"Segera siapkan mobil untuk nona!" teriak pengawal tersebut.
"Hei, tidak perlu. Tidak masalah jika aku hanya berjalan beberapa langkah saja, tidak perlu sampai menyiapkan mobil untukku." kata Chaterine mencegah pengawal tersebut.
"Tidak, Tidak bisa. Jika nona tidak mau menunggu mobilnya disiapkan sebentar, saya akan mengambil tandu untuk mengantar anda hingga ke rumah utama." kata pengawal tersebut bersikeras tidak membiarkan Chaterine berjalan.
"Hah .... orang orang rumah ini selalu saja bersikap berlebihan," batin Chaterine menarik nafas berat.
"Ya sudah, terserah saja." mau tidak mau, Chaterine menunggu mobil yang sedang menuju ke gerbang tempat ia berhenti sejenak.
Akhirnya mobil yang dikirim dari rumah utama itu pun sampai, Chaterine dan Rogger masuk ke dalamnya dan diantar hingga ke depan rumah utama. Seperti biasa, para pelayannya sudah menunggu di depan halaman rumah.
Saat Chaterine turun dari mobil, mereka pun melakukan tugasnya. Ad
Dukung author dengan cara memberikan gem serta riview dengan rate bintang lima agar author lebih rajin update setiap harinya:)
"Aku biasanya tidak akan segelisah ini karna yakin dengan kemampuan Felix. Tapi ... kali ini lawannya adalah Rogger, dari segi kekuatan pun pasti Rogger yang akan menang karna tubuhnya dua kali lebih besar dari Felix." Chaterine merasakan cemas dalam hatinya."Tunggu dulu, pelatih. Bukankah ini tidak adil? Biasanya mereka dipilih sesuai standar yang sama kan? Tapi kali ini, bagaimana bisa Felix dengan Rogger? Itu akan merugikan Felix!" Chaterine tidak terima, karna di sparing kali ini sudah jelas sekali siapa yang akan menang."Nona ... anda tidak mengganggap remeh Felix kan? Dia adalah pengawal pribadi nona, tentu saja kekuatannya tidak bisa di ragukan lagi. Percayalah, sparing kali ini kami juga sudah menyeimbangkan kekuatan di antara mereka, jadi nona tidak perlu merasa khawatir." Pelatih menenangkan Chaterine yang terlihat gelisah.Mendengar perkataan pelatih barusan, mau tidak mau Chaterine hanya bisa diam. Jika ia melarang sparing kali ini, pengawal lainny
"Nona, anda tidak menangis kan?" tanya Felix yang cemas mendengarkan suara detakan jantung Chaterine yang sangat cepat.Chaterine yang semula menempelkan wajahnya ke dada Felix kini memandang Felix,"Memangnya aku tidak boleh menangis? Aku juga manusia, tau." kata Chaterine yang menjawabnya dengan gurauan."Wajah anda jadi jelek jika menangis," Felix tersenyum hangat, menatap wajah Chaterine yang terus membuat hatinya tenang."Biar saja, aku tidak apa apa jika jadi jelek." Chaterine semakin memeluknya dengan erat."Iya iya, anda jelek pun saya juga suka. Tapi nona, mau sampai kapan anda memeluk saya begini? Perhatian orang orang mulai tertuju pada kita," ujar Felix yang baru saja melepaskan pelukannya.Karna terbawa suasana, Chaterine jadi lupa jika ia dan Felix masih berada di atas ring. Suara tepuk tangan yang tadi bergemuruh pun sekarang mulai jarang terdengar.Chaterine langsung melepaskan pelukannya,"Maaf, karna terlalu senang, aku jadi
"Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Chaterine terheran heran."Saya ada urusan sebentar." kata Felix beralasan."Ya sudah, tapi jangan lama lama." ujar Chaterine yang akhirnya mengizinkan.Akhirnya Chaterine pun pergi. Tatapan mereka langsung berubah drastis begitu Chaterine pergi."Ada apa kamu kemari? Mau mengejek ku?" Rogger memulai percakapan terlebih dahulu."Jangan terus berfikir buruk tentangku. Untuk apa aku mengejekmu? Tanpa perlu kulakukan pun, kekalahan hari ini sudah cukup membuat harga dirimu terluka." Felix langsung menyerangnya dengan kata kata."Cih, di depan nona saja kamu bersikap lembut. Tapi ternyata ini sifat aslimu ya, apa kamu juga punya sifat lainnya yang belum nona ketahui?" Rogger membalas penghinaan yang ia terima."Mana mungkin, tentu saja sikap lembutku pada nona adalah sifatku yang asli. Karna hanya padamu, aku menunjukkan sisiku yang lain." ujar Felix dengan makna yang tersirat di dalamnya."Jangan
