Clarisa yang terjerumus ke dalam terpesona kala manik indah milik Lukas menunjukkan pesonanya, Clarisa seakan jatuh semakin dalam. bulu mata yang lebat itu ikut bergetar setiap kali Lukas mengedipkan matanya sembari tersenyum hangat. Di saat Clarisa masih terhipnotis oleh ketampanannya Lukas dengan cepat mengecup bibir ranum Clarisa.
Lukas menyunggingkan bibirnya lalu menciumi bibir Clarisa semakin dalam dan lebih dalam lagi, Clarisa yang awalnya terkejut sekarang sudah mengimbangi permainan Lukas. Setelah puas bermain bibir Lukas melepaskan bibir Clarisa ia menatapnya dengan dalam.
“Aku menginginkannya!” sorot matanya sudah dipenuhi oleh gairah yang sangat yang membara. Melihat Clarisa menganggukkan kepalanya. mendapat persetujuannya Lukas tersenyum puas ia melepaskan gaun yang dipakai Clarisa dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia menciumi kulit putihnya. Dan Clarisa menikmati di setiap sentuhan yang diberikan oleh Lukas.
Rintihan kecil mulai meme
Clarisa yang menyadari jika ayah mertuanya datang ia segera mendorong Lukas hingga dia terjatuh. Clarisa bangkit ia merapikan dirinya sebelum berbalik untuk menyapa Raven Jiang.“Ayah,” Clarisa menyapanya ia memberikan senyuman pada Raven.“Apa sudah selesai? Jangan hiraukan aku lakukan saja.” Raven sedikit menggoda Lukas dan juga Clarisa.Berbeda dengan Lukas yang merasa tidak ada yang terjadi apa-apa, ia berjalan dengan anggun ke hadapan Raven, ayahnya sendiri.Lukas menepuk-nepuk pakaiannya yang masih berantakan. “Ada apa? Mengapa kau tidak mengetuk pintu lebih dulu?” nada suaranya terdengar sedikit kesal.“Putraku, kau tidak perlu memedulikan ayah. Lakukan saja seperti biasanya.” Ujarnya sembali membalikkan majalah yang ada di tangannya.Wajah Clarisa seketika memerah ia merasa sangat malu mendengar ayah mertuanya terus menggoda Lukas, suaminya.“Ayah, hentikan!”&
Satu jam telah berlalu Lukas masih belum sadar, dokter sudah juga sudah mengobati lukanya. Clarisa dan yang lainnya sudah menunggu dengan cemas.“Ayah, kenapa Lukas belum juga sadar?” Clarisa bertanya dengan begitu cemas.“Tenanglah, Dokter sudah bilang bahwa Lukas baik-baik saja. Kita hanya perlu menunggunya siuman.” Raven menenangkan Clarisa.Raven beralih menghampiri Jay untuk menanyakan rapat apa yang akan Lukas dilakukan oleh Lukas. Setelah berbicara Raven memutuskan bahwa dia sendiri yang akan memimpin rapat tersebut.“Kapan dimulainya?” Raven kembali bertanya sembari menatap ke arah Lukas yang masih tidak sadarkan diri.Jay melirik ke arah jam tangannya. “Dua puluh menit lagi Tuan besar.”“Baiklah, mana materinya aku akan mempelajarinya selagi menunggu.” Jay mendengarnya segera menyerahkan materi yang akan di bahas dalam rapat nanti.Lukas perlahan membuka matanya kepa
Kini keduanya duduk di hadapan Raven yang menatap keduanya dengan tatapan yang tidak percaya, Raven melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap Lukas mau pun Clarisa secara bergantian. Clarisa sangat malu karena hal ini jadi dia tidak sanggup memandang wajah ayah mertuanya itu. “Mengapa selalu mengganggu?” Lukas berkata dengan ketus pada Raven. “Bukan begitu,” Raven menimpalinya. “Jika tidak mengganggu lalu apa?” Nada suaranya terdengar tinggi. Clarisa juga baru pertama kali melihat Lukas semarah itu pada ayahnya sendiri. Clarisa menggenggam tangan Lukas saat ia berusaha meluapkan amarahnya pada Raven. Ia tersenyum dengan lembut pada Lukas mengisyaratkan untuk berhenti berdebat karena nya. Lukas mencoba mengatur napasnya berusaha untuk tenang, ia menatap Clarisa lembut lalu menarik tangannya hingga Clarisa ikut berdiri bersamanya. Lukas memalingkan pandangannya pada Raven yang masih terheran-heran karena sikap yang ditunjukkan oleh Lukas hari in
Cerahnya mentari telah berganti dengan indahnya senja di sore hari. Matahari terbenam membakar seluruh kota hari ini Conan tenggelam ke dalamnya, yang ia lakukan hanya berdiri di depan jendela kaca menikmati semua keindahan yang diberikan Tuhan hari ini. Bersama Athes ia melewati harinya.“Tuan muda, Tuan Besar ingin bicara dengan Anda.” Athes menyerahkan ponselnya. Conan mengulurkan tangannya menerima ponsel Athes.“Halo Ayah ada apa?” Conan berkata sedikit lirih.“Malam ini Ayah tidak bisa pergi menemanimu, ada urusan yang lebih mendesak di sini. Ibumu juga harus menemani Christian.”“Eng, tidak apa-apa. Lagi pula di sini ada Mr. Athes. Tidak perlu cemas semuanya baik-baik saja.” Selesai bicara Conan segera menutup sambungan teleponnya. Ia menatap Athes dengan raut wajah yang tidak berdaya.“Ada apa? Mengapa menatapku seperti itu?” ia bertanya pada Athes yang sedari tadi menatapnya.
