Selagi Clarisa tertidur, Lukas mendapat kabar bahwa vila keluarga Shen, sedang dalam proses penjualan.
“Presdir, vila keluarga Shen telah mengajukan penjualan. Apakah Anda ingin membelinya?”
Lukas terdiam sejenak, lalu dia berkata. "Beli lah, suruh seseorang untuk datang membelinya, dan jangan biarkan orang lain mengetahuinya.”
“Baik Presdir. Akan saya lakukan sesuai perintah Anda,” ucap sang asisten.
Lukas menutup teleponnya, dan kembali memandang Clarisa yang masih terlelap.
“Kau sungguh indah Clarisa, bahkan kau adalah yang paling indah semasa hidupku,” batin Lukas.
Drrrttt... drrrttt... drrrttt, ponsel Lukas bergetar. Menandakan ada pesan masuk pada layar ponsel Lukas.
“Presdir. Apakah Anda sibuk? Saya ingin menyampaikan kabar baik, tentang tuan kecil,” isi pesan tersebut.
Lukas membalas pesan tersebut, dan tak ingin menghubungi Jay, karena Clarisa ada di sebelahnya.
“Ada apa? Aku sedang bersama Claris
Di pagi hari. Lukas yang terbangun lebih dulu pun, memandang wajah cantik Clarisa yang masih terlelap dalam tidurnya, dia memandang wajah Clarisa begitu intensnya. “Kau memang cantik istriku, walaupun dalam keadaan tertidur pun kau tetap cantik,” batin Lukas. “Rasanya aku begitu merindukanmu, padahal baru 2 hari aku tidak melihatmu, namun rasanya begitu lama.” Lukas semakin mendekat pada wajah Clarisa, dengan lembut dia mencium bibir Clarisa hang ranum itu. Clarisa yang merasakan sentuhan lembut itu pun perlahan terbangun, dan di saat dirinya mulai membuka matanya, terlihat sepasang netra yang sangat indah sedang menatapnya. Lukas pun tersenyum menciumnya kembali seraya berkata, “Morning Kiss,” seraya bangkit meninggalkan Clarisa. Namun saat Lukas akan berbalik meninggalkannya, dengan cepat tangan Clarisa menarik tangan Lukas, tanpa memedulikan luka Lukas yang belum kering. Lukas yang kehilangan keseimbangannya pun harus
Drrrttt... Drrrttt... ponsel Clarisa bergetar, di layar tertulis nama Joana Lei. Di seberang telepon terdengar suara setengah berteriak. “Clarisa ada apa? Apakah telah terjadi sesuatu?” Clarisa menjawab, “Ada hal yang harus aku urus. Maafkan aku karena tidak memberimu kabar.” “Kau tahu aku sangat mengkhawatirkanmu, aku melihatmu berlari begitu ketakutan di jalan,” ungkap Joana. “Aku sedang berada di rumah sakit sekarang, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku sekarang,” ucap Clarisa. “siapa yang sakit? Apakah kau sakit? Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sakit?” ungkap Joana yang sedikit cemas. “Bukan aku yang sakit,” ungkap Clarisa. “Apakah itu Lukas?” Joana dengan lantangnya memanggil nama Lukas. “Hei. Jaga bicaramu, aku di sini sedang bersama nya,” Clarisa memberitahu Joana. “Oopps, sorry. Aku tidak tahu jika kau sedang bersamanya,” ungkap Joana. “Apakah kau baik-baik saja? Bagaimana dengan kedua p
Clarisa yang telah sampai di depan pintu gerbang vila keluarga Shen. Di sana dia terdiam cukup lama memandang rumah tua, yang menjadi saksi bisu kelahiran ibu Clarisa, maupun kelahiran dirinya.“Ah, sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kakiku kesini,” batin Clarisa.“Apakah ayahku masih berada di dalam?” Clarisa mencoba menekan belnya.Ding.. dong... ding... dong, bel berbunyi.Terlihat dari dalam vila keluar seorang wanita tua. Ya itu adalah bibi wulan.Bibi wulan sudah bekerja di vila keluarga Shen sejak Lou Shen, ayah Clarisa masih remaja. Hingga Clarisa lahir bibi Wulan lah yang merawat Clarisa. Bibi wulan ini sudah seperti keluarga baginya.“Nona Clarisa?” ucap wanita tua yang menghampiri Clarisa.“Bibi. Bibi Wulan. Saya Clarisa Bi,” ungkap Clarisa.“Nona ke mana saja? Bibi kira nona tidak akan kembali kemari,” ungkap Bibi Wulan.Seraya membukakan
