Malam hari telah tiba dan itu berarti Yasmine harus sudah bersiap untuk datang ke pesta itu, ia menatap pantulan wajahnya yang sudah dipoles make-up natural. Jika biasanya make-up yang ia kenakan cukup tebal untuk menghadiri acara pesta seperti ini, tetapi kini ia memilih make-up natural. Apa alasannya? Tahu sendiri lah kalau hari ini ia membawa suami berondongnya, ia tidak mau ya kalau sampai dikira tante girang yang suka sama berondong. Yah walaupun sebenarnya hal itu memang benar adanya, eits yang benar itu ya itu suaminya adalah berondong. Sedangkan tante? Aih ia bahkan masih sangat muda untuk disebut tante.
Setelah berkutat dengan make-upnya akhirnya ia membalikkan tubuhnya, bertepatan dengan itu Abidzar keluar dari kamar mandi. Sejenak Yasmine terpana dengan penampilan Abidzar yang sangat tampan itu, astaga ternyata dengan memberikan tampilan yang berkelas seperti itu ketampanan Abidzar semakin terlihat. Yasmine sih mengakui kalau Ab
Putra jelas saja tak menyerah begitu saja, meskipun kenyataannya memang benar jika wanita idamannya itu sudah menikah ia akan merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya. Ia yakin kalau ada yang tidak beres dengan pernikahan Yasmine, perjodohan? Bahkan Putra sama sekali tidak percaya dengan perkataan Yasmine semalam. Bisa saja 'kan Yasmine hanya menikah kontrak dengan laki-laki yang bahkan usianya lebih muda darinya, bahkan laki-laki yang semalam dibawa oleh Yasmine terlihat seperti bocah SMA. Yang benar saja? Ia sungguh tidak terima dengan kenyataan kalau Yasmine lebih memilih bersama laki-laki muda itu daripada dirinya yang pastinya lebih dari segalanya ini.BRUKKK"M-maaf aku enggak sengaja." Putra menggeram kesal ketika ada seorang mahasiswa yang sepertinya adik tingkatnya tidak sengaja menabraknya hingga minuman yang ia bawa terjatuh dan kini pakaian yang ia kenakan menjadi basah.Ia menatap laki-laki y
Abidzar pulang ke apartemen Yasmine dengan wajah babak belur sambil memegangi perutnya yang terasa begitu nyeri, sangat tidak memungkinkan jika ia pulang ke rumahnya untuk diobati. Apalagi jika ia pergi ke klinik terdekat, ia sedang tak membawa uang karena tadi pagi begitu terburu-buru pergi ke kampus. Abidzar berharap kalau di apartemen ada kotak obat dan tidak ada istrinya, kalau sampai Yasmine ada wanita itu pasti akan menanyakan macam-macam padanya. Abidzar tidak mau berkata jujur dan ia juga tak mau berbohong siapa yang telah melakukan semua ini padanya, lebih baik memang menghindari. Mungkin setelah diobati luka itu tak terlalu terlihat nantinya setelah Yasmine pulang."Assalamualaikum, Pak." Seperti biasanya, Abidzar akan menyapa salah seorang satpam yang tengah berjaga di depan gerbang gedung apartemen ini."Waalaikumsalam, eh Nak Abidzar. Itu mukanya kenapa? Habis berantem sama teman?" tanya Pak Sapto–nama satpam i
Hari ini Yasmine singgah ke rumah Aira, rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Rindu juga dengan keponakan cantiknya yang tak lain adalah Faisya, ah ia tidak sabar ingin bertemu dengan keponakannya yang imut itu. Meluangkan waktu sejenak ia memilih mengunjungi kediaman keluarga Aira, untunglah Abidzar sedang ada kumpulan organisasi di kampusnya sehingga Yasmine bisa pergi ke rumah Aira. Akhir-akhir ini Abidzar memang berangkat dan pulang bersama Yasmine, itu semua karena Yasmine tidak mau kalau sampai Abidzar terluka lagi gara-gara dikejar preman. Yah, walaupun ia harus menahan kesalnya karena harus melihat wajah Putra. Putra ternyata senior Abidzar di kampus, hal yang mengejutkan bagi Yasmine. "Assalamualaikum," salam Yasmine sambil menekan bel yang berada di dekat pintu masuk.Tak lama menunggu, pintu dibuka hingga menampilkan wajah Aira yang terkejut dengan kehadiran Yasmine. Yasmine memang tidak me
Ponsel Yasmine sedari tadi tak berhenti berdering, hal itu membuat Yasmine yang sedang dipoles wajahnya oleh penata rias pun mendesah kesal. Wanita itu menatap ponselnya sejenak yang menampilkan nomor yang sama sekali tidak ia kenali, Yasmine memilih mengabaikannya saja. Namun, ponselnya kembali berdering dengan nomor yang sama dan hal itu membuat Yasmine penasaran. Sebenarnya siapa yang tengah menghubunginya? Tidakkah orang itu tahu kalau Yasmine kini sedang sibuk? Benar-benar mengesalkan. Inginnya sih ia mematikan ponselnya itu, tetapi ia juga merasa penasaran juga siapa gerangan si penelepon itu. Tanpa menunggu waktu lama lagi, akhirnya Yasmine memutuskan untuk mengangkat telepon itu."Hallo, siapa ya?" tanya Yasmine langsung tanpa perlu berbasa-basi lagi."Hallo, Yasmine! Masa kamu tidak ingat sama Mommy? Ini Mommy, Sayang ...." Suara diseberang sana yang sedikit familier membuat kening Yasmine berkerut bingung.
