Share

Tingkah norak

Hardian menggelengkan kepalanya, dia kesusahan untuk menarik ludahnya. melihat wanita pilihan asistennya. yang kami ini jauh dari kata baik. bahkan seandainya diberi nilai, angka empat setengah cocok untuk Prisla.

Hardian mendekat, menatap Prisla dari ujung kepala hingga ujung kaki. tidak pada satupun yang menarik, bahkan dada gadis itu menurut Hardian belumlah berkembang sempurna.

"Apa didunia ini tidak ada gadis yang lebih menarik lagi, sehingga kamu memilih bocah ingusan ini." bentak Hardian pada asisten Rey.

"Tapi tuan muda, saat ini kita tidak mempunyai banyak waktu lagi. jika masih mencari-cari gadis yang sesuai dengan pilihan tuan." ucap Hardian ketakutan.

"Baiklah, sekarang atur perjanjian kontrak pranikah nya. setelah itu minta dia orang pelayan untuk membantu membersihkannya dan memberikan pakaian yang layak." perintah Hardian yang tidak ingin menatap Prisla lebih lama lagi. baginya sosok Milka tidak akan pernah tergantikan oleh perempuan manapun di dunia ini.

"Oya siapa namamu?" tanya Hardian sebelum pergi.

"Prisla, tuan."

Setelah mendengar jawaban dari mulut Prisla, Hardian pergi meninggalkan gadis itu begitu saja dengan asistennya Rey.

"Milka, seandainya kamu disini. mungkin saat ini aku tidak akan terjebak pada situasi dan kondisi sulit seperti ini." bathin Hardian berlalu pergi menuju mobilnya. saat ini Hardian ingin pergi ke tempat-tempat bersejarah bagi hubungannya dengan Milka, yang menyimpan begitu banyak kenangan indah kebersamaan mereka.

Calon suamiku, ternyata dia orang kota sombong, dia terlihat cuek dan tidak menyukai ku. berbeda dengan para pemuda di dikampung, malah sebaliknya mereka sangat ramah tamah." gumam Prisla.

"Sudahlah Prisla, makanya kalo dikota kamu harus mengikuti sifat mereka. yakinkan semua akan berjalan baik-baik saja." ucap Rey mengajak Prisla memasuki sebuah ruangan.

"Ini kamar tidurmu sementara, silakan kamu istrahat dulu. dan disamping itu kamar mandinya " tunjuk Rey.

 

Prisla mengedarkan pandangannya keseliling kamar, dia seperti bermimpi dapat menginjakan kaki ditempat seperti ini.

 

"Wah mewah sekali, dan kasurnya empuk banget"  disudut ruangan terdapat sofa dan televisi ukuran besar. Prisla tertawa senang, namun sebaliknya akan sedih kembali jika membayangkan wajah calon suaminya barusan.

 

"Ngak papa lah, pernikahan ini cuma sementara. Mudah-mudahan saja cepat berakhir dan aku segera terbebas." Doa Prisla. selepas kepergian Rey, Prisla mengunci pintu kamar  mengambil handuk bersiap untuk mandi.

 

"Ya Tuhan kamar mandinya saja seluas rumah ku" sambil berjalan memutari  Prisla mencoba mandi  mengunakan shower.

 

"Wah aku bisa dan rasanya begitu sejuk " dia juga mempraktekkan gaya orang iklan sabun mandi, yang sering dia tonton dirumah tetangga di kampung dulu.

 

"Anabel dan ibu, pasti ikut senang jika mengetahui apa yang aku alami, karena aku tahu mereka belum pernah merasakan kemewahan seperti ini." tiba-tiba mata Prisla mengembun.

 

Setelah merasa badannya dingin, Prisla menyudahi acara mandi dan mengenakan pakaian kembali. Prisla menatap bagian samping rumah mewah tersebut, terdapat enam mobil mewah merek import berjejer dalam bagasi. dengan taksiran harga miliaran rupiah. terdapat juga beberapa moge.

"Kehidupan orang kaya, sangat membingungkan? semua sudah tersedia, namun penghuninya tidak ada, melainkan hanya pelayan yang aku temui." bathin Prisla.

