"Baik-baik saja, jangan bilang kalau Papa ingin aku cepat-cepat menikah dengan Yudha, setidaknya aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu."
"Kalian sudah lama saling kenal, almarhum ayahnya Yudha adalah teman Papa,jadi Papa mengenal baik keluarga mereka. Jadi Papa rasa perjodohan ini tidak akan memberatkanmu. Dan bukankah kamu juga menyukai Yudha ?"
"Ya kita masih tahap penjajakan, tapi bukan berarti aku menyetujui perjodohan ini Pah"
"Cepat atau lambat kau harus menyutujuinya, dan jangan harap kau bisa mencari lelaki lain yang belum jelas asal usul keluarganya dan masa depannya"
Carine meletakkan sisa apel di tangannya dengan keras ke atas meja.
"Aku sudah selesai makan, aku kembali dulu ke kamar,masih banyak tugas kampus yg harus aku kerjakan"
Carine berdiri dan langsung meninggalkan ruang makan tanpa memperdulikan 4 anggota keluarganya masih menyelesaikan makan malamnya. Mereka hanya menggelengkan kepala melihat kepergian Carine.
Masih dengan suasana hati yang kesal, Carine membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk di kamarnya. Ayahnya begitu serius ingin menikahkannya dengan Yudha."Yudha ??" Carine menggumam lirih, dia orang yang sangat penurut, setiap ayahnya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu untuk Carine, dia pasti akan melakukannya, meskipun tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dinas, mulai dari antar jemput bahkan sampai hal-hal paling kecil yang tak penting sekalipun.Meskipun Carine sering bersikap urakan,namun dia tidak bisa mengabaikan kebaikan seseorang. Termasuk semua yang sudah dilakukan Yudha. Carine tak mampu menolak ketika Yudha menyatakan cintanya,meskipun sebenernya dia juga tak sepenuhnya menerimanya.Yang pertama dia pikirkan ketika bersama Yudha adalah tiket kebebasan dari kekangan aturan-aturan ayahnya.Yudha sendiri adalah anak seorang prajurit teman ayah Carine, sejak ayahnya meninggal, Suradinata sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri. Jadi tak heran
Memikirkan tentang Yudha, tiba-tiba justru terlintas sosok Dani dalam pikiran Carine. Lelaki dengan muka tanpa ekspresi, berpenampilan cuek dengan cara berpakain sangat sederhana bahkan terkesan tak memperdulikan penampilannya. Sangat berbeda dengan banyak laki-laki yang selama ini mendekatinya.Poin yang paling penting tentang Dani di mata Carine adalah dia laki-laki yang dengan terang-terangan melawannya. Sosok dia sebagai ketua senat mahasiswa dan gadis populer di kampus sama sekali tak ada nilai di mata Dani."Sialan, Dani.." maki Carine dalam hati."Kenapa tiba-tiba dia muncul dalam pikiranku? Sepertinya aku harus melakukan sesuatu untuk membuatnya bertekuk lutut padaku,membuatnya mengejarku dan memohon-mohon padaku."Carine tersenyum sendiri. Dia telah merencanakan sesuatu untuk dilakukan besok.
Matahari belum terlalu tinggi ketika Dani membawa motor sportnya menuju ke kampus. Sebenarnya tidak ada kuliah hari ini,namun ada sebuah proposal kegiatan Pecinta Alam yang harus mendapatkan perserujuan pihak kampus yang mendorongnya untuk masuk ke ruang pembina untuk mendapatkan tanda tangannya.Suasana kampus tak terlalu ramai,karna mungkin kebanyakan mahasiswa masih mengikuti kuliah. Setelah memarkirkan motornya, Dani berjalan ke arah ruang Pembina. Ruang pembina terletak agak ke dalam, satu gedung dengan ruang dosen. Sementara ruang Dosen sendiri bersebelahan dengan gedung Fakultas Akuntansi yang artinya Dani harus melewati gedung tersebut."Woy, ngapain kamu disini" suara seseorang tiba-tiba mengejutkan Dani ketika sedang melintasi kelas Akuntansi.Dani menoleh dengan refleks dan berkata, "oh..kamu Wan, ini mau minta tanda tangan Pembina untuk acara Pecinta Alam kita"."Kamu sendiri ngapain ? Anak Fakultas Hukum keluyuran di sini, tempat kamu di sono
