Pagi ini, Prisla berangkat menuju kota. mobil perlahan meninggalkan kampung halaman, serta kenangan dengan rumah sederhana itu. selama dalam perjalanan Prisla larut dalam kesedihan, seumur hidup baru kali ini dia berpisah dari ibu dan adiknya dalam waktu yang tidak ditentukan.
"Ibu, Anabel selamat tinggal, setelah punya banyak uang, aku akan pulang menjemput kalian." ucap Prisla lirih.Dulu gadis imut ini mempunyai cita-cita yang sangat mulia, membangun desanya yang miskin. menghapus yang namanya kawin kontrak yang sering dilakukan oleh gadis muda dikampung nya. lalu menyuruh mereka melanjutkan pendidikan, karena masih banyak diantara gadis desa yang masih diusia sekolah. tapi karena keadaan dan keterbatasan ekonomi terpaksa harus mengubur mimpi indah masa depan mereka, termasuk dirinya sendiri yang sudah terjebak dalam satu lingkungan yang selama ini sangat ingin dia hindari.Perjalanan jauh membuat Prisla tertidur cukup lama, hingga sebuah tangan lembut menguncang bahunya."Prisla, Bagun nak.""Prisla, Bagun nak."
"Apa kita sudah sampai, paman?" Perlahan Prisla membuka matanya yang masih terasa berat, dihadapannya seorang wanita tersenyum ramah menyambut nya."Bibi Tati.""Prisla, keponakan ku sayang."Prisla dan bibi Tati berpelukan hangat, perempuan paruh baya itu merupakan istri dari paman Aryo. mereka berdua sama-sama bekerja sebagai pelayan di keluarga tuan Wilson."Istrahat lah dulu, kamu pasti capek sehabis menempuh perjalanan jauh. bibi akan siapkan makan malam dulu.""Iya terimakasih bibi.""Besok, paman akan menemanimu untuk bertemu dengan tuan muda Hardian dan Rey." ucap paman Aryo.Paginya, paman Aryo membawa Prisla kesebuah rumah besar, bahkan seumur hidupnya baru kali ini Prisla melihat dan menginjakan kaki dirumah yang sangat mewah layaknya istana."Ayo Prisla, ikuti langkah paman. agar kamu tidak tersesat karena rumah ini sangat besar dan luas.""Iya paman."Mereka memasuki sebuah ruangan, nampak beberapa alat medis dan seorang berpakaian putih layaknya seorang Dokter sudah menunggu kedatangan mereka."Silahkan duduk."Prisla dan paman Aryo duduk bersebelahan dihadapan dokter."Kamu, pasti perempuan yang kesekiannya untuk melamar menjadi istri tuan muda Hardian?" ucap dokter seolah-olah mencemooh, karena sekian banyak wanita cantik, seksi dengan gaya berpakaian mereka moderen, meskipun sudah lulus tes kesehatan dan sebagainya, namun selalu gagal dan ditolak mentah-mentah oleh Hardian. apalagi Prisla yang hanya gadis berpenampilan kucel dangan pakaian lusuhnya, bisa-bisa Hardian langsung mengusirnya pikir dokter terseyum sinis kearah Prisla yang menundukkan kepalanya."Ya, gadis ini adalah Prisla. aku diperintahkan khusus oleh asisten tuan muda untuk menjemputnya ke desa. aku yakin kali ini tuan muda tidak akan menolak setelah melihat Prisla." ucap paman Aryo menjelaskan."Kamu terlalu yakin Aryo." ucap dokter menyuruh Prisla untuk berbaring. lalu mulai melakukan pemeriksaan kesehatan.Seorang Pria berpenampilan energik tiba-tiba masuk, setelah berbicara dengan paman Aryo dia lalu mendekati Prisla."Prisla, aku senang kamu menerima tawaran ini, bolehkah aku mengetahui apa alasanmu sehingga bersedia mengingat kamu masih sangat muda?" Rey menanyakan langsung pada Prisla agar tidak ada penyesalan dikemudian hari atas keputusannya."Ibu ku, sakit dan butuh biaya pengobatan dan aku juga