Halo teman-teman, jangan lupa tambahkan cerita ini ke library kalian ya. Dan, dukung terus My Hottest Man, aku tinggu review bintang limanya.
Terima kasih dan Happy Reading ^^
_____________________
Niken menyambut senang kedatangan anaknya ke rumah. Sudah beberapa hari ini Dania sulit dihubungi, padahal ada banyak hal yang perlu didiskusikan dengan anak semata wayangnya itu. Niken langsung membawa Dania ke ruang tengah. Di sana sudah ada Arya dan Alvin, juga dua orang lagi, entah siapa.
Dania mendesah. Tidak menyangka ada pria itu di sini. Dia sudah menduga paling mereka akan membahas soal pernikahan.
"Ada apa, Ma?" tanya Dania begitu dia duduk. Sejenak dia melirik Alvin. Lelaki itu tampak biasa saja dengan kedatangan Dania.
"Kami akan melakukan pengukuran buat gaun pengantin kamu," ujar Niken memberitahu.
"Pengukuran? Memangnya sempat kalau bikin? Pake yang udah ada aja, kan banyak tuh ya
"Berapa hari?" tanya Alex memeluk Dania dari belakang.Dania baru saja mengabari pria itu bahwa besok dirinya akan terbang ke Perancis sebelum menuju Venesia. Hanya untuk pre-wedding. Ya, pre-wedding yang bagi Dania hanya akal-akalan Alvin untuk bisa dekat dengannya."Mungkin tiga atau empat harian.""Kenapa sih harus di luar negeri? Apa dalam negeri tidak ada tempat yang menurut kalian bagus?" Alex tidak bisa membayangkan harus berpisah selama beberapa hari dengan Dania. Dia mulai terbiasa dengan kehadiran wanita itu di apartemennya. Entah tepatnya kapan dia merasa semakin susah melepas Dania. Padahal perempuan itu sebentar lagi akan menikah."Aku juga udah minta untuk melakukannya di sini saja. Tapi, si keras kepala itu menolak dan tetap ingin melakukannya di Paris. Males banget."Alex menyeringai. Pikiran nakalnya berkelebat. "Bagaimana kalau sebelum kamu prewed dengan pria itu, kamu prewed dulu denganku."
Dania menoleh ketika telinganya menangkap suara langkah kaki mendekat. Tidak jauh dari posisinya Alvin tampak berdiri dengan mata menatap lurus padanya. Dania tidak suka cara Alvin menatapnya."Duduklah dengan benar, sebentar lagi pesawat akan take off," ucap Alvin. Pria itu lantas duduk di sebuah kursi single, dan mengenakan sabuk pengamannya.Tanpa banyak bicara, Dania mengikuti apa yang Alvin lakukan. Dia duduk di kursi single seater yang berada tepat di sebelah kiri kursi Alvin. Setelah sabuk pengaman terpasang, Dania memutuskan untuk diam dan memejamkan mata. Dia tidak berminat memulai pembicaraan dengan pria arogan itu terlebih dulu. Selama proses take off, Dania benar-benar mengabaikan Alvin. Pria itu juga tampak diam.Setelah pesawat berhasil mengudara, Dania melepaskan sabuk pengaman, dan beringsut kembali menuju sofa panjang yang berada di dekat jendela pesawat. Dania pikir Alvin akan mengabaikannya, ternyata lelaki itu pun ikut
Dania cukup terkejut ketika dia keluar dari kamar mandi. Sudah ada Alvin yang sedang duduk di tepian tempat tidur. Matanya otomatis melihat ke arah pintu. Tertutup rapat.Sial. Dia mengumpat dalam hati. Alvin menjebaknya."Kamu sedang apa di situ?" tanya Dania yang belum bergeser sedikit pun dari depan pintu kamar mandi.Alvin yang duduk dengan posisi memunggungi Dania, menoleh. "Oh, kamu sudah selesai?" Dia segera berdiri. "Aku mengambil bluetooth." Alvin menunjukkan sebuah aksesoris gadget.Dania di tempatnya menatap pria itu awas. Dia sedikit mengangguk."Oke, kalau sudah siap kamu boleh keluar. Atau kalau masih mau tetap di sini silakan." Alvin keluar lebih dulu dan membiarkan Dania tetap tinggal di master suit.Dania mengembuskan napas lega. Dia lantas mengurai rambutnya yang dia gelung ke atas ketika mandi tadi. Untung saja, wanita pemilik rambut bergelombang itu berinisiatif memakai pakaian langsung di dala
