"Tidak ibu, ayah. Memang aku sendiri yang tadi siang mengundangnya untuk ikut latihan disini, tidak apa apa bukan?" kata Chaterine.
"Syukurlah kalau begitu, tentu saja tidak apa apa dong! semuanya boleh kalau putriku menginginkannya," jawab Cervan dengan penuh semangat.
"Ibu juga sangat senang karna akhirnya putriku punya teman wanita yang akrab. Tapi kenapa kamu tidak cerita tentang temanmu itu pada ibu sih?" kata Riria.
"Dia itu laki laki, bu" ujar Chaterine.
"A.. apa? la.. laki laki?" kata Riria terbengong.
"Maksudmu pria? yang datang kesini itu teman priamu di sekolah?" tanya Cervan yang ikutan kaget.
"Iya, dia bilang ingin jadi kuat sepertiku. Aku jadi kagum melihat semangatnya, jadi aku mengajaknya ikut latihan bersamaku disini" kata Chaterine dengan santai seolah tidak akan terjadi apapun jika ia mengatakan hal itu.
"A.. apa? kagum? hanya dengan hal seperti itu? bagaimana bisa kamu sepolos ini sih?" kata Riria tak habis
Author akan mulai update setiap harinya, jadi masukkan novel ini ke daftar pustaka agar tidak ketinggalan bab terbaru:)
Dengan cepat pengawal itu pun langsung melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju Sahid dan langsung berdiri tegap berbicara dengan Chaterine. Sementara Sahid hanya terdiam mematung dalam posisinya yang masih tergeletak di atas lantai karna terpukau melihat Chaterine yang lagi lagi menyelamatkannya dengan keren hari ini. "Saya hendak mengusirnya karna orang ini mencurigakan, nona" jawab pengawal itu dengan tegas. "Apa mengusir tamu tuanmu adalah tindakan yang benar sebagai pengawal?" tanya Chaterine dengan tatapan tajam. "Ti... Tidak nona. Tapi orang ini tadi sudah menghina para pengawal keluarga Edelgard, hal ini sama saja seperti merendahkan tuan" kata pengawal itu membantah. "Apa aku bertanya soal hal itu?" kata Chaterine terlihat tidak peduli. Pengawal itu pun hanya bisa diam tidak berkutik mendengar perkataan Chaterine yang menyayat hati barusan. "Apapun yang dia katakan, itu pasti karna dia muak dengan perlakuan kali
"Rumahmu luas sekali ya, benar benar seperti istana" ujar Sahid terkagum kagum setelah melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. "Karna banyak sekali orang yang tinggal disini, tentu saja rumah ini harus luas agar bisa dihuni banyak orang bukan?" jawab Chaterine dengan bijak. Sahid pun hanya tersenyum mendengarkan jawaban Chaterine yang sama sekali tidak menyombongkan dirinya. "Apa yang kamu bawa di tas itu? apa itu baju untuk latihan nanti?" tanya Chaterine yang dari tadi penasaran dengan barang bawaan Sahid yang dia taruh di dalam tas berwarna abu abunya itu. "Ah.. karna terlalu senang bersama dengan Chaterine aku jadi lupa, ini kan bunga yang ku beli untuknya tadi sore. Tapi sekarang pasti sudah layu, ku berikan atau tidak ya?" Batin Sahid ragu ragu. "Dari tadi kamu terus bengong loh," saut Chaterine membuatnya fokus kembali. Akhirnya setelah berfikir keras dengan mempertaruhkan harga diri dan pengorbanannya hari ini, Sahid me
"Chaterine sampai melakukan hal seperti itu?" tanya Cervan yang terkejut akan sikap putrinya. "Benar, tuan. Nona tumbuh dengan sangat baik dan syukurlah nona memiliki kepribadian yang sangat berbeda dari kedua orang tuanya," ujar butler mengatakan hal yang jujur. "Apa maksud dari perkataanmu barusan?" kata Cervan sambil melirik butler. "Saya hanya mengatakan apa yang menurut saya benar, tuan" jawab butler sambil tersenyum santai. "Apa karna sering di kelilingi pria tampan, putriku jadi ingin mencoba dekat dengan yang standar saja ya?" gumam Riria yang terus terusan mengamati Sahid dari balik tembok. Karna indra pendengaran Cervan yang cukup peka, ia sampai merasakan kedatangan putrinya hanya dari langkah kakinya saja yang mulai menuju ke area berlatih. "Sepertinya Catty mulai berjalan kemari, lebih baik kita sembunyi jika tidak ingin ketahuan olehnya" ujar Cervan. Butler dan Riria pun dengan sigap langsung bersembunyi setelah C
