Maxel berjalan sambil menghentakkan kakinya. Sesampainya di depan pintu kamar Dion, ia segera mengetuk pintunya kencang.
‘Tok, tok, tok’
Maxel mengetuknya dengan emosi. Sedangkan Dion yang terkejut, segera mengabaikan ponselnya yang ia lempar tepat di samping kanannya. Dan mengambil kaos yang akan ia kenakan.
Dion membuka pintunya, ia melihat Maxel sedang menatapnya tajam.
“Cepat turun ke bawah! Axel udah lapar pakai disuruh segala! Koko turun sendiri ya, jadi Axel ga disuruh. Cape!” ucap Maxel ngegas
Ia langsung membalikkan badannya dan mulai menuruni tangga sembari menghentakkan kakinya lagi. Kali ini suara hentakan kakinya lebih kencang.
“Ya santai bro. Pulang-pulang kok emosi.” ledek Dion yang juga sedang menutup pintu kamarnya.
***
Maxel sudah sampai di meja makan, disana sudah ada Bu Sisi dan Pak Johan sedang makan siang. Ia makan dengan wajah cemberut.
Disusul Dio
Mereka berdua sudah berada di kamar Dion. Max menjalankan misi pamer ponsel barunya, ia melirik ke arah mata Dion dan berdehem sebanyak 2 kali. Dion yang peka terhadap suara deheman Max, ia membalas lirikan matanya. “Kenapa lu?” ucap Dion kepada Max “Gua mau pamer nih, lihatin gua Bas. Sini lihat sini Bas!” jawab Max bersemangat “Apaan!” Max mengeluarkan ponsel versi terbaru dari saku jaketnya. Matanya berbinar-binar, senyumnya merekah. “Wah gila lu! Beli kapan nih? Gua aja belum punya versi ini. Harus nabung dulu gua mah, ga ada sejarah gua minta beginian ke nyokap bokap. Anjir tapi ini baru dirilis sehari yang lalu, dan lu udah punya bangke.” ucap Dion sambil terkagum “Barusan banget datang paketnya, biasa nyokap yang beliin. Makanya gua kesini, pasti lu kepengin kan? Lu iri kan? Tapi kan Bas, selama-lamanya lu nabung ga bakal sampai sebulan. Paling lama sekitar seminggu lu udah dapat duit
Selasa pagi, hari ini adalah hari try out kedua untuk anak kelas 3. Seperti biasa di halaman utama sekolah, masih terpasang banner pemberitahuan. Dan seperti biasanya lagi, si idola sekolah idola para kaum hawa dan 1 sahabatnya itu selalu terlambat. Raut wajah masam pak satpam pun sudah sering mereka lihat. Anak-anak kelas 3 sudah bersiap-siap untuk melaksanakan try out pelajaran pertama. Bel berdenting, waktunya dipersilahkan mengerjakan soal latihan. *** 1 jam telah berlalu, kebanyakan anak-anak sudah hampir mencapai final dalam mengerjakan. Terlihat tidak ada yang membawa kertas contekan ke dalam ruang kelas, membuat Dion dan Max sedikit ragu untuk mengeluarkan barang itu dari tempat persembunyiannya. Ada beberapa soal yang mereka rasa terlalu sulit. Dion yang bekerja sama dengan teman di depannya, untuk menutupi badannya yang sedang memperlihatkan gerak-gerik yang aneh. Sedangkan Max yang bekerja sam
Mereka berdua langsung duduk di kursi yang memang sudah disediakan. Seperkian menit personil band yang dikumpulkan hanya mendengar Robert berbicara. Sampai pada akhirnya Robert membuka surat keputusan yang isinya calon-calon nama dan posisi mereka di band sekolah itu. Cornel Band sebutannya. Dion tentunya sebagai vokalis, dan sahabatnya Max sebagai gitaris A. Anggota lainnya menempati posisi drummer, dan gitaris B. Lalu mereka diajak berdiskusi tentang lagu yang akan mereka bawakan nanti. Karena acara akan diselenggarakan seusai latihan try out, yang bertujuan hanya untuk refreshing sejenak menuju ujian akhir. *** “Sini dong merapat, kita diskusi lagu yang mau kalian bawa.” ucap Robert “Maaf nih gua potong ya kak, gua ada ide sih tapi bukan ide tentang lagunya, tapi tentang temanya.” sahut Max sembari memajukan posisi duduknya ke depan “Gimana? Yang lain mau usul juga boleh banget, pasti gua catat terus nanti
