Pada saat ini, setelah Marvel dan Yo Han mengikuti Gerald masuk ke ruang pribadi di sebelah ruangan mereka, dia sedikit tercengang. Tidak hanya dia, bahkan wajah Yo Han yang tampan juga sedikit terkejut. Tidak biasanya Gerald mencampuri urusan orang lain.
Dalam ruangan pribadi sangat kacau, piring-piring di atas meja berserakan di lantai. Meja kaca yang harganya puluhan juga itu hancur tak tersisa. Kursi berantakan, tiga orang pria juga sudah terkapar di lantai.
Marvel menghela napas beratnya, menganggukkan kepalanya untuk membereskan kekacauan yang Gerald perbuat di tempatnya.
Joana yang bersandar di dada Gerald, semakin tak terkendali. Napas maskulin pria yang kuat, membuat hasrat di tubuhnya berapi-api. Seakan membakar seluruh tubuhnya, dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Tubuh Joana yang lemah tak berdaya menempel padanya, menciumi leher Gerald, semakin bernafsu menikmati setiap inci kulitnya. Di balik mantel yang menutupi dirinya. Dia semakin m
Di dalam rumah Gerald membaringkan Joana yang masih terlelap. Perlahan dia membawanya ke kamar mandi dan memandikannya sendiri. Joana masih saja terlelap hingga dia mengganti pakaiannya dengan gaun tidur milik mendiang istrinya.Drrtt... drrtt... ponsel Gerald bergetar. Terlihat dari layar adalah nama Marvel, dia pun mengangkatnya.Terdengar dari seberang telepon. “Aku sedang mengendarai mobil ke tempatmu,” Marvel berkata dalam telepon.“Ya, bawakan aku sekotak obat kontrasepsi yang ampuh,” Gerald berkata dan langsung menutup telepon.Satu jam kemudian, Marvel datang membawa sekotak obat di tangannya, dia langsung melemparkannya ke arah Gerald, “Cara penggunaan ada di surat petunjuk, lihatlah sendiri.”Gerald meletakkan obat di atas nakas, dia masuk ke dapur mengambil sebotol bir dingin dan menyerahkannya pada Marvel.Marvel menerima birnya, dia duduk di atas sofa, seraya menyilangkan kakinya. “Masal
Di ruang tamu di dalam mansion, kedua orang tua Lukas sedang berbincang seraya meminum teh. Anak-anak juga berada di sana.“Jadi bagaimana? Kapan kalian akan mengadakan pesta pernikahan?”Lukas menjawab dengan mantap. “Sekitar dua minggu lagi.”“Kami sedang menyiapkan segala sesuatunya. Jika sudah selesai kamu akan memberitahu kalian berdua.”“Baiklah jika begitu, aku harap tidak ada kendali sampai harinya tiba,” Adrian sangat berharap semuanya baik-baik saja. “Lalu bagaimana kalian akan menghadapi pengobatan si sulung Conan?”“Kami akan memulai pengobatannya setelah pesta pernikahan kami selesai.”Adrian menatap Conan yang tengah sibuk dengan laptopnya. Begitu pula dengan Christian yang menempelinya, sekarang fisik mereka terlihat berbeda. Conan terlihat lebih kurus dari terakhir dia melihatnya. Tersirat luka dari tatapan matanya.Raven menepu
“Conan, apa yang ini?” seraya menunjuk pada wajah Conan. Conan sedikit mengulas senyum, tidak beda dengan Lukas sama sekali, senyumannya begitu angkuh. Kakek buyut melihat sekeliling, cicitnya ada di mana-mana, mereka bermain ke sana ke mari, berlarian menabrak apa pun yang ada di depan mereka. Namun berbeda dengan kedua anak kembar Lukas, mereka diam duduk di sofa. Tak banyak yang di lakukan mereka. Hanya menonton Televisi, seraya menunggu acara makan malam di mulai. Setelah perbincangan yang di lewati oleh ketiganya, Kakek buyut sangat menyukai keduanya. Tak hanya cerdas mereka berdua juga bijaksana pada usia yang begitu muda. Di meja makan makanan telah siap. Di meja yang panjang dan besar itu telah duduk banyak keluarga yang hadir. Conan melirik sekeliling mereka. “Jadi ini keluarga besar Ayah,” batinnya. Lukas dan Clarisa telah duduk di barisan depan, sedangkan mereka berdua duduk di barisan anak-anak, se
Lukas membiarkan Conan tidur di kamarnya sedikit lebih lama sebelum dia membawanya kembali pulang. Sedangkan Clarisa bersama dengan mertuanya Adrian Jiang. “Lukas, datanglah padaku sebentar,” pinta sang Kakek. Lukas mengikuti Kakeknya menuju ruang kerja Ayahnya. “Duduklah,” serunya. Segera Lukas duduk di hadapannya. Wajahnya sudah menunjukkan raut yang sedikit tidak baik. “Bagaimana keadaan Putra sulungmu?” tanyanya. “Untuk saat ini tidak apa-apa, hanya saja...” Lukas tidak meneruskan kata-katanya. “Ada apa? Mengapa kau murung seperti itu?” Kakek bertanya dengan sedikit cemas. “Aku sedikit khawatir pengobatannya tidak sesuai dengan harapan kami,” Lukas dengan murungnya dia berkata. Kakek segera berpindah menuju samping Lukas, ditepuk lembut bahunya seraya berkata. “Jangan putus asa, sebelum kalian memulainya.” “Entah itu hasil yang bagus ataupun buruk sekalipun, kalian harus mencobanya terlebih dahulu.”