"Nih !!!" Mata Wawan melirik ke arah seorang perempuan hitam manis dengan potongan rambut bergaya Tomb Raider. "Aku sedang membujuk dia untuk ikut acara kita" Dani tersenyum sambil berkata "Dia pasti mau ikut" lalu sambil menoleh ke arah perempuan itu dia berkata lagi "bukankah begitu, Icha ?" "Jangan biarkan Wawan menggoda perempuan lain di acara kita nanti" Perempuan yang bernama Icha dan merupakan kekasih Wawan itu tersipu. "Tentu saja aku akan ikut, tapi bukan karna takut Wawan tergoda wanita lain, tapi siapa tau aku bisa menemukan lelaki yang lebih ganteng dari Wawan" Dani dan Icha tertawa terbahak, sementara muka Wawan terlihat memerah. "Memang nanti acaranya apa aja,Dan ?" Tanya Icha kemudian. "Cuma Camping di gunung Ungaran,lalu agak sedikit naik ke arah Curug Lawe, tempat ini masih asri banget, masih jarang tersentuh para pendaki"
"Medannya memang masih agak curam, tapi justru disinilah letak keunikan tempat ini""Ok, aku sudah tidak sabar untuk segera mengunjungi tempat itu""Kalau begitu bagaimana kalau kalian menemaniku untuk mendapatkan persetujuan dari Pembimbing?"Sesaat Wawan dan Icha saling pandang seolah sedang mendiskusikan sesuatu. Lalu Wawan berkata, "tidak masalah, kebetulan Icha juga sudah tidak ada kuliah lagi""Oh ya Dan, sepertinya hari ini adalah keberuntunganmu, karna tadi aku melihat Carine juga pergi ke ruang senat, sepertinya dia juga akan bertemu dengan pembimbing,jadi kita pasti ketemu dia disana""Si nenek sihir ?" Gumam Dani sambil mengernyitkan keningnya."Ow...kamu juga mengincar Carine, Dan" mendengar ucapan Wawan, Icha ikut berseloroh."Ha..ha..ha..." Dani terbahak"Kau tanya saja Wawan kejadian kemaren sore, perempuan semacam itu tak pantas mendapatkan cinta lelaki manapun" lanjut Dani."Sebaiknya kita bergegas ke sa
Dani masuk keruang senat diikuti Wawan dan Icha, ada beberapa pengurus lain sedang berkelompok di satu meja, sepertinya mereka dari bagian Keagamaan, karena dari obrolan yang sayup terdengar, sedang membicarakan acara ibadah bersama.Sementara diujung ruangan di meja yang lain, tampak Pak Maskur sang dosen pembina sedang berbicara dengan Carine. Ada Idha juga bersamanya."Siang, Pak Maskur !" Sapa Dani tanpa mengacuhkan keberadaan Idha dan Carine yang tampaknya sedang membicarakan sesuatu, tapi Dani tak sempat mendengarkan obrolan mereka."Siang, Dani ! Tumben kau punya waktu buat masuk ke ruangan ini" jawab Pak Maskur dengan sopan.Sementara Carine dan Icha yang baru menyadari kedatangan Dani, menoleh bersamaan ke arah Dani. Idha tersenyum, namun berbeda dengan Idha, raut wajah Carine justru menunjukan rasa ketidak sukaannya terhadap kehadiran Dani.
"Bagaimana kamu bisa datang dan tanpa sopan mengganggu pembicaraanku" kata Carine dengan ketus.Dani menoleh kearah Carine dan berkata, "maaf tuan putri, aku tidak bermaksud menyela pembicaraanmu, aku hanya menyapa Pak Maskur selaku pembina Sema, ada hal yang harus aku bicarakan dengan beliau""Itu bukan urusanku" timpal Carine sambil memalingkan muka."Tentu saja itu bukan urusanmu, dan akupun tak mau berurusan denganmu" balas Dani santai."Kalian tidak usah ribut di sini" kata Pak Maskur menengahi, lalu melanjutkan ucapannya kepada Dani,"Ada hal apa yang ingin kau bicarakan padaku, Dan ?"Dani mengambil kursi lalu duduk menghadap Pak Maskur. Kemudian dia mengeluarkan sebuah kertas yang berisi proposal kegiatan pecinta alam yang sudah dia buat kemarin malam.
Pada dasarnya, Dani adalah sosok mahasiswa berprestasi yang banyak dikagumi para Dosen di kampus ini, namun sifat idealisme dan pemikirannya yang kritis terkadang membuat para Dosen segan terhadapnya. Kadang dia bersikap dingin dan acuh tak acuh, namun itu menjadikannya sebagai sosok unik yang banyak orang ingin mengenalnya, atau justru sama sekali tak ingin berurusan dengannya.Dani menyodorkan proposal kepada Pak maskur. "Liburan semester tinggal 2 pekan lagi,Bagian Pecinta Alam berencana mengadakan Camping di gunung ungaran,aku harap Pak Maskur bisa menyutujui agenda kami"Pak maskur mengambil proposal dari tangan Dani,membaca sekilas isi agenda acara tersebut, sambil tersenyum dia berkata,"Aku percaya kau akan melakukannya dengan penuh tanggung jawab, maka aku tak akan mempersulitmu, aku pasti menyutujuinya.""Hai...kamu akan membuat acara apaan, bagaimana bisa kau melewatiku" sela Carine yang mendengar obrolan mereka.Pak Maskur menoleh ke ar