"Apaan si mah, mana ada hidung kaya badut." gerutu Maxim
Senyum Bu Mala melebar, suara tawanya sangat keras.
Mereka sedang berkumpul di ruang tamu, terkecuali Maxel. Ia sedang berada di alam bawah sadarnya.
***
"Ig lu rame banget dah." ucap Maxim yang melirik ke arah Dion
Dion yang duduk di sebelahnya sedang bermain ponsel, lalu menunjukkan isi dm di aplikasi i*******m.
"Gila buaya banget lu." ngegas Maxim sambil memukul kepala Dion
"Haha mana ada yang gak suka sama gua Max." kekeh Dion
"Dih anjing! Gua ga suka sama lu."
"Ya iya lah! Nanti gay dong!" kekeh Dion lagi, kali ini disusul Maxim
Pak Johan, Bu Sisi, dan Bu Mala yang mendengar hanya geleng-geleng kepala atas kelakuan anak mereka itu.
"Eh Max, lu nginep ya? Temenin gua. Anggap aja buat perayaan persahabatan kita, perayaan kita akur lagi. Nanti gua traktir deh, kaya di youtube itu. 24 jam bilang '
Maxel yang sudah di kamarnya, dan tertidur. Pak Johan juga sudah kembali ke kamar tidurnya lagi.Suasana sangat hening, benar-benar sepi. Max dan Dion sedang asyik bermain ponsel. Tiba-tiba Dion membuka obrolannya."Max clubbing yok. Gua ajak Angel nanti, atau kita nongkrong di cafe aja? Tapi gua pengin minum." ucapnya"Sekarang banget nih? Kalo gitu ke hotel aja gas, ke cafenya terus lu pesan minuman. Mabok tinggal ke kamar, beres." jawab Max berlaga seperti orang pintar"Bener juga lu. Ya udah ayok."Mereka berdua siap-siap. Dan tak lama mereka menuruni anak tangga, mengetuk pintu kamar Bu Sisi dan Pak Johan.'Tok tok tok'"Mah pah, Dion sama Max izin keluar ya kita mau main." ucap Dion sedikit berteriak"Om, tante izin pergi dulu ya." sahut Max jugaMereka terbangun, tetapi masih keadaan setengah sadar. Pak Johan mengiyakan, sedangkan Bu Sisi memberi tau agar jangan lupa
Mereka bertiga sudah check out dari hotel. Angel yang pulang, Max dan Dion yang bingung harus mengambil langkah apa. Hari ini hari senin, try out berakhir dalam minggu ini. Tetapi Max dan Dion memilih untuk bolos. Mereka memilih untuk pergi ke luar kota, dan rencana nya akan pulang pada sore hari. Tujuan mereka adalah ke pantai, dan menyewa 1 villa kecil disana. Parahnya mereka berdua ini menghasut teman-teman kelasnya untuk menyusul. Memang ada beberapa teman mereka yang benar-benar cabut dari sekolah. Tentunya teman yang serupa dengan Max dan Dion, sekumpulan anak-anak pembuat onar di sekolah. "Bas, pulang-pulang mati kita bas." ucap Max khawatir "Tenang si, orang lu aja sama gua. Kan jadinya lu punya teman buat dimarahin." kekeh Dion "Dih tolol!" sahut Max kesal *** -Rumah Dion- Bu Sisi seperti biasa, menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawa Pak Johan serta Maxel.
Setelah mereka selesai nongkrong di cafe, teman-teman Dion dan Max ingin sekali berenang. Rasanya sangat segar jika tubuh ini basah terkena air. Walaupun cuaca panas sekali.Karena sia-sia jika tidak mencicipi air pantainya, untuk sampai ke cafenya saja harus melewati rimbunnya hutan. Dibalik pepohonan, baru lah mereka menemukan surga dunia.Sampai saatnya senja tiba, matahari yang akan tenggelam. Sinarnya yang menyinari seluruh seisi pantai, membuat jiwa yang melihat menjadi damai.***Mereka kembali ke villa pada pukul 17.30 sore, dimana langit samar-samar mulai gelap. Suara daun pohon yang terkena angin, menemani perjalanan mereka. Udara terasa sangat dingin.Sesampainya disana, mereka beres-beres.Mengecek barang apa saja yang tadi mereka bawa. Lalu tak perlu waktu lama, mereka sudah meninggalkan villa tersebut.Teman-teman Dion dan Max sudah berpencar menuju arah rumahnya masing-masing.Sisa mereka be
Mereka memberhentikan motornya, menempatkan dengan posisi bersebelahan. Melepas helmnya, mengibaskan rambut. Bercermin di kaca spion, dan pergi ke kelas.Sisa try out kurang lebih 6 hari lagi. Siswa kelas 3 dimohon untuk keseriusannya dalam mengerjakan soal latihan, agar para guru bisa menilai sejauh mana mereka menangkap materi yang guru mereka ajarkan.Suasana hening, para adik kelas berusaha mengatur nada bicaranya agar tidak mengganggu kakak kelas yang sedang mengerjakan latihan soal try out.Untuk jam pelajaran kelas 3 hanya sampai jam 12 siang, karena mereka tidak ada kegiatan mengajar. Lain halnya dengan kelas 2, mereka di jadwalkan pulang pukul 3 sore.***Bel istirahat berbunyi, pertanda waktunya sudah selesai. Anak-anak kelas 3 segera mengumpulkan kertas latihan soal try out kepada guru. Max dan Dion sudah berjalan maju ke depan untuk ikut serta mengumpulkan.Disambung dengan ucapan pengawas di dalam kelasnya.&l