Hari ini Lukas membawa Clarisa menuju pinggiran kota Jincheng.“Kita akan pergi ke mana?” Clarisa bertanya dengan sedikit bingung.“Kita akan pergi ke tempat Ayahmu,” ucapnya.Clarisa menundukkan kepalanya, dia menghela napas beratnya.“Walaupun dia tidak merestui kita, setidaknya kita sudah memberi tahunnya tentang pesta pernikahan kita,” ujarnya seraya memegang erat tangan Clarisa.Clarisa hanya mengulas senyum tipisnya pada Lukas. “Aku tahu, walaupun dia begitu, tetapi dia tetap Ayahku.”Mobil pun melaju pesat meninggalkan pusat kota Jincheng.Di penjara kini Yunita telah bisa di jenguk, satu minggu lagi dia akan menjalani sidang atas pembunuhan sesama tahanan.Yunita tengah duduk di balik kaca. Mariam Song menatap putrinya. Dia benar-benar terluka, rasanya dia ingin membuat orang yang telah memasukkan putrinya ke penjara itu juga merasakan kepahitan.“
Di Akhir pekan Lukas tidak bekerja, dia berada di rumah.Clarisa masih tertidur di ranjangnya, sedangkan Lukas sedang memeriksa keadaan Conan bersama dengan Athes selagi Christian sedang mandi.“Ayah, hari ini kondisi ku cukup stabil. Tidak apa-apa jika aku ikut dengan kalian,” dia berkata dengan mengulas sebuah senyuman yang sangat lembut.“Ayah tahu.”“Athes tolong kau bantu Conan mengganti pakaiannya. Karena akan pergi sebentar lagi,” pinta Lukas pada Athes.“Baik tuan,” jawab Athes.Lukas bergegas keluar, kembali ke kamarnya. Di sana Clarisa masih meringkuk, terlihat seperti seorang kangguru yang tertidur.Perlahan Lukas menghampiri Clarisa, di usapnya lembut pipi mulusnya, sesekali dia berbisik. “Istriku, bangunlah.”“Ini sudah terlalu siang, bukankah kita akan pergi menuju pamanmu?” Bisiknya.Clarisa membuka matanya perlahan,
Chandra Lee memandang Clarisa, dalam benaknya terngiang kedua putra kami, “Jadi anak-anak ini adalah putramu Clarisa?” Chandra terperangah kala mendapati kenyataan bahwa keponakannya ini telah memiliki dua putra yang sudah tumbuh besar. Sudah sepuluh tahun yang lalu Chandra tidak pernah melihat Clarisa lagi, dia bahkan tidak menyangka jika dirinya akan di pertemukan kembali dengannya. Hampir saja dirinya terkena serangan jantung, saat mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh mereka. Begitu pula dengan Yuri, dan juga Ryan. Mereka benar-benar tidak menyangka. Conan yang menyadari kecanggungan itu pun mencoba mencairkan suasananya. "Kakek, apakah kami bisa duduk?" "Aku sudah terlalu lama berdiri, kakiku sangat lelah," pintanya. Suaranya terdengar dingin namun sangat menggemaskan. “Ah iya, ayo duduk.” Chandra mempersilahkan mereka untuk duduk, selagi Yuri menyiapkan minuman sebelum makan siang, sedangkan Ryan mencoba bermain catur dengan
Di dalam kamarnya Gerald sedang menatap foto mendiang istrinya. Dia teringat akan senyuman yang senantiasa membayanginya.Drrrttt... drrrttt... ponsel Gerald bergetar, terlihat sebuah pesan masuk. “Aku sangat merindukanmu, apakah kita bisa bertemu?” isi pesannya.“Tentu aku akan menjemputmu,” balas Gerald.Gerald tersenyum saat dirinya telah mendapat pesan dari Joana. Terkadang dia merasakan kembali getaran-getaran cinta yang selama ini tak pernah lagi dia rasakan.Namun setelah bersama Joana, segalanya berubah, dia merasa kini hidupnya lebih berwarna, hari-harinya menjadi begitu hangat atas kehadiran Joana.Gerald bersiap keluar rumah, sebelum itu dia menatap kembali foto mendiang istrinya. “Mungkin kini seharusnya aku tidak lagi berduka atas kepergianmu.”“Ku harap kau bisa beristirahat dengan tenang, jangan khawatir lagi padaku.”“Jagalah putri kita dengan baik, sampai saa