mempunyai seorang adik yang harus aku biayai." ucap Prisla apa ada yang ditutupi.Pria tampan yang merupakan asisten Hardian terdiam, dari sekian banyak wanita cantik yang mendaftar untuk menjadi istri dari tuan muda, baru Prisla yang memberikan jawaban berbeda dari mereka, terlihat jujur dan apa adanya."Bagaimana dengan hasil pemeriksaan mu?""Dia masih perawan." jawab dokter wanita barusan."Aryo, aku sudah memutuskan untuk menerima Prisla." ucap asisten Rey tersenyum senang."Syukurlah, tapi apa tuan muda Hardian setuju dengan Prisla?""Aku akan meyakinkan tuan muda, karena tuan muda tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk memilih perempuan yang cocok untuk menjadi istri bayaran nya." ucap Rey seraya tersenyum ramah kearah Prisla.Disebuah ruangan luas, Hardiansyah yang memiliki banyak kekuatan dan kekuasaan, bisa dengan mudah memilih wanita manapun yang dia inginkan. untuk sekedar menemaninya dan sebagai salah satu pria yang memenuhi syarat yang sempurna. Cinta bukanlah yang utama bagi Hardian.Prioritas Hardian saat ini, hanyalah menghadapi tekanan dari keluarga yang selalu menuntut dirinya untuk segera menikah. agar mendapatkan pewaris kekayaan keluarga yang tidak akan habis tujuh turunan. sudah menjadi tradisi dalam keluarga Hardian, setiap anak yang akan mendapatkan hak warisan harus menikah terlebih dahulu dengan wanita baik-baik dan harus Virgin.Hardian peduli jika harus menikah pura-pura selama setahun, yang penting dia mendapatkan harta warisan. begitu juga dengan pernikahannya begitu perjanjian selesai dia akan menikahi gadis yang merupakan cinta pertamanya Milka, yang memilih pergi ke negara lain demi mengejar impian nya sebagai model dunia."Hanya kamulah, yang akan menjadi istri ku yang sesungguhnya, Milka." bathin Hardian."Prisla, sebentar lagi kehidupanmu, ibu dan adikmu juga akan berubah, barusan asisten tuan Hardian menghubungi paman, dia memintamu untuk datang langsung kerumah pribadi tuan muda. sebentar lagi orang utusan mereka akan menjemput mu kerumah ini." ucap paman"Tapi aku takut paman.""Kamu tidak perlu takut Prisla, mereka tidak akan menyakiti mu, semangat lah demi ibu dan Anabel." bujuk paman mengantarkan Prisla sampai kedalam mobil khusus untuk menjemput gadis itu."Silahkan masuk, nona."Prisla duduk di jok belakang, menatap suasana luar kaca mobil dengan pikiran tidak menentu, hampir tiga puluh menit terlewati, namun mobil aduh melaju."Kemana kalian akan membawaku?" tanya Prisla, namun kedua bodyguard berwajah sangat didepan nya tidak ada yang bersuara, ataupun menanggapi pertanyaan nya."Eh, apa kalian berdua bisu ya." ucap Prisla kesal karena selama perjalanan tidak ada yang menghiraukan nya."Nona diamlah, kamu tidak diberi kuasa untuk berbicara dengan mu." ucap sopir.Mobil akirnya memasuki halaman luas sebuah bangunan megah, dengan deretan mobil-mobil mewah yang terparkir. Prisla menatap takjub tanpa berkedip. seraya berfikir apakah dia seorang Cinderella seperti yang sering diceritakan dalam dongeng. dimana dalam istana megah ini, seorang pangeran sudah menuggu kedatangannya."Selamat datang nona, tuan muda kami sudah menuggu anda didalam." sambut pelayan menundukkan kepalanya hormat."Ba... baiklah." tiba-tiba Prisla mersakan gugup, dengan sangat hati-hati dia mengayunkan langkah pelan, disalah satu ruangan, seorang pria tampan tengah menatap