Maxel berjalan sambil menghentakkan kakinya. Sesampainya di depan pintu kamar Dion, ia segera mengetuk pintunya kencang. ‘Tok, tok, tok’ Maxel mengetuknya dengan emosi. Sedangkan Dion yang terkejut, segera mengabaikan ponselnya yang ia lempar tepat di samping kanannya. Dan mengambil kaos yang akan ia kenakan. Dion membuka pintunya, ia melihat Maxel sedang menatapnya tajam. “Cepat turun ke bawah! Axel udah lapar pakai disuruh segala! Koko turun sendiri ya, jadi Axel ga disuruh. Cape!” ucap Maxel ngegas Ia langsung membalikkan badannya dan mulai menuruni tangga sembari menghentakkan kakinya lagi. Kali ini suara hentakan kakinya lebih kencang. “Ya santai bro. Pulang-pulang kok emosi.” ledek Dion yang juga sedang menutup pintu kamarnya. *** Maxel sudah sampai di meja makan, disana sudah ada Bu Sisi dan Pak Johan sedang makan siang. Ia makan dengan wajah cemberut. Disusul Dio
Mereka berdua sudah berada di kamar Dion. Max menjalankan misi pamer ponsel barunya, ia melirik ke arah mata Dion dan berdehem sebanyak 2 kali. Dion yang peka terhadap suara deheman Max, ia membalas lirikan matanya. “Kenapa lu?” ucap Dion kepada Max “Gua mau pamer nih, lihatin gua Bas. Sini lihat sini Bas!” jawab Max bersemangat “Apaan!” Max mengeluarkan ponsel versi terbaru dari saku jaketnya. Matanya berbinar-binar, senyumnya merekah. “Wah gila lu! Beli kapan nih? Gua aja belum punya versi ini. Harus nabung dulu gua mah, ga ada sejarah gua minta beginian ke nyokap bokap. Anjir tapi ini baru dirilis sehari yang lalu, dan lu udah punya bangke.” ucap Dion sambil terkagum “Barusan banget datang paketnya, biasa nyokap yang beliin. Makanya gua kesini, pasti lu kepengin kan? Lu iri kan? Tapi kan Bas, selama-lamanya lu nabung ga bakal sampai sebulan. Paling lama sekitar seminggu lu udah dapat duit
Selasa pagi, hari ini adalah hari try out kedua untuk anak kelas 3. Seperti biasa di halaman utama sekolah, masih terpasang banner pemberitahuan. Dan seperti biasanya lagi, si idola sekolah idola para kaum hawa dan 1 sahabatnya itu selalu terlambat. Raut wajah masam pak satpam pun sudah sering mereka lihat. Anak-anak kelas 3 sudah bersiap-siap untuk melaksanakan try out pelajaran pertama. Bel berdenting, waktunya dipersilahkan mengerjakan soal latihan. *** 1 jam telah berlalu, kebanyakan anak-anak sudah hampir mencapai final dalam mengerjakan. Terlihat tidak ada yang membawa kertas contekan ke dalam ruang kelas, membuat Dion dan Max sedikit ragu untuk mengeluarkan barang itu dari tempat persembunyiannya. Ada beberapa soal yang mereka rasa terlalu sulit. Dion yang bekerja sama dengan teman di depannya, untuk menutupi badannya yang sedang memperlihatkan gerak-gerik yang aneh. Sedangkan Max yang bekerja sam
Mereka berdua langsung duduk di kursi yang memang sudah disediakan. Seperkian menit personil band yang dikumpulkan hanya mendengar Robert berbicara. Sampai pada akhirnya Robert membuka surat keputusan yang isinya calon-calon nama dan posisi mereka di band sekolah itu. Cornel Band sebutannya. Dion tentunya sebagai vokalis, dan sahabatnya Max sebagai gitaris A. Anggota lainnya menempati posisi drummer, dan gitaris B. Lalu mereka diajak berdiskusi tentang lagu yang akan mereka bawakan nanti. Karena acara akan diselenggarakan seusai latihan try out, yang bertujuan hanya untuk refreshing sejenak menuju ujian akhir. *** “Sini dong merapat, kita diskusi lagu yang mau kalian bawa.” ucap Robert “Maaf nih gua potong ya kak, gua ada ide sih tapi bukan ide tentang lagunya, tapi tentang temanya.” sahut Max sembari memajukan posisi duduknya ke depan “Gimana? Yang lain mau usul juga boleh banget, pasti gua catat terus nanti