Di dalam kamar masih dipenuhi isak tangis Clarisa. Lukas bahkan ikut menangis bersama Clarisa. Ingin sekali menghiburnya namun dirinya sama sekali tahu cara menghibur orang.
Lukas hanya mengusap lembut puncak kepala Clarisa seraya berkata. “Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah,” ucapnya.
Lukas berusaha menenangkannya dengan mengusap pelan serta lembut punggungnya seraya berkata. "Percayalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.”
Clarisa hanya membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Lukas.
Setelah dirinya puas menangis kini dirinya dapat bersandar di tubuh Lukas.
Dia bertanya dengan lirih. “Apakah kondisinya baik-baik saja?” ucapnya.
Lukas menjawabnya. Suaranya begitu lembut kala bicara pada Clarisa. “Tentu saja dia baik. Dia bahkan memiliki seorang perawat pribadi,” ungkapnya.
Clarisa sedikit memaksakan senyumannya seraya berkata. “Syukurlah jika Conan baik. Aku harap dia bi
Di ruang tamu Lukas sedang menunggu putranya turun dari kamarnya. Terlihat seorang pria berdiri menghadap jendela. Di sela jarinya yang lentik dan indah itu terselip sebatang rokok. Ya. Itu adalah Lukas. Dengan anggun nya dia menghisap kembali rokok di tangannya. Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar. Terlihat di layar ponselnya panggilan luar negeri. Saat Lukas menjawab panggilannya terdengar suara di seberang telepon. “Ayah. Bagaimana kabarmu?” sebuah suara terdengar. Lukas terdiam sejenak, dalam batinnya dia berkata. “Ah sial. Aku melupakan putraku yang satunya lagi,” ucapnya. Lukas berkata. “Sayang ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?” “Kabar ayah baik, bagaimana denganmu?” Tanyanya. “Aku baik-baik saja,” ungkapnya. “Ayah. Apakah kau sedang sibuk? Aku ingin bicara sebentar,” pintanya. Lukas berkata. “Ada apa? Katakanlah apa yang kau butuh kan?” “Begini ayah, apakah aku bisa memintamu unt
Hari telah menjelang gelap. Lukas dan Christian masih dalam perjalanan pulang. Saat berada di perjalanan Christian ingin membeli kudapan, serta kue kesukaan ibunya, Clarisa. Ketika tiba di Arion Cafe, Lukas menggandeng Christian dengan begitu eratnya. Saat memasuki kafe. Orang-orang yang berada di sana berdecak kagum kala melihat rupa keduanya. “Lihatlah bukankah itu Tuan Muda Lukas Jiang?” “Kau benar, siapa anak itu? Dia begitu tampan.” “Bukankah tuan muda tidak memiliki anak dari pernikahannya bersama Nona besar keluarga Chu? Lalu siapa anak yang bersamanya hari ini?” “Jangan-jangan anak dari selingkuhannya?” “Hati-hati jika berucap. Jika tuan muda tahu apa yang kau katakan barusan habislah kau,” ancamnya. “Perhatikanlah, baru kali ini aku melihat sikap hangat tuan muda.” “Tuan muda terlihat seperti Daddy goals, benar-benar idaman wanita.” “Wanita mana yang beruntung bisa mendapatkan benih
Lukas kembali menidurkan Clarisa. Dia berjalan keluar kamar. Di luar sudah ada Christian yang sedang berdiri di luar kamar.Lukas menundukkan kepalanya, saat melihat wajah Christian.Christian bertanya. “Apakah ibu tidak bangun?”Lukas menggelengkan kepalanya.“Aku akan mencoba bicara pada ibu,” ucapnya.“Christian Ayah mohon bujuklah ibumu,” ucapnya lirih.Christian sedikit terdiam, baru kali ini dia melihat ayahnya begitu putus asa.Christian tersenyum seraya berkata. “Tenanglah ayah,” ucapnya.Christian mendorong pintu kamar, dia melihat ibunya yang terbaring di tempat tidur.Christian mendekat, di ciumnya kening ibunya dengan lembut seraya berkata. “Ibu bangunlah. Ibu harus makan. Jika tidak makan ibu akan sakit,” ucapnya.“Tidak benar bukan jika ibu terpuruk di sini? Sedangkan Conan sedang berjuang di sana.”“Dia pasti