seorang gadis dengan penampilan kucel dan pakaian lusuh. bahkan rambutnya tidak terawat karena keseringan terkena sinar matahari saat berjualan di pasar kecil di desanya.Hardian menggelengkan kepalanya, dia kesusahan untuk menarik ludahnya. melihat wanita pilihan asistennya. yang kami ini jauh dari kata baik. bahkan seandainya diberi nilai, angka empat setengah cocok untuk Prisla. Hardian mendekat, menatap Prisla dari ujung kepala hingga ujung kaki. tidak pada satupun yang menarik, bahkan dada gadis itu menurut Hardian belumlah berkembang sempurna. "Apa didunia ini tidak ada gadis yang lebih menarik lagi, sehingga kamu memilih bocah ingusan ini." bentak Hardian pada asisten Rey. "Tapi tuan muda, saat ini kita tidak mempunyai banyak waktu lagi. jika masih mencari-cari gadis yang sesuai dengan pilihan tuan." ucap Hardian ketakutan. "Baiklah, sekarang atur perjanjian kontrak pranikah nya. setelah itu minta dia orang pelayan untuk membantu membersihkannya dan memberikan pakaian yang layak." perintah Hardian yang tidak ingin menatap Prisla lebih lama lagi. baginya sosok Milka tidak akan pernah tergantikan oleh perempuan manapun di dunia ini. "Oya siapa
Terdengar suara pelan dan wajah menunduk. meremas kedua belah jemarinya, gadis itu tidak punya keberanian menatap Hardian. Dia benar-benar takut jika wajah dihadapannya ini tidak lebih baik dibandingkan monster."Coba ulangi... tinggi kan nada suara mu sedikit, jangan berbisik dan tatap wajah ku " suara Hardian semakin meninggi."Baiklah...,, Tuan muda," ucap nya dengan suara lantang, membuat Hardian terlonja. Sambil memegang dadanya kaget, entah datang dari mana keberanian Prisla yang mengeluarkan suara lantang. Prisla mengangkat kepalanya dengan ragu, dan melihat wajah Hardian perlahan."Masya Allah...,, benarkah pria tampan ini akan menjadi suami ku, tidak mungkin dia, ibarat film dia pasti pemeran utamanya." membulatkan mata dengan mulut sedikit terbuka. Prisla begitu terpesona dengan ketampanan Hardian."Kenapa... kamu kesambet ya, apa kamu belum pernah melihat pria tampan sebelumnya...tapi aku baru ingat kamu kan dari kampung. mana ada pria setampan aku disana, kenapa kamu masih
Mata Prisla tertuju pada sosok pria tinggi bertubuh tegap berjalan menuju kearahnya. Stelan jas biru tua menambah pesona elegan, dilengkapi dengan dada yang bidang. sepasang kaki lurus sempurna yang mengarah kearah Prisla, yang semakin lama semakin mendekat. sudut tatapan pria itu memiliki aura yang begitu kuat."Sangat tampan, dan penuh kharisma, sangat cocok dipasang kan dengan gadis ini." terdengar ucapan salah seorang tamu yang berdiri tidak jauh dari mereka.Hardian terpana melihat kecantikan dan pesona alami Prisla. mata nya seakan tidak bisa berbohong, mengakui kecantikan dan keindahan lekuk tubuh Prisla yang terbalut kebaya mewah itu."Bagaimana bos, pilihan ku tidak pernah salahkan," ucap Rey bangga, dan menyikut Hardian yang masih terpana."Biasa saja..,, Bi Ijah juga akan terlihat cantik jika didandani dan dibalut dengan pakaian mewah" jawab Hardian asal sambil berusaha menyembunyikan kekaguman nya.Prisla meminta restu menyalami paman dan kedua orang tua Hardian, Mama Merli
