felix. "Tapi kenapa tidak memberi kabar pada orang rumah? kami bisa mengirimkanmu kendaraan untuk pulang kan, jadi kamu tidak perlu repot repot mencari taksi" bantah Cervan. "Maaf, tuan. Saya yang bodoh karna tidak terfikirkan hal itu," ujar Felix yang terus terusan mengakui kesalahannya. "Aku mendapat laporan dari beberapa pengawal yang ikut serta denganmu menjemput Chaterine. Katanya ponselmu tidak bisa dihubungi, apa kamu sengaja mematikan ponselmu agar waktumu dengan putriku tidak diganggu?" ujar Cervan. "Tidak, aku tidak bisa mengatakan jika nona yang memintaku melakukannya. Aku tidak ingin nona marah padaku nantinya," batin Felix.
"Maaf, saya malah membuat anda sampai kelelahan seperti ini" gumam Felix sambil mengusap beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Chaterine. "Hei, cepat keluar. Jangan lama lama!" teriak Cervan dari luar kamar Chaterine. Padahal belum saja lima menit, Felix belum puas memandangi wajah Chaterine yang nanti nya hanya bisa ia lihat dari kejauhan selama seminggu karna hukumannya. Tapi Cervan sudah berteriak memintanya untuk cepat keluar. Dengan berat hati, Felix pun keluar dari kamar Chaterine sebelum Cervan benar benar memecatnya nanti. "Kenapa lama sekali sih?" tanya Riria dengan tatapan tajam begitu Felix keluar dari kamar Chaterine. "Maaf nyonya," jawab Felix seperlunya. "Sudahlah, kembalilah dan istirahat. Sebentar lagi jam untuk latihan malam, jangan sampai kamu tidak mengikutinya hanya karna alasan lelah" ujar Cervan memotong percakapan Felix dan Riria sebelum semakin panjang. "Baik, tuan" kata Felix sambil menundukkan