Dikantor Hardian sudah siap memberikan hukuman pada Tasya, karena sudah beberapa kali mengerjai Gisellaa, tapi baru sekarang Hardian akan memberi tindakan tegas.
“Tasya cepat keruangan ku" ucap Hardian tanpa mendengar jawaban Tasya.
Tidak butuh waktu lama, Tasya dengan langkah cepat memasuki Ruangan itu, dia sudah membayangkan apa yang terjadi, dari nada suara Hardian yang menahan kemarahan.
"Selamat Siang kak,” ucap Tasya menunduk. tidak berani menatap mata elang Hardian.
"Kamu tahu apa kesalahanmu, dan yang telah kamu perbuat kemaren “ ujar Hardian.
"Ti..ii.. tidak kak,” jawab nya sambil tergagap
"Perasaan aku tidak melakukan kesalahan apapun? kemaren semua pekerjaan. sudah double cek dulu sebelum diserahkan,”
Hardian berdiri dari duduk. berjalan memutari tubuh Tasya. dan tiba-
“Mama sangat bahagia, melihat kamu Akirnya menikah juga nak,” Ucap Mama menatap putra satu-satunya Farrel.“Iya ma, terimakasih karena Mama sangat perhatian dan mengerti Farrel selama ini.” Ucap Farrel memeluk mamanya.Farrel sangat bangga dengan kesetiaan mamanya, yang rela kembali hidup didesa mereka setelah papa meninggal dunia dan dimakamkan dikampung halaman nya, meski mereka masih memiliki sebuah rumah yang mewah peninggalan papa Farrel dikota.Alasan Mama Cuma satu tidak ingin jauh dari makam suaminya tercinta. Sehingga Farrel terpaksa mengalah dan membiarkan Mama hidup didesa, sementara dia mulai sibuk mengatur siasat untuk membalas dendam pada Hardian. Hingga Akirnya Farrel sadar jika cara yang ditempuh nya itu salah. Namun dia masih belum ingin untuk menyerahkan dirinya pada pihak kepolisian, termasuk meminta maaf kepada keluarga Hardian. Karena Farrel masih belum Sanggup berpisah dengan
Farrel mengayunkan langkah pelan, mbak Darti terperanjat kaget, tanpa sadar Farrel sudah berdiri dibelakangnya."Tuan muda, ada yang bisa saya bantu.?" ucap mbak Darti , tersenyum ramah."Saya cuma mau membuat kopi hitam." jawab Farrel, menuju dapur."Tuan muda, silahkan duduk saja. biar aku saja yang membuatnya." Ucap bang Jono"Terimakasih bang."Farrel duduk, sambil menyalakan televisi berukuran besar itu. dan memutar-mutar acar televisi yang satupun tidak menarik minatnya sama sekali."Aaa... sebaiknya aku kembali ke kamar." menyeruput kopi hitam buatan bang Jono, yang tersa begitu nikmat dan sangat cocok dengan selera Farrel."Mas Farrel." sapa Milka yang sudah berdiri disampingnya."Sayang sudah bangun.?""Ya tentulah, kalau nggak mana mungkin aku berdiri disini." Milka ikut duduk dise
Prisla menghirup nafas lega, karena dia bekerja tanpa gangguan dari Arya, semenjak kejadian sore itu, Arya sengaja menjaga jarak dari Prisla, karena asisten Rey juga memberikan ancaman akan memutasinya ketempat yang jauh, jika Arya masih berusaha untuk mendekati Gisella."Tumben suami mesum ku Hardian, tidak kelihatan hari ini?." Prisla mencuri pandang pada ruangan Presdir yang masih tertutup rapat.Tiba-tiba dari arah belakang, Tasya yang ditemani Mama Hardian datang. Tasya mendorong kasar kursi disebelah Prisla hingga membuatnya terlonjak kaget."Nona Tasya apa yang Anda lakukan.?" Prisla berdiri dari kursi yang hampir membuatnya jatuh. Prisla langsung terlonjak kaget begitu melihat mama.“Mama.... untuk apa dia dan Tasya datang kekantor, apa dia benar-benar tidak mengingat dan mengenaliku lagi.” Gumam Prisla."Aku hanya ingin bermain-main sedikit, dengan wanita ber
Prisla menghirup nafas lega, karena dia bekerja tanpa gangguan dari Arya, semenjak kejadian sore itu, Arya sengaja menjaga jarak dari Prisla, karena asisten Rey juga memberikan ancaman akan memutasinya ketempat yang jauh, jika Arya masih berusaha untuk mendekati Gisella."Tumben suami mesum ku Hardian, tidak kelihatan hari ini?." Prisla mencuri pandang pada ruangan Presdir yang masih tertutup rapat.Tiba-tiba dari arah belakang, Tasya yang ditemani Mama Hardian datang. Tasya mendorong kasar kursi disebelah Prisla hingga membuatnya terlonjak kaget."Nona Tasya apa yang Anda lakukan.?" Prisla berdiri dari kursi yang hampir membuatnya jatuh. Prisla langsung terlonjak kaget begitu melihat mama.“Mama.... untuk apa dia dan Tasya datang kekantor, apa dia benar-benar tidak mengingat dan mengenaliku lagi.” Gumam Prisla."Aku hanya ingin bermain-main sedikit, dengan wanita ber
