"Hey Gisella kerjakan ini dan harus kamu catat kembali semua poin penting nya. sebelum jam pulang kantor kalau tidak, terpaksa kamu harus lembur nantinya" ucap Tasya sambil menyerahkan setumpuk berkas tahun sebelumnya yang sudah tidak terpakai lagi agar diperiksa Gisella.
Dia pun berlalu sambil tersenyum puas, meninggalkan Prisla yang masih memperhatikan tumpukan berkas diatas mejanya itu.
" Rasain kamu, dasar cewek gatel, baru beberapa hari sudah obral diri " gerutu Tasya.
Sementara Hardian sudah sadar dari pingsannya, dan memijid pelan kepalanya yang masih terasa pusing. setelah meminum obat yang diberikan dokter Clara .
"Saran saya, bapak Hardian tidak usah memaksakan diri untuk bekerja, dan jangan terlalu larut dalam kesedihan dan rasa kehilangan, bapak harus mencoba untuk ikhlas. karena seiring berjalannya waktu, dan rutin meminum obat. bapak akan sembuh dengan sendirinya" ucap dokter.
Diruanganya. Hardian masih banyak pekerjaan, memeriksa dan menanda tangani beberapa file dan berkas persetujuan kerjasama. yang seharian ini, diserah tugaskan kepada Rey.Hardian berdiri dan memutar ke kiri dan ke kanan pinggangnya. dan merilekskan otot-otot nya yang terasa kaku. dia melirik jam ditangan nya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam."Mmmhhh,, mending aku pulang saja sekarang" ujarnya dan mengambil jas hitam nya yang tergantung di sandaran Kursi kerjaHardian menghentikan langkahnya, saat melewati Ruangan Sekretaris nya, karena melihat lampu yang masih menyala." Perasaan aku tidak memberikan tugas untuk lembur ?” ujarnya penasaran dan berjalan menghampiri Ruangan itu"Ngapain kamu masih dikantor jam segini ?” ujar Hardian.Prisla terperanjat kaget, mendengar suara yang tiba-tiba di belakangnya dan menjatuh
Paginya Prisla terbangun, diliriknya Hardian tertidur pulas sambil memeluk erat pinggang nya.“Astaga aku diperk**** oleh Suamiku sendiri.” Ucap Gisella tersadar jika posisi mereka sekarang berada dikamar apartemen mereka dulu.“Aku begitu merindukan kamar ini?” Gisella memungut pakaian nya dan segera mengenakan takut Hardian segera terbangun.“Aku harus segera kabur” berlari menuju pintu, meskipun Prisla !asih merindukan suasana Apartemen ini.“Syukurlah mas Hardian belum mengganti password apartemen ini.” Gumam na.Seminggu semenjak kejadian itu, Gisella benar-benar menutup diri dan mematikan ponsel nya. Dia ingin menghindari dari Hardian untuk sementara waktu. Bagaimana pun itu dia merasa kecewa dengan sikap Hardian.Namun Hardian mempunyai serinu cara untuk menjerat Prisla, mata Prisla membulat saat melihat
"Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja." gumam Gisella melanjutkan perjalanan menuju apartemen.Gisella memasuki lift menuju kamar apartemen, sambil memangku belanjaan didadanya seolah-olah memeluk. dia hanya fokus pada dirinya sendiri, tanpa menoleh pada dua orang penghuni lift yang ikut menyerobot masuk.Gisella melirik ponselnya, sambil memainkannya. namun dari belakang seseorang dengan sengaja terus mendempet ketubuhnya. dengan aroma parfum yang sangat dikenal oleh Gisella. namun dia segera menepis rasa curiga dan penasaran nya." Tidak mungkin mas Hardian." Gisella menggeser tubuhnya agak kesamping, tanpa menoleh kearah orang tersebut.Semakin Gisella menghindar, orang itu terus mengikutinya pergerakan nya. membuat Gisella mau tidak mau menoleh. yang langsung membuat nya terlonjak kaget. namun kembali bersikap biasa."Presdir," menyapa sambil menunduk hormat.
