Hardian berlari kecil menaiki tangga, dia sudah tidak sabar melihat wajah yang selalu mengganggu konsentrasi nya. terlebih lagi untuk memasangkan obat pembesar payudara yang dibelikan Rey . sebenarnya, tadi dikantornya Hardian pengen cepat pulang. namun karna ada salah seorang karyawan nya yang menggelapkan dana perusahaan. maka diadakan lah rapat dadakan yang menyita waktu sampai larut malam.
Akir- akir ini Hardian, ingin selalu melihat Prisla dan berada didekatnya. padahal dia yakin cintanya hanya untuk Milka seorang.
Dengan langkah cepat dia membuka pintu kamar, dilihat nya tempat tidur masih kosong. tidak ada tanda-tanda habis ditiduri. dia mencari kekamar mandi juga tidak ada. mumpung sudah berada di kamar mandi, Hardian memutuskan membersihkan tubuhnnya. setelah berpakaian kembali dia berjalan ke arah balkon. nampak Prisla tertidur sambil bergumam tak jelas dan senyum sendiri.
"Kucing kecil..., kamu mimpi mesum y
Hardian tersenyum sendiri diruangan kerja, mengingat betapa ceroboh nya dia semalam. Dia masih mengusap-usap tanganya yang sedikit memerah kena pukulan tangan Prisla semalam.“Meskipun tanganku sedikit ngilu, namun aku merasa bahagia karena bisa mrpenyentuh benda itu kembali.” Hardian tertawa karena sudah dua kali dia berhasil menjadi maling mencumbui Prisla secara diam-diam, meskipun sekarang ini dia ketahuan. Dan berhasil lagi untuk mengelabui gadis lugu itu.“Kayaknya suasana hati bosqu lagi membaik nih.” Goda Rey masuk keruangan kerja Hardian.Kedatangan Rey, membuat senyum Hardian memudar. Sebisa mungkin dia menjaga wibawanya kembali dihadapan Rey, meskipun dia selalu Gagal untuk bersikap seperti itu jika dihadapan asisten siaga nya itu."'Bagaimana Rey, apa kamu sudah memberikan dan mengajari Prisla cara pengunaan ATM dan kartu kredit.?”
Prisla melangkah keluar, dengan menenteng barang-barang belanjaan nya.t tiba-tiba dua orang berbadan tegap mengadang langkah Prisla.“Jangan berteriak Nona, jika tidak terpaksa kami menyakiti tubuh cantik mu dengan pistol ini.” Ucap mereka.Prisla ketakutan dan kebingungan, tempat nya lumayan ramai namun orang-orang sibuk dengan diri mereka masing-masing. Penodong ini juga cukup profesional dia seolah-olah tidak sedang menodong. Orang-orang yang melihat pasti mengira hanya ngobrol biasa.“Tolong jangan sakiti aku,” Prisla mencoba membuka tasnya dan memberikan pada mereka.Arjuna yang melihat gelagat aneh itu, segera menghadang mereka. Perkelahian pun terjadi Arjuna mampu dengan mudah melumpuhkan kedua penodong itu. Namun naas saat dia hendak menyerah kan kembali tas Prisla, dari arah belakang penodong berhasil meraih pistol nya kembali dan mengarahkan pada Prisla
"Mereka pikir nyawa bisa dihargai dengan uang," ucap Mama Qanita yang terlihat masih kesal. Ditambah lagi Arjuna yang terlihat sangat membela gadis yang ditolongnya itu, meskipun Qanita juga penasaran."Secantik dan semenarik apa sih wanita itu, sehingga kamu terlihat begitu terobsesi terhadap nya. Karena setahu Mama selama ini bukan kamu yang tertarik, melainkan banyak wanita cantik yang mengejar-ngejar Cinta mu Arjuna, namun sekarang malah sebaliknya." Terang Mama.Arjuna tidak menanggapi ucapan sang Mama, dia lebih memilih memejamkan matanya membayangkan wajah cantik alami Prisla."Aku malah bersyukur Prisla tidak Kenapa-napa, karena aku akan lebih tersiksa dan sedih jika peluru itu mengenai tubuhnya." Gumam Arjuna. Sambil berpura-pura tidur agar sang Mama tidak mengomentari terus.Sedangkan dirumah Prisla, mendapatkan perhatian khusus dari Hardian. Dia juga berencana mencarikan sopir wanita
