Hardian menggelengkan kepalanya, dia kesusahan untuk menarik ludahnya. melihat wanita pilihan asistennya. yang kami ini jauh dari kata baik. bahkan seandainya diberi nilai, angka empat setengah cocok untuk Prisla.
Hardian mendekat, menatap Prisla dari ujung kepala hingga ujung kaki. tidak pada satupun yang menarik, bahkan dada gadis itu menurut Hardian belumlah berkembang sempurna.
"Apa didunia ini tidak ada gadis yang lebih menarik lagi, sehingga kamu memilih bocah ingusan ini." bentak Hardian pada asisten Rey.
"Tapi tuan muda, saat ini kita tidak mempunyai banyak waktu lagi. jika masih mencari-cari gadis yang sesuai dengan pilihan tuan." ucap Hardian ketakutan.
"Baiklah, sekarang atur perjanjian kontrak pranikah nya. setelah itu minta dia orang pelayan untuk membantu membersihkannya dan memberikan pakaian yang layak." perintah Hardian yang tidak ingin menatap Prisla lebih lama lagi. baginya sosok Milka tidak akan pernah tergantikan oleh perempuan manapun di dunia ini.
"Oya siapa namamu?" tanya Hardian sebelum pergi.
"Prisla, tuan."
Setelah mendengar jawaban dari mulut Prisla, Hardian pergi meninggalkan gadis itu begitu saja dengan asistennya Rey.
"Milka, seandainya kamu disini. mungkin saat ini aku tidak akan terjebak pada situasi dan kondisi sulit seperti ini." bathin Hardian berlalu pergi menuju mobilnya. saat ini Hardian ingin pergi ke tempat-tempat bersejarah bagi hubungannya dengan Milka, yang menyimpan begitu banyak kenangan indah kebersamaan mereka.
Calon suamiku, ternyata dia orang kota sombong, dia terlihat cuek dan tidak menyukai ku. berbeda dengan para pemuda di dikampung, malah sebaliknya mereka sangat ramah tamah." gumam Prisla.
"Sudahlah Prisla, makanya kalo dikota kamu harus mengikuti sifat mereka. yakinkan semua akan berjalan baik-baik saja." ucap Rey mengajak Prisla memasuki sebuah ruangan.
"Ini kamar tidurmu sementara, silakan kamu istrahat dulu. dan disamping itu kamar mandinya " tunjuk Rey.
Prisla mengedarkan pandangannya keseliling kamar, dia seperti bermimpi dapat menginjakan kaki ditempat seperti ini. "Wah mewah sekali, dan kasurnya empuk banget" disudut ruangan terdapat sofa dan televisi ukuran besar. Prisla tertawa senang, namun sebaliknya akan sedih kembali jika membayangkan wajah calon suaminya barusan. "Ngak papa lah, pernikahan ini cuma sementara. Mudah-mudahan saja cepat berakhir dan aku segera terbebas." Doa Prisla. selepas kepergian Rey, Prisla mengunci pintu kamar mengambil handuk bersiap untuk mandi. "Ya Tuhan kamar mandinya saja seluas rumah ku" sambil berjalan memutari Prisla mencoba mandi mengunakan shower. "Wah aku bisa dan rasanya begitu sejuk " dia juga mempraktekkan gaya orang iklan sabun mandi, yang sering dia tonton dirumah tetangga di kampung dulu. "Anabel dan ibu, pasti ikut senang jika mengetahui apa yang aku alami, karena aku tahu mereka belum pernah merasakan kemewahan seperti ini." tiba-tiba mata Prisla mengembun. Setelah merasa badannya dingin, Prisla menyudahi acara mandi dan mengenakan pakaian kembali. Prisla menatap bagian samping rumah mewah tersebut, terdapat enam mobil mewah merek import berjejer dalam bagasi. dengan taksiran harga miliaran rupiah. terdapat juga beberapa moge."Kehidupan orang kaya, sangat membingungkan? semua sudah tersedia, namun penghuninya tidak ada, melainkan hanya pelayan yang aku temui." bathin Prisla.
Semua gerak gerik Prisla, tidak pernah lepas dari pantauan Hardian. melalui camera yang terhubung langsung dengan ponselnya.Malam nya, Prisla merebahkan tubuh lelahnya diranjang yang empuk. seraya memikirkan jika esoknya adalah hari paling bersejarah dalam hidup nya, meskipun tidak sesuai dengan impian, menikah dengan seorang yang mencintai dan dicintai nya.
Rasa ngantuk membuat Prisla beberapa kali menguap, dia memejamkan mata dan mulai terbawa kedalam mimpi, karena rasa lelah ditubuh nya yang belum hilang. meskipun begitu dia masih bisa mendengar seseorang seperti membuka pintu kamar dan mematikan lampu kamar tiba-tiba.
"Siapa kamu?"
"Aku, adalah calon suamimu?"
"Tidak mungkin?
"Ja...ja.. jangan mendekat!"
Prisla mundur ketakutan, dia menyilang kan kedua tangan kedada berusaha melindungi diri.