"Sebenarnya ini sudah ada sejak lama. Aku diam diam meminta seorang arsitek membuatkan nya untukku tanpa sepengetahuan ayah dan ibu," kata Chaterine sambil sibuk mencari kursi yang bisa ia jadikan pijakan untuk naik.Felix pun langsung mengangkat tubuh Chaterine yang ringan itu dengan cepat. Ia menggendong Chaterine hingga ke atas anak tangga pertama. Felix pun memegangi tubuh Chaterine dari bawah agar ia tidak kehilangan keseimbangan.Chaterine pun menatap Felix sambil tersenyum. Seperti biasa, Felix memang lah orang yang peka dan bisa di andalkan. Chaterine pun merasa beruntung karna bisa memiliki orang seperti Felix sebagai pengawalnya."Saat ini, kamulah orang yang mengetahui keberadaan ruangan ini selain aku. Dan seterusnya juga akan seperti itu," ujar Chaterine sambil menengok ke belakang pada Felix yang tengah memeganginya.Felix merasa senang, meskipun bukan hal yang besar, tapi perkataan Chaterine barusan menunjukkan bahwa ia percaya padanya. "Sa
"A ... Apa maksudmu? Kenapa tiba tiba bicara begitu?" tanya Chaterine yang jadi khawatir setelah mendengar perkataan Felix yang seolah sebentar lagi akan terjadi hal buruk padanya."Saya tau dengan keamanan yang dijaga super ketat seperti sekarang ini, bahkan tikus pun tidak akan bisa menyentuh nona. Tapi saya mengatakan hal ini hanya untuk berjaga jaga saja." ujar Felix.Chaterine pun hanya terdiam setelah mendengarkan perkataan Felix barusan. Suasana sekarang ini terasa canggung, karna Felix dan Chaterine hanya diam saja dan tidak mencoba untuk mengajak bicara duluan.Hingga tak terasa, langit sudah menjadi gelap seutuhnya. Mereka berdua benar benar telah melewati hari bersama. Beberapa jam sudah berlalu, kini masuk jam dimana jadwal Chaterine untuk makan bersama kedua orang tuanya hampir tiba."Nona, sebaiknya anda pergi sekarang. Saya khawatir jika tuan sudah pulang dan sedang mencari anda saat ini, Sekarang juga sudah masuk jam makan malam, jadi lebi
"Nona, apa yang sedang anda lakukan diluar begini?" tanya Renata yang tiba tiba muncul dengan dua buah mangkuk dessert di tangannya.Chaterine pun kaget mendengar suaranya,"Tentu saja aku sedang menunggu mu. Memangnya siapa lagi?" kata Chaterine."Sekarang puding anda sudah datang, ayo cepat ke dalam, kita sudah tidak punya waktu lagi untuk bersiap siap." ujar Renata dengan cepat cepat mengajak Chaterine kembali ke dalam kamar.****"Dimana Chatty? Kenapa belum datang juga?" Cervan khawatir dengan putrinya yang tak kunjung datang padahal waktu makan malam hampir tiba."Duh, sayang. Putriku pasti sedang bersiap sekarang, apa kamu tidak tau jika para wanita itu lama saat berdandan?" saut Riria yang menganggap wajar keterlambatan Chaterine."Tidak seperti biasanya. Apa sekarang i
"Bukannya semua sudah selesai kita bahas saat rapat tadi?" tanya Chaterine."Sebenarnya setelah rapat, ayah segera kembali ke ruangan karna membicarakan siapa pasanganmu untuk pemotretan besok dengan anggota lainnya. Maka dari itu, ayah sampai mencarimu ke kantin karna ingin menyampaikan hal ini." kata Cervan serius.Chaterine mencoba mengingat ingat kembali kejadian saat di kantin tadi,"Ah ... benar, ayah sampai mencariku ke kantin tadi." pikir Chaterine.Chaterine malah jadi teringat dengan kejadian menyebalkan tadi siang saat di kantin,"Ah, lupakan saja. Aku jadi malas mengingatnya," batin Chaterine."Lalu?" Chaterine hanya menanggapi sewajarnya."Semuanya setuju dan sudah ditetapkan, pasangan untuk pemotretanmu besok adalah Andreas Rostin." perkataan Cervan di suasana yang hening tersebut, sontak mengejutkan Chaterine yang mendengarnya."A ... Apa?" Chaterine tercengang, nama yang tidak asing untuknya, kenapa harus pria itu yang me
Para pengawal di belakang pun langsung turun untuk menangani para wartawan yang menghalangi jalan untuk mobil masuk tersebut.Hanya dengan 6 orang pengawal termasuk Rogger, dalam waktu 10 menit, kerumunan itu bisa teratasi meskipun para pengawal yang bertugas sempat melakukan sedikit kekerasan karna geram."Ayah, lebih baik kita turun saja sekarang. Lagi pula, mereka hanya akan memberikan kita beberapa pertanyaan bukan? Mewawancarai adalah pekerjaan mereka, dari situ mereka dapat uang. Aku tidak bisa membuat mereka tidak bisa melakukan tugasnya," Chaterine menatap para wartawan itu dengan kasihan, mereka di perlakukan seperti pengganggu saja."Hah .... mereka itu sangat merepotkan. Aku saja tidak akan tahan meskipun hanya mendengarkan ocehan mereka satu detik pun," Cervan menghela nafas berat, kesannya pada para wartawan sudah terlanjur buruk.Melihat jalanannya yang mulai terbuka, Chaterine langsung meminta turun pada supir. "Jalannya sudah mulai terbuka