Pengambilan gambar pre-wedding dibuat senatural mungkin. Alvin benar-benar mempersiapkan hal ini dengan matang. Fotografer yang dia bawa sangat profesional, bahkan untuk make up artist dia sediakan juga. Custom dan wardrop tidak ketinggalan. Intinya apa yang Alvin kerjakan itu totalitas. Meskipun tentu saja yang sibuk adalah asistennya.Setelah mengambil gambar di bawah Jembatan Pont de Bir Hakiem, di atas permukaan Sungai Seine saat matahari terbit, mereka kembali mengambil gambar di alun-alun Trocadero. Trocadero tepat berada di antara Menara Eiffel dan Sungai Seine. Dan, terakhir mereka melakukan pemotretan di Piramida de Louvre sebelum Alvin terbang ke Spanyol."Yakin kamu nggak mau ikut aku?" tanya Alvin sekali lagi. Dia akan terbang ke Spanyol bersama Rocky untuk sebuah pekerjaan.Dania menggeleng. "Jemput aku kalau urusanmu sudah selesai," ucapnya ketika Alvin berpamitan."Oke, nggak akan lama, sore atau malam aku pastikan sudah s
"Bagaimana bisa kamu ada di sini?" Dania tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Mimpi kemarin seolah menjadi nyata. Kedatangan Alex benar-benar sebuah kejutan yang tak terduga."Aku mengikutimu. Karena aku tahu kamu nggak bisa tidur tanpa aku," ujar Alex tersenyum.Dania tertawa seraya menggeleng tak percaya. "Kamu terlalu percaya diri, Tuan.""Jadi, aku salah?""Nggak sepenuhnya sih." Dania mengedik, lantas menyantap makanannya. Saat ini mereka sedang makan siang di salah satu kafe yang terletak di dekat Museum Louvre."Kalau begitu aku benar." Alex meraih sendoknya."Kamu berani sekali datang ke sini. Apa kamu nggak takut ketahuan Alvin?" tanya Dania. Dia tidak bisa membayangkan itu terjadi."Harusnya pertanyaan itu kamu ajukan untuk diri kamu sendiri, Sayang. Bagaimana kalau calon suamimu tahu kita sedang berdua?"Dania mengerutkan bibir. "Ya, semoga saja dia sadar dan
Dania mendesah begitu menutup panggilannya. Menatap Alex, dan menggeleng. Sebagai tanda bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa."Alvin sebentar lagi akan pulang. Aku malas bertemu dengannya. Bisa kamu bawa aku pergi aja?" suaranya terdengar putus asa.Mendengar permintaan Dania, Alex tersenyum. Alex memang ingin memiliki Dania, namun caranya bukan dengan membawa wanita itu kabur. Tangannya terulur membelai rambut Dania yang berkibar diterpa semilir angin sore."Waktu itu akan tiba. Waktu di mana aku akan membawamu pergi, Sayang. Tapi bukan sekarang," katanya lembut. "Kamu mau kan bertahan sebentar saja?""Kalau bisa secepatnya, Martin. Apa pun resikonya, selama kamu ada di sisiku untuk mendukung, aku akan berani menghadapi semuanya."Alvin terkekeh, lalu menarik Dania ke dalam pelukannya yang hangat.Semburat warna jingga mulai menyala di langit-langit. Kilauan sinar matahari yang berubah kemerahan terlihat tampak indah
Alvin kembali berdiri setelah memasang kedua heels pada kaki Dania. "Done." Dia merasa puas melihat penampakan kaki Dania yang begitu pas dengan heels yang wanita itu pilih."Terima kasih." Dania tersenyum canggung. Dia sedikit meremas lebih kencang tas tangannya. "Kita bisa berangkat sekarang?"Alvin mengangguk dan mengulurkan tangan. "Ayo."Dania sadar, sikap Alvin padanya makin lembut. Namun, entah kenapa hatinya belum tersentuh sama sekali. Seperti sekarang, dia menatap ragu tangan Alvin yang terulur menanti sambutannya.Dania memutuskan untuk tidak menyambut tangan itu, dan lebih memilih beranjak keluar mendahului Alvin.Tangan Alvin menggenggam udara ketika Dania pergi begitu saja. Salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas."Hanya soal waktu." Dia lantas mengedikkan bahu dan menyusul langkah Dania.Alvin membawa Dania ke sebuah restoran Perancis yang pasti banyak menggunakan tetek benget table
"Sudah hilang." Alex mengusap bibir Dania dengan ibu jarinya begitu dia melepas ciumannya.Dania mundur dan salah tingkah sendiri. Dia menyelipkan rambut ke balik telinga. Cara itu memang ampuh, tapi tetap saja tidak bisa menghapus kenyataan bibirnya pernah disentuh pria lain selain Alex."Kenapa lagi? Masih kurang?"Dania mendelik, dan memukul lengan Alex. Wajahnya bersemu cantik."Kali aja kan kurang, aku dengan suka rela memberi tambahan," ujar Alex terkekeh makin menggoda Dania."Apaan sih." Dania memalingkan wajah, dan bergerak memutari tempat tidur. "Aku ngantuk, mau tidur aja.""Kamu yakin mau tidur? Aku belum mengantuk sama sekali. Kita main-main aja dulu."Dania yang sedang menyingkap selimut memandang Alex dengan dahi berkerut. "Main apa? Domino? Monopoli? Atau krambol?" Ada-ada saja sudah malam begini mau main."Bola sodok aja," balas Alex terkekeh lalu menjatuhkan tubuhnya k