Drrrttt... drrrttt... drrrttt... ponsel Lukas bergetar. Lukas mencoba menjawab telepon masuk. Di seberang telepon terdengar. “Selamat siang tuan muda,” ucap Joe. “Jelaskan situasinya?” Ungkap Lukas. “Nyonya sedang berada di vila keluarga Shen, tuan muda,” ungkap Joe. Lukas terdiam sejenak. Dalam batinnya dia berkata. “Apakah Clarisa sudah tahu, bahwa vila nya telah di jual?” “Mungkin dia ingin melihat vila yang seharusnya miliknya. Namun di jual oleh ayahnya sendiri.” Lukas menghirup napas beratnya seraya berkata. “Baiklah. Awasi dan jagalah istriku dengan baik. Kau mengerti?” “Baik. Tuan muda,” ungkap Joe. Lukas menutup telepon nya. Dan bersandar di ranjangnya seraya berpikir. “Kehidupan seperti apa yang di jalani Clarisa, semasa dia tinggal di vila itu?” Lukas sedikit merenung hingga akhirnya teriakan Christian menyadarkan lamunannya. “Aaaaaaaaa.” Christian berteriak. Lukas terperanjat
Clarisa masih berada di vila keluarga Shen. Kini dia sedang menyusuri vila tersebut. Rasanya tidak ada yang berbeda saat dirinya meninggalkan vila ini. Di dapur terlihat Bi Wulan sedang sibuk memasak, aroma masakan yang sangat familier itu membuat Clarisa rindu akan cita rasa masakan Bi wulan. Clarisa menuju dapur melihat lebih dekat tubuh Bi Wulan yang sudah renta itu. “Bau masakannya harum sekali Bi,” ucap Clarisa. “Eh. Nona. Nona pasti rindu kan masakan Bibi,” ungkap Bi Wulan. Bi Wulan berkata. “Duduklah, sebentar lagi masakannya selesai.” “Rasanya seperti nostalgia ya Bi,” ungkap Clarisa. “Ada apa Non?” ucap Bi Wulan. “Clarisa duduk di sini itu, rasanya seperti Clarisa waktu kecil. Setiap Bi Wulan masak, Clarisa selalu menunggu di meja makan,” ungkap Clarisa seraya tersenyum hangat. Bi Wulan yang melihatnya, begitu terenyuh kala Clarisa membicarakan masa-masa itu. Bi Wulan menyiapkan makanan. D
Di malam yang hujan itu jalanan begitu sepi. Tidak banyak orang maupun kendaraan yang berlalu lalang. Drrrttt... drrrttt... drrrttt ponsel Clarisa bergetar. Clarisa meraih ponselnya yang berada di dalam tasnya. Clarisa tersenyum kala menatap layar ponselnya. Terlihat nama yang tertera adalah Lukas. Clarisa menjawab. “Halo. Ada apa?” Ucapnya. “Istriku. Aku sangat rindu padamu. Apakah kau sudah selesai? Apakah sudah makan malam?” Lukas bertanya dengan sedikit nada manja. Clarisa merasa hatinya sangat hangat kala mendengar suara lembut Lukas. Dia merasa begitu di pedulikan oleh Lukas. Kala Lukas menghubungi, dan berkata rindu padanya. Clarisa menjawab. “Aku sedang dalam perjalanan pulang. Tunggulah sebentar,” ucapnya. “Sepertinya di sana sedang hujan? Apakah kau membawa payung?” Lukas bertanya. “Bagaimana kau tahu? Di sini sedang hujan?” Clarisa bertanya-tanya. “Tentu saja aku tahu. Suara gemuruh hujannya beg
Christian begitu bahagia kala berinteraksi dengan para sahabat ayahnya. Christian bahkan dapat tertawa dengan lepas.Marvel bertanya. “Hei Tuan. Apakah kakakmu juga tampan sepertimu?”Christian menjawab. “Tentu saja. Bahkan menurut orang lain kakakku adalah seorang perfeksionis. Tentunya aku juga tidak kalah tampan bukan? Ucapnya. Seraya melakukan gerakan yang imut.Semua orang tertawa kala melihat gerakan yang dilakukan olehnya.“Bos putramu sungguh berbeda denganmu,” ucap Yo Han.“Yang sama persis dengan Ayah itu adalah kakakku. Kakakku seperti Ayah versi mini nya.”“Semuanya yang diturunkan kepada kakakku itu semua milik ayah,” Ucap Christian.“Ya. Bagaimana kau bisa secerdas ini?” Ucap Marvel.“Tentu saja. Karena ayahku juga sangat cerdas,” ungkapnya.“Eh. Benar-benar anak ini,” ungkap Marvel.Lukas yang mendengarka
Para sahabat Lukas kini telah meninggalkan Lukas dan Christian, mereka kembali pulang setelah hadiah untuk Christian datang, mereka menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah.Di saat yang bersamaan Clarisa turun dari mobil Maserati Hitam. Dia berjalan dengan anggunnya, gaun selutut nya mengekspos kaki jenjang yang indah milik Clarisa.Saat berada di lobi rumah sakit mereka berempat berpapasan dengan Clarisa, 2 pasang mata menatap Clarisa dengan intens. Hingga Clarisa berlalu memasuki Lift.“Lihatlah wanita itu cantik bukan?” ucap Yo han.“Ya. Kau benar dia benar-benar cantik,” balas Marvel. Seraya memandangi Clarisa hingga masuk lift.“Apakah aku harus mengejarnya? Untuk mendapatkan nomor teleponnya,” ucap Raymond.“Ah. Sepertinya aku harus mendapatkannya. Lagi pula aku tidak memiliki kekasih,” ucap Yo Han.Gerald yang sudah tahu wajah Clarisa pun seketika berkata. “