"Nona, apa yang anda lakukan disini?" tanya Felix yang heran melihat Chaterine. Felix tiba tiba datang dan menyela kebersamaan Chaterine dan Sahid yang tengah latihan itu. "Felix! Pas sekali kamu datang, ada yang ingin ku tanyakan." ujar Chaterine senang melihat Felix. "Nona, lebih baik anda sekarang segera bersembunyi di belakang saya. Jangan dekat dekat dengan orang asing itu," kata Felix sambil menatap Sahid dengan tatapan tajam. "A ... apa? Aku ini temannya Chaterine, bukan orang asing!" bentak Sahid tak terima dengan perlakuan Felix. Semenjak datang hingga sekarang, Sahid memang tidak di perlakukan dengan baik oleh para pengawal di rumah Chaterine, bahkan sampai pelatihnya pun menunjukkan rasa tidak sukanya secara terang terangan. Dengan sigap, Felix pun langsung menarik Chaterine ke arahnya. Ia melindungi Chaterine dengan berdiri di depannya. "Orang asing tetaplah orang asing. Jadi, ku harap kamu tau batasmu dan tetap ber
"Aku ingin, ayah mencabut hukuman untuk Felix sekarang." kata Chaterine menatap ayahnya dengan tatapan tajam. "Tidak, ayah tidak bisa." jawab Cervan dengan cepat. "Tapi ayah ... hukuman itu tidak adil bagi Felix, bukan dia yang salah tapi aku." ujar Chaterine mencoba menjelaskan. "Dari dulu, ayah selalu mengatakannya berulang ulang pada para pengawal. Bahwa keamanan dan keselamatanmu harus di jadikan prioritas, tapi Felix justru lalai dengan tugasnya dan malah menuruti permintaanmu yang kekanak kanakan itu. Hukuman seminggu itu sudah cukup untuk jadi pelajaran baginya," kata Cervan dengan tegas. "Ta .. tapi, lihatlah! Aku pulang dengan selamat, tidak ada satu bagian tubuhku yang lecet. Aku janji tidak akan mengulangi hal seperti ini lagi, ayah!" ujar Chaterine memelas. "Tidak sayang, hukuman tetaplah hukuman. Ini hanya masalah waktu, setelah satu minggu, Kamu dan Felix akan menjalani hari seperti biasa lagi. Maka dari itu, bersabarlah dan coba
"Kenapa kamu memilihkan pakaian sebanyak ini?" tanya Chaterine melihat begitu banyak pakaian yang sedang di jejer di ranjangnya. "Ah, nona sudah selesai mandi rupanya. Saya sedang bingung memilih pakaian untuk anda pakai hari ini, menurut nona mana yang lebih bagus?" tanya Renata meminta pendapat Chaterine. "Sudahlah, carikan jas dan kemeja saja untuk ku pakai." kata Chaterine yang menanggapinya dengan malas. "Tidak, mana bisa begitu? Hari ini kan anda akan bertemu dengan orang orang penting saat rapat nanti, anda harus menunjukkan pesona anda dong." ujar Renata dengan penuh semangat. "Yasudah, aku akan pakai setelan blazer ini." kata Chaterine setelah melihat lihat. "Baiklah," ucap Renata dengan sorot mata yang berbinar binar. Renata segera mengembalikan pakaian lainnya ke dalam lemari. Sementara Chaterine segera memakai pakaian yang dipilihnya sendiri tadi. Chaterine pun mulai selesai di rias, ia hanya memakai riasan natural.
Semua karyawan pada saat itu hanya bisa menatap Chaterine dengan kagum. Mereka sangat bangga sekali bisa jadi bagian dari JIAN GROUP dan bisa dapat kesempatan untuk melihat Chaterine secara dekat."Mari saya antar ke ruang rapat, tuan dan nona. Tuan Candra dan yang lainnya sudah menunggu," kata salah seorang pengawal Cervan yang menghampirinya begitu masuk ke dalam kantor.Chaterine dan rombongannya pun mengikuti pegawai tersebut hingga ke salah satu ruangan yang berada di lantai 2. Sementara para karyawan lainnya kembali bekerja begitu selesai menyambut Chaterine."Nona! Akhirnya anda datang juga. Saya dan putra saya sudah menantikan anda sejak tadi," kata Candra yang merupakan direktur di JIAN GROUP."Benarkah?" ujar Chaterine yang hanya menanggapi bualan Candra sewajarnya."Tentu saja. Putraku, apa yang kamu lakukan? Cepat beri salam pada nona Chaterine," kata Candra tergesa gesa."Selamat datang, nona. Saya tidak menyangka kita bertemu k
"Maafkan saya yang sudah tidak sopan ini. Apa yang di katakan putra tuan Candra memang benar, tapi ... saya rasa itu pendapat yang ketinggalan jaman." kata Chaterine menarik perhatian."Bagaimana bisa ketinggalan jaman? Coba jelaskan," kata Cervan yang semakin tertarik."Mengenai pendapat Leo yang memikirkan kerugiannya, itu adalah hal yang wajar yang tentu saja pernah dialami para produsen seperti kita. Tapi menurut saya, pemikiran seperti itu adalah pemikiran lawas dan lebih baik dibuang saja. Apa anda sekalian ingin mendengarkan tentang pendapat saya?" ujar Chaterine yang semakin membuat lainnya penasaran.Semua orang mengangguk dan menatap Chaterine seolah menantikan penjelasannya. Hanya ada satu orang yang tidak suka, yaitu Candra. Sepertinya ia marah karna tadi Chaterine mengambil kesempatan putranya untuk mencari muka."Tunggu dulu, tuan tuan! Bukankah hal yang wajar jika para produsen seperti kita mengkhawatirkan kerugian? Bukankah hal yang baru s