Hardian merasa terenyuh hatinya, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap nya itu pada Prisla. Dia tidak menyangka seorang Paman tega memperlakukan dan memanfaatkan gadis remaja yang polos untuk mendapatkan keuntungan sendiri. "Entahlah, tapi hanya paman Aryo yang pernah membantu adikku dan ibu, selama ini." Ucap Prisla dengan suara bergetar. "Apa keinginan terbesarmu, aku bersedia membantu mu sebisaku," Hardian menatap wajah Prisla serius."Keinginan pertama ku merebut kembali surat-surat rumah kecil peninggalan ayah dari tangan rentenir, yang sempat digadaikan oleh ibu untuk biaya pengobatan dan aku bermimpi ingin memiliki berbagai keahlian, sehingga nantinya aku Bisa membuka usaha sendiri kedepannya, dan membangun desa ku suatu saat, agar tidak ada lagi perkawinan kontrak diusia dini, karena keterbatasan biaya dan kemiskinan" ucapan Prisla seolah-olah menyindir dirinya sendiri, Hardian tertawa lepas dengan penuturan Prisla tersebut, ditambah dengan raut wajah Prisla yang tiba-tiba
Mama memalingkan muka mengabaikan, sementara papa mendekati Prisla mengelus pelan rambut bergelombang itu."Hati hati ya nak..., nanti kalau anak nakal ini bikin ulah lapor papa "Prisla tersenyum menanggapi Papa Mertuanya itu, dan melangkah mengikuti Hardian menuju mobil."Tuan kita mau kemana ?""Sudah kamu duduk yang manis saja..,, nanti bakalan tau juga "Selama dalam perjalanan, Prisla tak henti-hentinya berceloteh tentang kekagumannya melihat pemandangan Kota, karena selama ini dia hanya hidup di kampung, gedung bertingkat menjulang. dan padat nya kendaraan yang saling berpacu membelah jalanan ibukota.Hardian hanya diam menanggapi semua itu. mobil pun berhenti di suatu tempat."Ayo masuk " ucap Hardian melangkah mendahului Prisla.Prisla pun turun mengikuti langkah Hardian, memasuki pusat pelatihan berbagai macam keahlian. Mereka memasuki Salah satu ruangan."Prisla isilah formulir ini dengan benar" menyerahkan sebuah selembar kertas, yang berisi formulir pendaftaran les mendesa
"Hallo," ucap Prisla. "Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian."Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu."Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona," "Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang."Baiklah Nona muda," Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian."Kosong, jam berapa sekarang ?"Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?" Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang." Lebih baik aku lanjutkan menonton televis
Tidak, kenapa dengan leherku," Prisla mulai menangis meraba didepan cermin lehernya dan bagian dadanya yang memerah."Astaga, apa sih ribut-ribut," ucap Hardian mengusap matanya, mencoba bangun karena mendengar teriakan Prisla yang sangat nyaring, dengan gerakan refleks dia hendak berdiridi, namun tiba-tiba dia oleng dan hilang ke seimbangan. Hardian tidak sadar bahwa kakinya terlilit selimut. hingga jatuh terguling ke bawah tempat tidur, kepala Hardian terbentur meja kecil yang terletak di samping tempat tidur itu."Dasar meja sialan,"Hardian berdiri dan menendang keras meja itu. dia berjalan menuju kamar mandi sambil memegang jidatnya yang sakit." Hey Kucing, apa yang kamu lakukan. teriakan mu itu bisa membangun kan seisi rumah ini tau nggak ?" Hardian berdiri sambil berkacak pinggang dikekang Prisla."Tuan leherku, lihat leher ku dan .... membuka sedikit baju nya ini penuh dengan tanda merah" Prisla terlihat ketakutan dan cemas. Namun Hardian berusaha untuk bersikap biasa saja,
Prisla sudah berpakaian Rapi. ini hari pertama nya mengikuti proses belajar mendesain dengan salah seorang tim pengajar profesional, dia menuruni anak tangga dengan dengan langkah penuh semangat dan percaya diri. Hal itu, membuat rasa iri Gea semakin menjadi-jadi, matanya seakan ingin loncat dari sarangnya saat melihat pakaian yang melilit ditubuh Prisla sangat indah dan mahal. "Prisla, pakaian mu bagus dan sangat mahal. Kakak bangga punya adik Secantik dan seberuntung kamu." puji Gea sambil tersenyum memikirkan cara agar bisa masuk dan memeriksa barang-barang yang ada dikamar Prisla, tanpa tahu jika setiap ruangan sudah terpasang cctv. "Selamat pagi Nona" "Maaf, Anda siapa ?" tanya Prisla heran, saat melihat pria paruh baya berjalan mendekati nya. "Saya salah seorang Sopir kantor, nama saya Johan. yang ditugaskan untuk mengantar jemput Anda Nona " Prisla ragu kemudian membuka ponselnya, dan melihat pesan masuk dari Hardian, ternyata benar foto bapak ini sama dengan sopir
Malamnya, Prisla mengumpulkan keberanian untuk menanyakan keberadaan sang Paman dan keluarganya."Tuan, Paman dan bibi ku serta kak Gea kemana.?" Ucap Prisla sambil memainkan jemarinya takut terjadi sesuatu pada mereka, mengingat hanya merekalah keluarga satu-satunya yang dimiliki oleh Prisla.Hardian tidak menanggapi pertanyaan Prisla, dia masih sibuk dengan ponselnya, sehingga Prisla kembali mengulangi pertanyaannya."Kamu pikir orang seperti ku ini mempunyai waktu untuk mengurus pamanmu itu,?" Terdengar suara lantang Hardian."Ma.. maaf Tuan, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi Paman siang tadi..." Ucapan Prisla langsung terhenti ketika Hardian memberikan isyarat dengan tangan, menyuruh Prisla untuk diam.Hardian membuka rekaman cctv yang terhubung langsung dengan ponselnya, lalu ! memperlihatkan pada Prisla."Astaga," ucap Prisla membungkam mulutnya dengan punggung telapak tangannya sendiri, dia benar-benar merasa malu Melihat hasil rekaman cctv tersebut.Disana terpampang jelas,
"Tidak...tidak jangan bibi.... Prisla takut hu...hu....,"Hardian terbangun saat mendengar suara tangis Prisla, dengan mata terpejam gadis itu terus menerus menangis, dan menggeleng-gelengkan kepalanya."Kasihan sekali kamu Prisla, perbuatan mereka ternyata memberikan trauma yang mendalam padamu." Gumam Hardian sambil menguncang tubuh Prisla yang tersa panas."Astaghfirullah, badan Prisla sangat panas," refleks Hardian mengangkat Prisla menuju ranjang, timbul rasa bersalah dan penyesalan Melihat keadaan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.Setelah menidurkan Prisla, Hardian langsung menghubungi Rey agar membawakan dokter pribadi keluarga mereka kerumah. untuk memeriksa kondisi fisik Prisla yang masih mengigau."Baik Bos, akan menghubungi dokter segera," terdengar suara jawaban Rey selalu asisten siaga.Tidak perlu waktu lama, dokter datang pemeriksa kondis