Setelah kedua pelayan itu pergi, Prisla menutup pintu kamar. Dan berjalan Menuju kamar mandi yang terlihat lebih bagus."Badan ku rasanya lengket sekali, lebih baik aku mandi saja" Prisla mengambil salah satu baju tidur dan membawanya kekamar mandi."Sebaiknya aku berendam" Prisla membuka pakaian, mengatur suhu airnya kemaren diapartemen bibi Ijah sudah mengajarinya. cukup lama dia berendam sambil memijat kepala nya."Ini benar-benar mengasikkan" Gumam Prisla mencoba beberapa jenis pembersih kulit dan shampo."Aaahhk, kenapa dengan tangan ku, kok mengkerut? apa tandanya aku mau berubah menjadi Putri Duyung ? karena kelemahan berendam.?"Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Prisla. dia teringat sinetron Mrmait In Love yang pernah ditontonnya waktu dikampung dulu. dia menyudahi acara mandinya dengan cepat.Setelah mengering kan badan dan berpakaian kembali, Prisla merebahkan badannya di kasur empuk itu."Wah begini ya kalau jadi orang kaya" tidak perlu menunggu lama dia sudah terti
Hardian merasa terenyuh hatinya, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap nya itu pada Prisla. Dia tidak menyangka seorang Paman tega memperlakukan dan memanfaatkan gadis remaja yang polos untuk mendapatkan keuntungan sendiri. "Entahlah, tapi hanya paman Aryo yang pernah membantu adikku dan ibu, selama ini." Ucap Prisla dengan suara bergetar. "Apa keinginan terbesarmu, aku bersedia membantu mu sebisaku," Hardian menatap wajah Prisla serius."Keinginan pertama ku merebut kembali surat-surat rumah kecil peninggalan ayah dari tangan rentenir, yang sempat digadaikan oleh ibu untuk biaya pengobatan dan aku bermimpi ingin memiliki berbagai keahlian, sehingga nantinya aku Bisa membuka usaha sendiri kedepannya, dan membangun desa ku suatu saat, agar tidak ada lagi perkawinan kontrak diusia dini, karena keterbatasan biaya dan kemiskinan" ucapan Prisla seolah-olah menyindir dirinya sendiri, Hardian tertawa lepas dengan penuturan Prisla tersebut, ditambah dengan raut wajah Prisla yang tiba-tiba
Mama memalingkan muka mengabaikan, sementara papa mendekati Prisla mengelus pelan rambut bergelombang itu."Hati hati ya nak..., nanti kalau anak nakal ini bikin ulah lapor papa "Prisla tersenyum menanggapi Papa Mertuanya itu, dan melangkah mengikuti Hardian menuju mobil."Tuan kita mau kemana ?""Sudah kamu duduk yang manis saja..,, nanti bakalan tau juga "Selama dalam perjalanan, Prisla tak henti-hentinya berceloteh tentang kekagumannya melihat pemandangan Kota, karena selama ini dia hanya hidup di kampung, gedung bertingkat menjulang. dan padat nya kendaraan yang saling berpacu membelah jalanan ibukota.Hardian hanya diam menanggapi semua itu. mobil pun berhenti di suatu tempat."Ayo masuk " ucap Hardian melangkah mendahului Prisla.Prisla pun turun mengikuti langkah Hardian, memasuki pusat pelatihan berbagai macam keahlian. Mereka memasuki Salah satu ruangan."Prisla isilah formulir ini dengan benar" menyerahkan sebuah selembar kertas, yang berisi formulir pendaftaran les mendesa
"Hallo," ucap Prisla. "Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian."Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu."Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona," "Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang."Baiklah Nona muda," Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian."Kosong, jam berapa sekarang ?"Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?" Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang." Lebih baik aku lanjutkan menonton televis