"Tidak lama lagi, kita akan menikah, tidak salahnya jika malam ini aku sedikit bermain dengan mu." tersenyum mesum, Prisla berusaha mempertajam penglihatan pada sosok pria misterius dihadapannya. namun dia tidak bisa, dikarenakan cahaya yang semakin gelap.
"Calon suamiku itu bukan kamu." teriak Prila.
"Ha...ha... Aku adalah manusia jadi-jadian, sekarang aku siap menelanmu hidup-hidup."
"Apa, jadi kamu siluman?"
Prisla segera membaca doa apapun yang dia bisa, berharap siluman dihadapan nya segera lenyap, namun malah sebaliknya, bayangan gelap itu semakin mendekati nya.
Prisla langsung ambruk tidak sadarkan diri, setelah mendapati kenyataan, apa yang dia takutkan benar-benar kenyataan.
Melihat calon istrinya pingsan, bukannya cemas. namun Hardian seolah-olah mendapatkan permainan yang paling menyenangkan. yang belum pernah dia lakukan dengan perempuan manapun, bahkan Milka sekalipun. yang merupakan cinta pertamanya yang tidak pernah mendapatkan restu dari sang Mama.
***
Pagi hari yang cerah, secerah harapan Prisla untuk hidup lebih baik lagi kedepannya. tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar.
"Nona silahkan sarapan, Tuan muda Hardian sudah menunggu anda di meja makan." terdengar suara perempuan yang sudah berumur memangil namanya dari luar kamar.
"Iya sebentar bibi."Prisla mulai mersa cemas dan takut, dia membayangkan wajah calon suaminya lebih kurang dari wajah suami yang suka menyiksa istri nya, seperti film drama kejam film India. Prisla gugup dan takut. perlahan dia berjalan mendekati cermin besar, menatap pantulan wajahnya yang tegang.
"Apa menariknya diriku ini, semoga saja dia membatalkan niatnya menikahiku, dan aku akan memohon meminta pekerjaan untuk jadi pelayan saja dirumah ini." gumamnya Prisla dalam hati dengan niatnya yang semula mulai berubah. Prisla menyisir rambut nya untuk mengurangi kegugupan. membiarkan rambut panjang bergelombang nya tergerai, melangkah Keluar kamar sambil menunduk. Prisla benar-benar tidak mempunyai keberanian untuk mengangkat kepalanya. Dan menatap pantulan wajahnya. "Aku tidak boleh terlihat cantik, agar dia tidak tertarik melihku," kembali mengacak-acak rambutnya, dan mencari pakaian yang paling lusuh yang dia miliki lalu berjalan keluar. Hardian memperhatikan gerak-gerik Prisla, yang berjalan keluar dari kamar menunduk menuju dapur. Dia terlihat gugup seperti ketakutan. " Hey gadis kecil.....kamu kesini dan makanlah sarapan mu." ucap Hardian yang sedikit ragu melihat calon istrinya yang jauh berbanding terbalik dengan keinginannya. "Baik, Tuan."Terdengar suara pelan dan wajah menunduk. meremas kedua belah jemarinya, gadis itu tidak punya keberanian menatap Hardian. Dia benar-benar takut jika wajah dihadapannya ini tidak lebih baik dibandingkan monster."Coba ulangi... tinggi kan nada suara mu sedikit, jangan berbisik dan tatap wajah ku " suara Hardian semakin meninggi."Baiklah...,, Tuan muda," ucap nya dengan suara lantang, membuat Hardian terlonja. Sambil memegang dadanya kaget, entah datang dari mana keberanian Prisla yang mengeluarkan suara lantang. Prisla mengangkat kepalanya dengan ragu, dan melihat wajah Hardian perlahan."Masya Allah...,, benarkah pria tampan ini akan menjadi suami ku, tidak mungkin dia, ibarat film dia pasti pemeran utamanya." membulatkan mata dengan mulut sedikit terbuka. Prisla begitu terpesona dengan ketampanan Hardian."Kenapa... kamu kesambet ya, apa kamu belum pernah melihat pria tampan sebelumnya...tapi aku baru ingat kamu kan dari kampung. mana ada pria setampan aku disana, kenapa kamu masih
Mata Prisla tertuju pada sosok pria tinggi bertubuh tegap berjalan menuju kearahnya. Stelan jas biru tua menambah pesona elegan, dilengkapi dengan dada yang bidang. sepasang kaki lurus sempurna yang mengarah kearah Prisla, yang semakin lama semakin mendekat. sudut tatapan pria itu memiliki aura yang begitu kuat."Sangat tampan, dan penuh kharisma, sangat cocok dipasang kan dengan gadis ini." terdengar ucapan salah seorang tamu yang berdiri tidak jauh dari mereka.Hardian terpana melihat kecantikan dan pesona alami Prisla. mata nya seakan tidak bisa berbohong, mengakui kecantikan dan keindahan lekuk tubuh Prisla yang terbalut kebaya mewah itu."Bagaimana bos, pilihan ku tidak pernah salahkan," ucap Rey bangga, dan menyikut Hardian yang masih terpana."Biasa saja..,, Bi Ijah juga akan terlihat cantik jika didandani dan dibalut dengan pakaian mewah" jawab Hardian asal sambil berusaha menyembunyikan kekaguman nya.Prisla meminta restu menyalami paman dan kedua orang tua Hardian, Mama Merli
