"A-aku ...."
Tok ... tok ... tok ....
Yasmine tak dapat melanjutkan kata-katanya ketika terdengar suara ketukan pintu. Wanita itu langsung bangkit, ia berjalan menuju pintu. Ternyata yang mengetuk pintu adalah Umi Syifa, wanita paruh baya itu tersenyum menatap Yasmine yang nampaknya canggung.
"Silakan masuk, Umi." Yasmine mempersilakan Umi Syifa masuk, tetapi wanita paruh baya itu malah menahan lengan Yasmine.
"Enggak, Umi cuma mau panggil kalian aja. Makan siang udah Umi siapin, sekalian kamu panggil Dzar ya? Kalau gitu, Umi keluar dulu." Sebelum pergi, Umi Syifa menepuk bahu Yasmine sekilas.
Yasmine kembali memasuki kamar, di sana masih ada Abidzar yang masih duduk di tepi ranjang. Suasana canggung itu kembali dirasakan, padahal beberapa hari yang lalu keadaan sudah lebih baik. Rupanya kecanggungan itu terjadi karena Yasmine sendiri yang tiba-tiba m
Sudah hampir dua jam Yasmine pergi dari rumah, wanita itu belum juga kembali ke rumah kedua orangtua Abidzar. Hal itu membuat Abidzar merasa khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada istrinya. Karena pertengkaran tadi, Abidzar sama sekali belum makan. Laki-laki itu bertengkar hebat dengan abinya, menurutnya abinya sudah sangat keterlaluan. Abidzar tahu kalau menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap umat muslim perempuan, termasuk istrinya. Tetapi apakah pantas abinya membentak istrinya begitu? Abidzar tak habis pikir mengapa abinya setidaksuka itu pada Yasmine. Abidzar yakin, perlahan-lahan Yasmine mau diberi pengertian tentang kewajiban itu, Abidzar juga yakin istrinya itu pasti perlahan-lahan bisa menerima.Abidzar tak tahan lagi mengurung diri di kamarnya, ia harus mencari keberadaan istrinya. Yasmine merupakan orang baru di sini yang sama sekali tidak hafal jalan, meskipun usia istrinya sudah cukup dewasa. Namun, Yasmine sama sekali
Suara perut yang berbunyi dengan nyaring pertanda kalau cacing-cacing sudah meminta jatah makannya, membuat suasana yang semula cukup haru dan romantis menjadi buyar. Yasmine yang tadinya bersandar di bahu Abidzar pun segera mengangkat kepalanya, ia menatap Abidzar yang kini menyengir. Mereka saling pandang kemudian tertawa secara bersamaan ketika perut keduanya sama-sama berbunyi, sangat sehati sekali sampai-sampai perut berbunyi pun dalam waktu yang bersamaan. Tak ada rasa malu karena perut keduanya yang berbunyi di saat yang tidak tepat. Wajar saja, mereka berdua sama-sama belum makan siang bahkan kini sudah hampir sore. Tentu rasa lapar itu akan dirasakan di cacing yang harus berpuasa selama beberapa jam."Ayo! Kita cari makan," ajak Abidzar. Laki-laki itu berdiri, ia mengulurkan tangannya pada Yasmine yang masih duduk.Yasmine menerima uluran tangan Abidzar sambil tersenyum, ia berjalan bersisian bersama Abidzar dengan senyu
Perangkap itu sudah Putra persiapkan jauh-jauh hari, tinggal memanggil si mangsa agar bisa menemuinya kemudian 'hap' tertangkap! Hanya tinggal satu hal lagi yang harus ia lakukan. Yaitu meminta Yasmine menemuinya, ia sudah mempersiapkan semuanya. Yasmine harus mau menemuinya agar rencananya bisa berjalan dengan lancar. Rencana apa? Tentu saja rencana agar ia bisa mendapatkan Yasmine kembali. Sang pujaan hati yang sudah susah payah ia dapatkan, tetapi lepas begitu saja. Masa bodo antara cinta dan obsesi yang ia alami, yang terpenting ia harus segera menjadikan Yasmine miliknya lagi. Tidak ada yang boleh merebut Yasmine dari Putra Nugroho! Yasmine hanya milik Putra seorang, bukannya milik si bocah ingusan itu.Laki-laki itu meraih ponselnya yang di dalamnya sudah ada kartu SIM yang baru ia beli, ia akan menghubungi Yasmine dengan nomor baru. Ia tidak akan memberitahu identitas aslinya, ia hanya akan menghubungi Yasmine saja dengan identitas yang tidak perlu
Yasmine mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan, wanita itu memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Seakan tengah ada berton-ton batu yang menimpa kepalanya. Dengan perlahan ia terduduk, matanya memandang sekeliling. Yasmine tak mendapati keberadaan Putra di sini, tetapi ia melihat kalau ada sebuah amplop yang ada di nakas samping tempat tidur hotel ini. Dengan cepat Yasmine membuka amplop itu, matanya membelalak ketika melihat apa yang ada di dalam amplop itu. Seketika Yasmine langsung melihat pakaiannya, pakaiannya sedikit terbuka di bagian bahunya. Yasmine kembali menatap apa yang ada di dalam amplop itu. Ada sebuah foto yang Yasmine sendiri jijik melihatnya dan juga ada sebuah surat.Kalau kamu enggak mau balikan sama aku, aku bisa aja sebarin foto ini ke media. Aku sama sekali enggak peduli kalau karier kita akan hancur. Mari kita hancur bersama-sama, Sayang. Pilihanmu hanya ada satu yaitu meninggalkan bocah ingusan itu kemudian kembali padak