Di kamar yang dengan pencahayaan yang sedikit remang-remang Clarisa terbangun dari tidurnya, ia melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan tengah malam. Clarisa menyadari bahwa suaminya tidak pulang malam ini ada sedikit rasa takut karena suaminya tak kunjung pulang setelah mereka berpisah di sore hari karena urusan kantor yang sedikit mendadak. Clarisa mencoba menghubungi suaminya tetapi nomor Lukas tidak bisa dihubungi. Ia berjalan ke arah jendela kaca yang besar itu mencoba menyibakkan gorden langit tampak sangat gelap. Perasaannya sangat tidak karuan mengingatponsel Lukas tidak bisa dihubungi sedari tadi. Clarisa keluar kamar ia berjalan ke ruang kerja Lukas tetapi ia tidak menemukan sosok Lukas di sana, Lukas sama sekali tidak pulang ke rumah malam ini. Clarisa teringat bahwa Athes berada di rumah sakit sehingga ia juga mencoba untuk menghubunginya namun, sama seperti sebelumnya Athes juga sulit untuk dihubungi. “Jay pasti tahu keberadaan Lukas.” C
Lukas berada di balik pintu itu, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding mencoba untuk tidak terlihat oleh Christian bahwa dia memperhatikan mereka. Perasaannya begitu tak karuan kala mendengar percakapan antara putra keduanya dan juga istri kecilnya. Lukas merenungi apa yang terjadi hari ini.2 jam sebelumnyaLukas duduk bersandar di depan pintu kamar rawat Christian, air matanya terus mengalir tanpa henti Lukas mencoba untuk tidak menangis tetapi ia tak kuasa menahannya. Di saat Lukas larut dalam kesedihannya tiba-tiba langkah kaki kecil menghampirinya dan berdiri di hadapannya wajahnya pucat namun, senyuman indah membingkai wajahnya yang tampan.Conan mengulas senyuman terbaiknya saat Lukas menatap wajahnya. Wajahnya begitu tenang tetapi sorot matanya tidaklah bisa bohong tersirat dengan jelas ketakutan di sana.“Apa yang Ayah lakukan di sini? Kenapa Ayah menangis?” Conan berjongkok sehingga wajahnya dengan Lukas hampir
Malam sudah berganti menjadi dini hari, setelah pergi mandi dan berganti pakaian Lukas masuk ke dalam kamar Christian. Di sana dia melihat Clarisa tertidur sembari memeluk Christian. Wajahnya tetap saja cantik walau sedang tertidur. Lukas menaikkan selimut pada keduanya Ia mengecup mesra kening istrinya. “Maaf telah membuatmu khawatir.” Saat Lukas ingin meninggalkan keduanya tiba-tiba ada yang menarik lengannya. Otomatis Lukas berbalik untuk melihat siapa yang terbangun dan ternyata Clarisa. “Kapan kau sampai?” Clarisa mengucek kedua matanya yang masih mengantuk. Lukas segera membelai rambutnya menatapnya dengan hangat. “Kenapa kau bangun? Kembalilah tidur.” “Aku begitu khawatir padamu. Ke mana saja kau? Mengapa ponselmu tidak dapat dihubungi?” Clarisa memberondong Lukas dengan pertanyaan. Lukas tersenyum hangat menatap istrinya yang terus bertanya walau dirinya masih mengantuk. “Apa kau ingin pindah ke kamar kita?” Lukas bertanya semb
Keesokan paginya Lukas telah bangun dari tidurnya ia menatap wajah Clarisa yang ada di sampinnya. Jemarinya yang ramping dan lentik itu menyentuh helaian rambut Clarisa yang sedikit berantakan disentuhnya dengan lembut dan penuh kasih. “Apa kau tidak ingin bangun?” Lukas bertanya pelan. “Sudah jam berapa ini?” sahutnya dengan mata yang masih terpejam. Suaranya terdengar serak. “Sudah pukul 09:00.” Lukas kembali menatap Clarisa yang mencoba kembali tidur. “Biarkan aku tidur sebentar lagi. Aku terlalu lelah.” Clarisa menarik selimutnya dan kembali meringkuk. “Kembalilah tidur, aku akan membangunkanmu sebentar lagi.” Lukas segera bangun ia beranjak pergi ke kamar mandi dengan keadaan telanjang bulat. Sejenak Clarisa membuka matanya melihat pemandangan pagi hari yang kian menggoda. Lukas yang menyadari tatapan Clarisa menyunggingkan sedikit ujung bibirnya yang sensual. Ia berbalik ke arah Clarisa yang sedari tadi menatapnya. Clarisa segera