Semenjak dia pernah diikuti Hardian, dan asisten nya Rey. Prisla menjadi sangat hati-hati jika ingin pulang kembali ke Apartemen. Dengan tergesa-gesa, sambil sesekali menoleh kebelakang. Prisla memencet password pintu dengan tangan yang gemetaran.“Mudah- mudahan saja mereka tidak mengetahui letak posisi kamarku, semenjak kejadian itu.”Prisla teringat terakhir Hardian mengikuti nya sampai didepan lift, dia menangis dan membentak Hardian untuk berhenti mengganggu dan mengikutinya. Prisla tidak ingin jika orang-orang Farrel menemukan dia dan Revano, serta mencelakai suaminya Hardian kembali.Sebelum Farrel dan Milka itangkap pihak berwajib. Prisla tidak pernah tenang dan akan tetap menutupi status nya mengingat kekejaman Farrel waktu itu, membuat dia sering bergidik ngeri.Setelah masuk, Prisla langsung menutup rapat pintu. Lalu membuang nafasnya yang masih ngos-ngosan. Sambil menyan
Saat Hardian dan Rey memasuki lift, mereka berdua langsung tercekat. Karena didalam lift tersebut ada Gisel yang tengah berdiri membimbing seorang bocah laki-laki yang sangat tampan dan mirip sekali dengan Hardian.Begitu juga dengan Gisela, dia langsung pura-pura tidak melihat dan buang muka.“Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu Hardian sich pagi ini, mana aku bersama Revano lagi. Mudah-mudahan aman.” Ucap Prisla mundur beberapa langkah menjaga jarak dari Hardian.Rey mempertajam penglihatan nya, dia menatap lekat Revano bergantian dengan Hardian. Wajah Mereka berdua ibarat duplikat. Sangat mirip.“Kenapa Wajah Mereka begitu mirip? Seperti seorang anak dan ayah, siapa sebenarnya Gisella ini? Apa dia noa Prisla mengingat banyak kemiripan diantara mereka.?” Rey semakin mempertajam penglihatan nya, sehingga membuat Prisla risih. Seakan paham apa yang tengah dipikirkan asisten cer
Gisella menitikan air matanya, dia terharu mendengar penuturan polos putra nya. timbul rasa bersalah. karena telah merahasiakan status mereka yang sebenarnya."Tuan, aku harap kamu jangan besar kepala dulu, mendengar anak ku memanggilmu dengan sebutan itu. aku membiarkanmu karena tidak ingin merusak kebahagiaan Anakku itu, dia terlihat sangat senang dan bersemangat bertemu dengan mu, aku harap kamu tidak membuat wajah ceria dan polos nya itu terluka." ucap Gisella lirih."Kamu tidak perlu khawatir Gisella, karena aku menganggap boy sebagai putra kandungku sendiri, kamu tau sendiri kan ceritaku kemaren. aku kehilangan istriku. yang wajahnya sangat mirip dengan mu. bahkan aku sempat berfikir jika Prisla ku adalah kamu Gisella." ucap Hardian.?"Apa.?? Itu tidak mungkin." Gisella yang kesal langsung mencubit kersa pinggang Hardian. namun dengan sigap Hardian menarik tangan Gisella, hingga hila
Ancaman Hardian tersebut, ampuh membuat Gisella bergidik ngeri. karena Hardian telah menegang semua bukti-buktinya. sehingga Gisella tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela dirinya.“Mas Hardian, kamu tidak tahu sayang. Apa tujuan ku melakukan semua ini. Aku hanya ingin menyelamatkan keluarga kita sayang.” Gumam Gisella. Menerawang, namun suara bariton Hardian mengagetkan lamunan Gisella.Poin pertama, Gisella harus menjadi sekretaris pribadinya, dan memberikan kebebasan kepada Hardian untuk dekat dan bermain bersama Revano putranya.Poin kedua, Hardian bebas, untuk tinggal dan menempati apartemen Gisella.Poin ketiga, Melayani dan mematuhi aturan yang ditetapkan oleh Hardian, tanpa ada penolakan. termasuk mengurus keperluan pribadinya.Gisella membulatkan matanya, dia menatap tajam ke arah Hardian. bagaimana pun juga, sekarang dia sudah kalah satu langkah