Dikantor Hardian sudah siap memberikan hukuman pada Tasya, karena sudah beberapa kali mengerjai Gisellaa, tapi baru sekarang Hardian akan memberi tindakan tegas.“Tasya cepat keruangan ku" ucap Hardian tanpa mendengar jawaban Tasya.Tidak butuh waktu lama, Tasya dengan langkah cepat memasuki Ruangan itu, dia sudah membayangkan apa yang terjadi, dari nada suara Hardian yang menahan kemarahan."Selamat Siang kak,” ucap Tasya menunduk. tidak berani menatap mata elang Hardian."Kamu tahu apa kesalahanmu, dan yang telah kamu perbuat kemaren “ ujar Hardian."Ti..ii.. tidak kak,” jawab nya sambil tergagap"Perasaan aku tidak melakukan kesalahan apapun? kemaren semua pekerjaan. sudah double cek dulu sebelum diserahkan,”Hardian berdiri dari duduk. berjalan memutari tubuh Tasya. dan tiba-
“Mama sangat bahagia, melihat kamu Akirnya menikah juga nak,” Ucap Mama menatap putra satu-satunya Farrel.“Iya ma, terimakasih karena Mama sangat perhatian dan mengerti Farrel selama ini.” Ucap Farrel memeluk mamanya.Farrel sangat bangga dengan kesetiaan mamanya, yang rela kembali hidup didesa mereka setelah papa meninggal dunia dan dimakamkan dikampung halaman nya, meski mereka masih memiliki sebuah rumah yang mewah peninggalan papa Farrel dikota.Alasan Mama Cuma satu tidak ingin jauh dari makam suaminya tercinta. Sehingga Farrel terpaksa mengalah dan membiarkan Mama hidup didesa, sementara dia mulai sibuk mengatur siasat untuk membalas dendam pada Hardian. Hingga Akirnya Farrel sadar jika cara yang ditempuh nya itu salah. Namun dia masih belum ingin untuk menyerahkan dirinya pada pihak kepolisian, termasuk meminta maaf kepada keluarga Hardian. Karena Farrel masih belum Sanggup berpisah dengan
Farrel mengayunkan langkah pelan, mbak Darti terperanjat kaget, tanpa sadar Farrel sudah berdiri dibelakangnya."Tuan muda, ada yang bisa saya bantu.?" ucap mbak Darti , tersenyum ramah."Saya cuma mau membuat kopi hitam." jawab Farrel, menuju dapur."Tuan muda, silahkan duduk saja. biar aku saja yang membuatnya." Ucap bang Jono"Terimakasih bang."Farrel duduk, sambil menyalakan televisi berukuran besar itu. dan memutar-mutar acar televisi yang satupun tidak menarik minatnya sama sekali."Aaa... sebaiknya aku kembali ke kamar." menyeruput kopi hitam buatan bang Jono, yang tersa begitu nikmat dan sangat cocok dengan selera Farrel."Mas Farrel." sapa Milka yang sudah berdiri disampingnya."Sayang sudah bangun.?""Ya tentulah, kalau nggak mana mungkin aku berdiri disini." Milka ikut duduk dise
Prisla menghirup nafas lega, karena dia bekerja tanpa gangguan dari Arya, semenjak kejadian sore itu, Arya sengaja menjaga jarak dari Prisla, karena asisten Rey juga memberikan ancaman akan memutasinya ketempat yang jauh, jika Arya masih berusaha untuk mendekati Gisella."Tumben suami mesum ku Hardian, tidak kelihatan hari ini?." Prisla mencuri pandang pada ruangan Presdir yang masih tertutup rapat.Tiba-tiba dari arah belakang, Tasya yang ditemani Mama Hardian datang. Tasya mendorong kasar kursi disebelah Prisla hingga membuatnya terlonjak kaget."Nona Tasya apa yang Anda lakukan.?" Prisla berdiri dari kursi yang hampir membuatnya jatuh. Prisla langsung terlonjak kaget begitu melihat mama.“Mama.... untuk apa dia dan Tasya datang kekantor, apa dia benar-benar tidak mengingat dan mengenaliku lagi.” Gumam Prisla."Aku hanya ingin bermain-main sedikit, dengan wanita ber
Prisla menghirup nafas lega, karena dia bekerja tanpa gangguan dari Arya, semenjak kejadian sore itu, Arya sengaja menjaga jarak dari Prisla, karena asisten Rey juga memberikan ancaman akan memutasinya ketempat yang jauh, jika Arya masih berusaha untuk mendekati Gisella."Tumben suami mesum ku Hardian, tidak kelihatan hari ini?." Prisla mencuri pandang pada ruangan Presdir yang masih tertutup rapat.Tiba-tiba dari arah belakang, Tasya yang ditemani Mama Hardian datang. Tasya mendorong kasar kursi disebelah Prisla hingga membuatnya terlonjak kaget."Nona Tasya apa yang Anda lakukan.?" Prisla berdiri dari kursi yang hampir membuatnya jatuh. Prisla langsung terlonjak kaget begitu melihat mama.“Mama.... untuk apa dia dan Tasya datang kekantor, apa dia benar-benar tidak mengingat dan mengenaliku lagi.” Gumam Prisla."Aku hanya ingin bermain-main sedikit, dengan wanita ber