Laki-laki yang beberapa waktu lalu telah memberi jebakan pada sang mantan kekasihnya itu tersenyum senang sambil melihat foto di tangannya. Ia yakin sekali kalau Yasmine pasti akan kembali padanya, mengingat kalau ancamannya itu jelas saja akan sangat mengganggu Yasmine. Beruntung juga ia tadi memberi sebuah noda merah di sprei putih yang Yasmine tiduri, Putra yakin sekali kalau Yasmine tak akan pikir panjang pasti langsung memintanya kembali. Putra sangat mengenal Yasmine, wanita galak yang sayangnya sangat ia cintai itu tak pernah tersentuh oleh seorang pria. Dan Putra yakin, Abidzar yang polos tentu tidak akan mengerti apa-apa mengenai hal itu. Putra yakin kalau dua orang yang terikat hubungan pernikahan itu sama sekali belum melakukan ibadah wajib itu. Hal itu sangat mudah ia tebak.Kembali ia melihat ke arah fotonya bersama Yasmine yang tengah berbaring di dalam selimut yang sama. Jika dilihat, mereka seperti habis melakukan sesuatu. Sesuatu yang tent
Pipi Yasmine merona malu ketika ia kembali mengingat kejadian kemarin, di mana ia dan Abidzar sudah menyatu. Menyatu dalam artian yang sesungguhnya, Yasmine tak menyangka kalau Abidzar bisa memperlakukannya sedemikian lembut. Kemarin sore itu adalah sesuatu yang baru pertama kali keduanya rasakan, ya pertama kali. Karena setelah Abidzar menembus tirai suci itu, kini Yasmine baru menyadari kalau ia telah ditipu oleh Putra. Meskipun begitu, Yasmine tak pernah menyesal memberikan mahkota berharganya pada Abidzar. Abidzar berhak karena laki-laki itu adalah suami Yasmine dan Yasmine pun sama sekali tak terpaksa melakukan itu. Mereka melakukannya dengan perasaan yang sama-sama rela dan memang berniat menyempurnakan pernikahan mereka. Pernikahan yang diawali dengan kesalahan, tak pernah terbayang kalau akan seindah ini.Yasmine tak sadar kalau Abidzar telah terbangun dari tidurnya, laki-laki itu menatap Yasmine yang tengah melamun sambil tersenyum sendiri. Abidza
Kali ini, ada yang berbeda dari diri Yasmine, lebih tepatnya penampilan Yasmine. Jika dulu wanita itu selalu memakai pakaian yang kata Abidzar penjahitnya kekurangan bahan, kali ini Yasmine memakai pakaian yang lebih tertutup. Tak hanya itu saja, rambutnya ia biasanya ia urai kini tertutup dengan sebuah kain. Yup, sebuah hijab berwarna moccha. Abidzar yang pertama kali melihat penampilan istrinya yang berbeda pun begitu terpana dengan aura kecantikan yang semakin terpancar dari diri sang istri. Istrinya semakin cantik berkali-kali lipat saat menutup rambutnya. Yasmine memang bertekad kalau ia akan memulai berhijrah. Bismillah, aku hijrah! batin Yasmine dalam hati.Yasmine begini, bukan karena Abidzar atau apapun melainkan karena dirinya sendiri. Abidzar hanya membantu membuka mata hati Yasmine kalau ingin berubah menuju kebaikan itu tak menunggu nanti-nanti. Masih teringat dengan jelas di pikiran Yasmine apa yang suaminya itu katakan sehingga kini dirinya
PRAAKKK ....Sebuah suara keras karena ada sesuatu yang dibanting terdengar memenuhi sebuah ruangan, tepatnya itu berada di kamar Putra. Putra tak dapat menahan emosinya ketika mendapat sebuah pesan dari Yasmine, di mana wanita itu sama sekali tak mempedulikan ancamannya. Ia biarkan layar ponselnya retak dan hancur saking kuatnya ia membanting. Emosinya jelas tak bisa ditahan lagi, usahanya mendapatkan Yasmine ternyata sia-sia. Tahu begitu mengapa tidak sekalian ia melakukan hal yang lebih keji dari itu agar Yasmine tak lagi menolaknya? Sial! Benar-benar sial, dia yang terlalu bodoh dan terlalu percaya diri kalau Yasmine pasti akan kembali padanya. Namun, bagaimana bisa Yasmine tak panik? Atau jangan-jangan ...."Enggak! Enggak mungkin! Lo hanya milik gue Yasmine!" teriak Putra begitu frustasi sambil membanting semua barang yang ada di kamarnya."Putra, lo kenapa?" Prita-kakak Putra yang mendengar teriakan se