Max baru saja mendapat telefon dari Robert. Ia menanyakan tentang kelanjutan band nya, apakah Dion tetap bersedia menjadi vokalis atau tidak. Dan tentang grup yang akan Dion buat untuk diskusi pembawaan lagu.Tetapi sayang, Max belum mempunyai jawabannya. Dirinya saja belum mendapat kabar apa-apa dari sahabatnya itu.Setelah 20 menit mereka mengobrol, akhirnya Robert mengakhiri pembicaraannya dengan Max.***Ponsel Max yang sudah berbunyi ‘tutut’ tanda panggilan telah berakhir, ia langsung membuang ponselnya sembarang.Mengacak-acak rambutnya dan meluapkan semua emosinya dengan berteriak sambil menutupi wajahnya dengan bantal tidur.Tangannya meraba-raba sekelilingnya mencari ponsel yang ia buang tadi. Setelah menemukannya, ia segera menghubungi Dion. Panggilan terus ia lakukan, tetapi sudah 10 menit berlalu belum sama sekali mendapat jawaban dari sahabatnya.“Astagfirullah, anak dajjal k
Terdengar samar-samar suara seseorang memanggil-manggil nama Dion. Ia pikir itu hanya bagian dari mimpi semata, tetapi berubah setelah suara ketukan pintu yang sangat kencang membangunkan tidurnya.“Koko, koko! Koko! Udah jam 5 pagi nih, ayo bangun kemas barang-barangmu.” teriak Bu Sisi dari balik pintuDion seketika langsung terbangun, badannya terduduk lemas tidak berdaya. Ia hanya menyahuti akan segera membereskan barangnya, dan suara langkah kaki Bu Sisi pun mulai menjauh.1 jam telah berlalu, rumah yang mereka huni saat ini sudah siap di tinggalkan. Barang-barang sudah selesai mereka kemas, dan beberapa dalam perjalanan menuju rumah baru. Dion dan Maxel seperti biasa tetap berangkat ke sekolah sebagai rutinitasnya, sedangkan Pak Johan ia mengambil cuti sekaligus menemani istrinya mengurus pindahan rumah mereka.***-Di Sekolah-Pak satpam sedang duduk di dalam posko, sembari menyeruput segelas kopi hita
Semua personil Cornel band sudah memegang propertinya masing-masing. Dion yang sedang mengecek micnya, Max sedang bermain instrumen dengan gitaris kedua bernama Arlo. Dan yang terakhir Nathan, ia sibuk memainkan drum nya sembarang.Robert yang sudah selesai menghubungkan audio laptop dengan speaker kecil diatas meja, segera bergegas menutup pintu aula dan menguncinya. Lalu ia memberikan satu tepukan dan menyetel lagunya di laptop dengan suara kecil.Nathan giliran pertama, ia sangat lihai memainkan stik drumnya. Hasil suara yang dibuatnya sangat pas dengan instrumen lagu. Disusul oleh Max dan Arlo, jari-jari mereka sangat terampil memetik senar gitar, lagi-lagi semuanya cocok dengan lagunya. Tidak ada yang sumbang. Dan yang terakhir Dion, ia mulai membuka mulutnya untuk bernyanyi.Robert terhanyut dalam suasana, ia sangat menikmati Cornel band tampil. Bakat dari teman-temannya ini sangat luar biasa.Menuju pertengahan lagu, Dion meloncat t
Kamar Dion terlihat sangat rapi, jendela bagian balkon terbuka lebar. Membuat angin di siang hari itu cukup terasa panas. Kamarnya juga dilengkapi fasilitas kamar mandi dalam berukuran kecil.Dion dan Max menghabiskan waktu siang bolongnya hingga senja datang dengan bermain Ps. Tidak lupa mengajak adiknya Maxel, untuk segera ikut bergabung. Dion segera mengirimkan pesan kepada Maxel untuk cepat menyusul dirinya di kamar tidur.Sampai hari mulai petang pun mereka belum berhenti. Senja sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Bu Sisi yang menyadari kelakuan anaknya yang terlalu berlebihan, segera menyusul ke lantai 2. Tepatnya di kamar Dion.Dirinya mulai mengetuk pintu yang sedikit terbuka.‘Tok-tok-tok’ ketukan pintu dengan suara penuh penekanan“Seru banget nih mainnya. Lanjut sampai pagi saja kalo begitu!” ucapnya dengan nada meninggiDion langsung terbangun dari duduknya dan membu
“Sorry pah lama, habis diajak kenalan sama tetangga sebelah.” ucap Dion yang baru saja memasuki rumahnya“Siapa?”“Farren namanya.”“Gila! Belum aja full sehari lu pindah ya Bas, ada aja kenalan cewe baru. Heran gua sama lu.” sahut Max gemas sambil menggigit kecil ibu jarinya***3 hari telah berlalu, latihan try out sudah selesai. Hari ini jatuh tepat pada hari minggu. Kebanyakan orang di hari libur seperti ini, dipakai untuk quality time bersama keluarga mereka.Keluarga Dion sudah menjalankan semacam tradisi itu untuk setiap akhir pekan. Tetapi berbeda dengan hari ini, Dion akan pergi untuk tampil band pertama kalinya di sekolah.Acara di sekolah akan dimulai pukul 09.00 pagi, tetapi itu pun tidak langsung menampilkan Cornel band. Melainkan diisi dengan beberapa acara lainnya terlebih dulu, penampilan band ini akan menjadi penutup acara.Dion