Setelah kedua pelayan itu pergi, Prisla menutup pintu kamar. Dan berjalan Menuju kamar mandi yang terlihat lebih bagus."Badan ku rasanya lengket sekali, lebih baik aku mandi saja" Prisla mengambil salah satu baju tidur dan membawanya kekamar mandi."Sebaiknya aku berendam" Prisla membuka pakaian, mengatur suhu airnya kemaren diapartemen bibi Ijah sudah mengajarinya. cukup lama dia berendam sambil memijat kepala nya."Ini benar-benar mengasikkan" Gumam Prisla mencoba beberapa jenis pembersih kulit dan shampo."Aaahhk, kenapa dengan tangan ku, kok mengkerut? apa tandanya aku mau berubah menjadi Putri Duyung ? karena kelemahan berendam.?"Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Prisla. dia teringat sinetron Mrmait In Love yang pernah ditontonnya waktu dikampung dulu. dia menyudahi acara mandinya dengan cepat.Setelah mengering kan badan dan berpakaian kembali, Prisla merebahkan badannya di kasur empuk itu."Wah begini ya kalau jadi orang kaya" tidak perlu menunggu lama dia sudah terti
Hardian merasa terenyuh hatinya, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap nya itu pada Prisla. Dia tidak menyangka seorang Paman tega memperlakukan dan memanfaatkan gadis remaja yang polos untuk mendapatkan keuntungan sendiri. "Entahlah, tapi hanya paman Aryo yang pernah membantu adikku dan ibu, selama ini." Ucap Prisla dengan suara bergetar. "Apa keinginan terbesarmu, aku bersedia membantu mu sebisaku," Hardian menatap wajah Prisla serius."Keinginan pertama ku merebut kembali surat-surat rumah kecil peninggalan ayah dari tangan rentenir, yang sempat digadaikan oleh ibu untuk biaya pengobatan dan aku bermimpi ingin memiliki berbagai keahlian, sehingga nantinya aku Bisa membuka usaha sendiri kedepannya, dan membangun desa ku suatu saat, agar tidak ada lagi perkawinan kontrak diusia dini, karena keterbatasan biaya dan kemiskinan" ucapan Prisla seolah-olah menyindir dirinya sendiri, Hardian tertawa lepas dengan penuturan Prisla tersebut, ditambah dengan raut wajah Prisla yang tiba-tiba
Mama memalingkan muka mengabaikan, sementara papa mendekati Prisla mengelus pelan rambut bergelombang itu."Hati hati ya nak..., nanti kalau anak nakal ini bikin ulah lapor papa "Prisla tersenyum menanggapi Papa Mertuanya itu, dan melangkah mengikuti Hardian menuju mobil."Tuan kita mau kemana ?""Sudah kamu duduk yang manis saja..,, nanti bakalan tau juga "Selama dalam perjalanan, Prisla tak henti-hentinya berceloteh tentang kekagumannya melihat pemandangan Kota, karena selama ini dia hanya hidup di kampung, gedung bertingkat menjulang. dan padat nya kendaraan yang saling berpacu membelah jalanan ibukota.Hardian hanya diam menanggapi semua itu. mobil pun berhenti di suatu tempat."Ayo masuk " ucap Hardian melangkah mendahului Prisla.Prisla pun turun mengikuti langkah Hardian, memasuki pusat pelatihan berbagai macam keahlian. Mereka memasuki Salah satu ruangan."Prisla isilah formulir ini dengan benar" menyerahkan sebuah selembar kertas, yang berisi formulir pendaftaran les mendesa
"Hallo," ucap Prisla. "Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian."Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu."Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona," "Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang."Baiklah Nona muda," Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian."Kosong, jam berapa sekarang ?"Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?" Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang." Lebih baik aku lanjutkan menonton televis
Tidak, kenapa dengan leherku," Prisla mulai menangis meraba didepan cermin lehernya dan bagian dadanya yang memerah."Astaga, apa sih ribut-ribut," ucap Hardian mengusap matanya, mencoba bangun karena mendengar teriakan Prisla yang sangat nyaring, dengan gerakan refleks dia hendak berdiridi, namun tiba-tiba dia oleng dan hilang ke seimbangan. Hardian tidak sadar bahwa kakinya terlilit selimut. hingga jatuh terguling ke bawah tempat tidur, kepala Hardian terbentur meja kecil yang terletak di samping tempat tidur itu."Dasar meja sialan,"Hardian berdiri dan menendang keras meja itu. dia berjalan menuju kamar mandi sambil memegang jidatnya yang sakit." Hey Kucing, apa yang kamu lakukan. teriakan mu itu bisa membangun kan seisi rumah ini tau nggak ?" Hardian berdiri sambil berkacak pinggang dikekang Prisla."Tuan leherku, lihat leher ku dan .... membuka sedikit baju nya ini penuh dengan tanda merah" Prisla terlihat ketakutan dan cemas. Namun Hardian berusaha untuk bersikap biasa saja,