Yasmine menatap ketiga orang di hadapannya sambil menunggu kata-kata apa yang akan ketiga orang itu katakan padanya, sudah Yasmine katakan kalau ia tentu bukan orang bodoh yang percaya begitu saja dengan alasan remeh yang mereka lontarkan padanya. Rasa sakit yang Yasmine rasakan dulu tidak akan pernah bisa terhapus dengan alasan dan permintaan maaf mereka yang sudah terlihat jelas sangat tidak ikhlas. Ada misi dibalik permintaan maaf serta kedatangan mereka yang ingin Yasmine ketahui dan Yasmine ingin mereka langsung to the point saja mengatakan alasan itu karena Yasmine tidak punya banyak waktu meladeni orang-orang jahat di hadapannya yang tidak tahu diri itu."Jadi begini, Yasmine. Kedatangan kami selain ingin bertemu kamu dan meminta maaf atas kesalahan kami padamu, kami ingin meminta tanda tangan kamu." Mommy Yasmine mengeluarkan sebuah map berisi berkas-berkas yang sudah Yasmine duga sebelumnya."Kamu 'kan sudah tinggal di s
Hari ini Abidzar berkata kalau ada acara di kediaman kedua orangtua laki-laki itu, Abidzar mengajak Yasmine untuk mengunjungi rumah kedua orangtuanya. Yasmine yang memang sedang tidak ada pemotretan akhirnya mengiyakan, sudah lama juga ia tidak pergi ke rumah mertuanya. Walaupun sikap Abi Nazar tidak terlalu baik padanya, tetapi Yasmine sangat yakin kalau ayah mertuanya itu sedikit demi sedikit akan menerimanya. Yah yang awalnya dia tidak ingin menerima pernikahan ini akhirnya mulai menerima dengan perlahan, lagipula enak saja ia menjadi janda di umur yang begitu muda. Hal itu akan mencoreng nama baiknya, Abidzar mah enak karena laki-laki itu masih sangat-sangat muda.Jika pernikahan ini disembunyikan, orang lain tidak akan tahu kalau Abidzar pernah menikah. Sedangkan dirinya? Kalau ia dan Abidzar melakukan itu sudah bisa dipastikan ia yang akan rugi, Yasmine langsung menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikiran itu terlintas. Abidzar itu masih kecil dan polos,
Ada hal yang hari ini membuat Yasmine begitu kesal, hal yang membuat Yasmine ingin sekali pergi dari ruang pemotretannya. Mau tahu hal apa itu? Kemunculan Putra! Ya, itulah yang membuat Yasmine begitu kesal. Yasmine pikir Putra tidak akan berani muncul lagi di hadapannya karena sudah tahu kalau ia telah menikah, nyatanya hal itu sama sekali tidak membuat Putra pergi darinya. Malah kenyataanya, laki-laki itu semakin gencar mendekatinya. Sebenarnya apa maunya Putra? Tidakkah cukup baginya pengakuan Yasmine tentang pernikahannya? Bahkan Putra juga sudah bertemu dengan Abidzar di pesta kala itu. Lantas kenapa laki-laki itu tak jua menjauh sejauh-jauhnya darinya?"Mau apalagi lo ke sini?" Tanpa perlu repot-repot menyembunyikan ketidaksukaannya pada Putra, Yasmine langsung berujar ketus."Mau pemotretan lah, hari ini 'kan aku ada jadwal." Putra menjawab dengan santai, laki-laki itu duduk di salah satu bangku yang disediakan lebih tepatnya di
Yasmine pikir Putra akan menyerah begitu saja dengan penolakan yang wanita itu lakukan padanya? Sama sekali tidak! Ia dul sudah bisa meluluhkan hati Yasmine dan ia percaya pasti ia akan bisa meluluhkan hati Yasmine lagi untuk kedua kalinya, dulu salah dirinya karena terlalu mengekang Yasmine hingga akhirnya Yasmine menikah dengan bocah ingusan itu. Menyerah dengan bocah ingusan seperti Abidzar? Huh, Putra sama sekali tidak akan menyerah. Yasmine adalah miliknya, cintanya dan akan ia dapatkan lagi cinta itu bagaimanapun caranya. Meskipun harus melakukan perbuatan jahat sekali pun ia akan lakukan demi mendapatkan Yasmine, termasuk menyakiti Abidzar nantinya. Ia tertawa setan dengan pemikiran buruknya itu.Putra tengah berjalan-jalan sambil menendangi kerikil di jalanan, ia tengah menenangkan dirinya sambil menikmati panasnya matahari dan sejuknya angin. Di sebuah jembatan jalan, matanya tak sengaja melihat objek yang menarik perhatiannya. Ada dua orang yang