Pagi ini merupakan hari pertama Berta bekerja, Mulai pagi hingga sore dia harus selalu siap siaga mengantar dan menemani kemanapun Prisla ingin pergi, Hardian memberikan kebebasan ditambah lagi dia percaya Berta mampu melindungi Prisla. Sampai ditempat pelatihan, Prisla baru teringat Arjuna yang masih dirawat akibat tembakan peluru yang mengenai lengan sebelah kirinya,. Sehingga sekarang dia masih butuh perawatan intensif. untuk mengejar Arjuna terpaksa digantikan oleh salah seorang teman seprofesinya. Prisla berusaha untuk konsentrasi mengikuti proses belajarnya, meskipun pikirannya teringat kejadian kemaren, dimana dengan mudahnya Arjuna membekuk jambret itu menghajar tanpa ampun, namun naas saat Arjuna lengah salah seorang dari mereka melayangkan tembakan kearah Prisla namun Arjuna berhasil menghalangi sehingga peluru itu mengenai lengannya sendiri. "Pak Arjuna memang gagah berani, dia rela berkorban demi
Sesuai kesepakatan mereka, Arjuna sudah Memilih salah satu restoran yang akan dia jadikan tempat untuk mengukir sejarah bersama Prisla nantinya. Arjuna sesekali menatap kearah pintu Restoran berharap Prisla segera muncul. Setengah jam berlalu Prisla belum juga muncul.Arjuna sesekali melirik jam dipergelangan tangannya, senyum yang semula penuh semangat dan kebahagiaan mulai memudar berganti persaan cemas jika Prisla tidak akan datang memenuhi janjinya.Arjuna mengusap kasar wajahnya, dia menunduk dalam-dalam menatap lantai keramik restoran itu sambil mencoba menenangkan perasaan nya yang berkecamuk.Arjuna tiba-tiba tercekat, ketika melihat sepasang kaki Indah dengan mengenakan sepatu terlihat sangat cocok melekat dikakinya, berhenti tepat dihadapan Arjuna. Perlahan pria itu mengangkat wajahnya."Prisla,"Arjuna kembali bersemangat, dia langsung berdiri dan mempersil
"Cantik aku akan bersabar menunggu jawaban mu, apapun keputusanmu nanti tidak akan mengubah perasaan cintaku, " teriak Arjuna sambil menatap punggung Prisla yang sudah menghilang dari pandangannya.Arjuna mengusap wajahnya kasar, dan mengayunkan langkah kakinya meninggalkan restoran, mengabaikan tatapan orang-orang yang masih melirik kearahnya, ada yang tersenyum mencemooh atas kegagalan nya dan ada juga diantara mereka yang menatap kasihan.Dalam mobil yang masih melaju, Prisla merasa nyalinya benar-benar menciut dia lebih memperhatikan rintik-rintik air hujan yang mulai turun kembali, dia merapatkan kedua belah tangannya kepada untuk mengurangi rasa dingin yang menyeruak, membuat lamunan Prisla jauh menerawang."Kamu akan menyesal, dan mundur dengan sendiri nya setelah mengetahui siapa aku sebenarnya pak Arjuna, meskipun begitu aku bersyukur paling tidak aku menjalani pernikahan ini sah di mata agama, dari
"Baiklah, aku akan mencari panggilan yang paling bagus." Prisla kembali berfikir dia tidak ingin memancing emosi Hardian kembali. "Bagaimana jika Abang?" "Ha.. ha... ha... kamu pikir aku Abang tukang bakso." Hardian tidak bisa mengendalikan tawanya. Prisla ikutan nyengir, dia tidak menyangka kemarahan Hardian kembali mereda. padahal semula dia menduga Hardian akan mengamuk dan mengeluarkan suara kerasnya kembali. "Truuz apa dong Tuan," Prisla sudah menyerah. "Cari panggilan yang biasa kamu dengar, saat seorang istri memangil sebutan untuk suaminya. yah kamu pasti pernah dengar dikampung mu percakapan suami istri yang penuh dengar dan penuh kasih sayang," "Kalau dikampung sering aku dengar, percakapan suami istri terutama Paman dan bibi. suami brengsek, bajingan, pemalas dan tukang tidur. begitu juga tetangga sebelah rumah pasti mengata
"Su... suamiku, lihat mereka." Tunjuk Prisla saat melihat dari jendela kaca, nampak Rey yang sedang menunggangi kuda, diikuti oleh Berta dari belakang."Biarkan saja, mereka juga butuh liburan." terang Hardian melanjutkan kembali langkah nya. lalu menidurkan tubuh Prisla di ranjang yang empuk."Suamiku, kamu pasti telah melupakan sesuatu.?" Ucap Prisla yang sangat berharap sekali agar Hardian teringat poin perjanjian mereka dulu, yang menyatakan tidak akan ada kontak fisik selama pernikahan sampai Waktu yang ditentukan.AkAku tidak peduli, yang jelas kamu harus menerima hukuman karena telah bertemu laki-laki lain, tanpa sepengetahuan suamimu ini."Melihat tatapan mata Hardian dan dan senyum mesumnya, membuat Prisla spontan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang berhasil digapainya dengan sebelah tangan."Ya Tuhan aku belum siap " ucap nya dibalik selimut sambil berhit