Semua gerak gerik Prisla, tidak pernah lepas dari pantauan Hardian. melalui camera yang terhubung langsung dengan ponselnya.

Malam nya, Prisla merebahkan tubuh lelahnya diranjang yang empuk. seraya memikirkan jika esoknya adalah hari paling bersejarah dalam hidup nya, meskipun tidak sesuai dengan impian, menikah dengan seorang yang mencintai dan dicintai nya.

Rasa ngantuk membuat Prisla beberapa kali menguap, dia memejamkan mata dan mulai terbawa kedalam mimpi, karena rasa lelah ditubuh nya yang belum hilang. meskipun begitu dia masih bisa mendengar seseorang seperti membuka pintu kamar dan mematikan lampu kamar tiba-tiba.

"Siapa kamu?"

"Aku, adalah calon suamimu?"

"Tidak mungkin?

"Ja...ja.. jangan mendekat!"

Prisla mundur ketakutan, dia menyilang kan kedua tangan kedada berusaha melindungi diri.

"Tidak lama lagi, kita akan menikah, tidak salahnya jika malam ini aku sedikit bermain dengan mu." tersenyum mesum, Prisla berusaha mempertajam penglihatan pada sosok pria misterius dihadapannya. namun dia tidak bisa, dikarenakan cahaya yang semakin gelap.

"Calon suamiku itu bukan kamu." teriak Prila.

"Ha...ha... Aku adalah manusia jadi-jadian, sekarang aku siap menelanmu hidup-hidup."

"Apa, jadi kamu siluman?"

Prisla segera membaca doa apapun yang dia bisa, berharap siluman dihadapan nya segera lenyap, namun malah sebaliknya, bayangan gelap itu semakin mendekati nya.

Prisla langsung ambruk tidak sadarkan diri, setelah mendapati kenyataan, apa yang dia takutkan benar-benar kenyataan.

Melihat calon istrinya pingsan, bukannya cemas. namun Hardian seolah-olah mendapatkan permainan yang paling menyenangkan. yang belum pernah dia lakukan dengan perempuan manapun, bahkan Milka sekalipun. yang merupakan cinta pertamanya yang tidak pernah mendapatkan restu dari sang Mama.

***

Pagi hari yang cerah, secerah harapan Prisla untuk hidup lebih baik lagi kedepannya. tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar.

"Nona silahkan sarapan, Tuan muda Hardian sudah menunggu anda di meja makan." terdengar suara perempuan yang sudah berumur memangil namanya dari luar kamar.

 

"Iya sebentar bibi."

Prisla mulai mersa cemas dan takut, dia membayangkan wajah calon suaminya lebih kurang dari wajah suami yang suka menyiksa istri nya, seperti film drama kejam film India. Prisla gugup dan takut. perlahan dia berjalan mendekati cermin besar, menatap pantulan wajahnya yang tegang.

 

"Apa menariknya diriku ini, semoga saja dia membatalkan niatnya menikahiku, dan aku akan memohon meminta pekerjaan untuk jadi pelayan saja dirumah ini."  gumamnya Prisla dalam hati dengan niatnya yang semula mulai berubah.

 

Prisla menyisir rambut nya untuk mengurangi kegugupan. membiarkan rambut panjang bergelombang nya tergerai, melangkah Keluar kamar sambil menunduk. Prisla benar-benar tidak mempunyai keberanian untuk mengangkat kepalanya. Dan menatap pantulan wajahnya.

 

"Aku tidak boleh terlihat cantik, agar dia tidak tertarik melihku," kembali mengacak-acak rambutnya, dan mencari pakaian yang paling lusuh yang dia miliki lalu berjalan keluar.

 

Hardian memperhatikan gerak-gerik Prisla,  yang berjalan keluar dari kamar menunduk menuju dapur. Dia terlihat gugup seperti ketakutan.

 

" Hey gadis kecil.....kamu kesini dan makanlah sarapan mu." ucap Hardian yang sedikit ragu melihat calon istrinya yang jauh berbanding terbalik dengan keinginannya.

 

"Baik,  Tuan."

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indria Maulina
Byk typonya ya thor... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status