Masih di Quebec, Kanada.Conan terlihat dingin, seakan -akan dia kembali pada kepribadiannya yang tenang, serta dingin, tak ada senyuman yang terlihat dari wajah tampannya.Semua orang memperhatikan dirinya. Bahkan Jay dan Athes pun kebingungan karena nya. Sebelumnya dia baik-baik saja. Namun sekarang wajahnya tanpa ekspresi.Jay hanya menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus berbuat apa?Jay bertanya. “Apakah kau ingin makan sesuatu?”Conan menjawab dengan dingin. “Tidak,” ucapnya.“Lalu apa yang kau inginkan?” Tanyanya.“Entahlah,” ucapnya.Gerald dan yang lainnya saling memandang satu sama lain.“Bagaimana bisa dia bicara sedingin itu?” bisiknya.“Gerald bertanya. “ Bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat?” ucapnya.“Ya. Ya kau benar mari pergi ke sana,” ucap Marvel.“Kita akan pergi ke Old Quebec,&rdq
Setelah puas berjalan-jalan keliling kota. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Terlihat Conan sudah cukup lelah karena perjalanan yang cukup panjang.Sesampainya di hotel Conan masih tertidur. Jay akan mengambil alih Conan. Namun di hentikan oleh Gerald.Gerald berkata. “Biarkan aku yang menggendongnya,” ucapnya.Jay hanya menyerahkan Conan ke pangkuan Gerald.Gerald menatap sendu pada Conan. Rasanya seperti dia sedang menggendong kembali putri kecilnya.“Tidurlah. Aku akan membawamu ke kamar,” bisiknya.Yang lainnya di belakang seakan nostalgia pada momen dimana Gerald masih bersama putrinya, dia selalu menggendongnya hingga akhir hayat putrinya.“Mengapa aku jadi sedih seperti ini?” ucap Marvel.“Aku seperti merasakan kerinduan Gerald yang tak berujung,” ucap Raymond.Yo Han hanya menatap nanar pada Gerald saat menggendong Conan. Rasanya dia pernah melihat hal s
Setelah kejahilannya. Conan mendapatkan jitakan di kepalanya. Conan merasa sangat kesal. Gerald berani menjitak kepalanya.“Mengapa kau terus menjitak kepalaku?” serunya.“Itu karena ulahmu sendiri, mengapa kau berbuat seperti itu?” ungkapnya.“Aku hanya bergurau. Mengapa reaksimu berlebihan?” Ucapnya.“Bagaimana tidak berlebihan? Kami sangat mengkhawatirkanmu!”“Bagaimana jika penyakitmu kambuh? Dan kami tidak memedulikanmu,” ucapnya.“Eh. Jangan berlebihan seperti itu. Aku bahkan baik-baik saja,” ungkapnya.“Aku tidak ingin kau mempermainkan kami,” Gerald menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir padanya.Jay dan Athes hanya memandangi Conan. Yang sedang di marahi oleh Gerald.Athes berkata. “Ini seperti seorang ayah yang sedang memarahi anaknya.”“Mmm...” Jay menganggukkan kepalanya seraya berk
Drrrttt... drrrttt... drrrttt... ponsel Lukas bergetar. Lukas sedang berada di dapur, Christian melihat ada telepon masuk di ponsel ayahnya. Christian pun setengah berteriak. “Ayah. Sepertinya ada telepon masuk,” teriaknya. Lukas bertanya seraya berjalan menghampiri Christian. “Siapa?” Christian melihat nama yang tertera di layar ponsel adalah Jay. “Dari tuan Jay ayah,” ucapnya. Lukas segera menjawab teleponnya. Dan terdengarlah suara yang begitu panik, suaranya bergetar kala bicara. PRANG... Gelas minuman di tangan Lukas pun terjatuh kala mendengar apa yang di katakan oleh Jay di telepon. Tubuhnya lemas seakan kehilangan keseimbangan. Clarisa yang melihat kejadian itu secara langsung segera menghampiri Lukas dan bertanya. “Apa yang terjadi? Mengapa wajahmu begitu pucat?” ucapnya. Lukas menutup teleponnya. Dia segera meminta seseorang untuk menyiapkan jet pribadi agar bisa segera terbang ke Kanada. Dia mengalihk
Satu hari telah berlalu. Di rumah sakit semua orang bergantian menjaga Conan. Ada yang pulang dan ada juga yang datang. Lukas yang terbang dari Shanghai pun tiba siang ini. Tanpa pergi ke hotel dia segera datang ke rumah sakit. Setelah di jemput oleh Raymond. “Apakah kau ingin ke hotel terlebih dulu?” Tanya Raymond. “Tidak perlu, kita langsung ke rumah sakit saja. Bawalah istri dan putraku ke hotel,” pinta Lukas. Clarisa bereaksi dan berkata. “Aku tidak ingin ke hotel. Aku ingin segera bertemu dengan Conan,” ucapnya. Raymond bertanya. “Lalu bagaimana? Apakah langsung ke hotel saja?” ucapnya. “Lukas terdiam sejenak, dia pun berkata. “Kita ke rumah sakit saja.” Mobil pun melaju pesat membelah jalanan kota Quebec, Kanada. Di rumah sakit Gerald sedang menunggu di dalam ruang Perawatan Intensif. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Conan akan tersadar. “Bangunlah. Ayah dan ibumu sedang dalam perjalanan ke sini