" jangan salahkan mereka, mungkin karena hari ini batas terakhir pendaftaran, jadi mereka kehabisan formulir, dan rata-rata yang mendaftar juga datang langsung ke kost-an aku" Dani mencoba memberi pembelaan kepada mereka.
" Apa boleh buat, sepertinya aku harus ke tempatmu, justru lebih gampang,kan. Aku bisa mengisi disana dan langsung menyerahkannya " ucapan Carine kali ini lebih koperatif.
Wawan dan Idha kembali saling pandang, kali ini mereka sepertinya menyembunyikan senyum yang tidak disadari oleh Dani maupun Carine.
"Oke,kalau begitu kalian yg urus. Setelah ini tidak ada kuliah lagi kan ?, "
"Jika ada perlu sesuatu, Wawan bisa mengambilkannya di kamarku, aku ada urusan lain, jadi tidak bisa ikut bersana kalian" ucap Dani, sedikit menyesalkan.
"Memangnya kamu mau kemana, Dan ? Tanya Wawan penasaran.
"Aku ada janji dengan Novi" jawab Dani singkat.
"Hmmm, ada tamu malah tuan rumahnya ngabur" Carine mencibir.
"Benar-benar tida
Dani menatap Carine dengan tatapan penuh ejekan. " Jangan-jangan tuan putri ini mulai jatuh cinta padaku""Oh ya, !, Ngomong-ngomong apakah tuan putri akan mengajak kekasihmu yang polisi itu juga?"Muka Carine jadi memerah, "kamu terlalu percaya diri, lagian aku ketempatmu bukan untuk menemuimu, kalaupun aku kesana aku hanya berurusan dengan Wawan, bukan kamu ""Oh ya, satu lagi. Jangan bawa-bawa pacarku di dalam urusan ini".Muka Carine agak cemberut, sementara Dani hanya bisa tersenyum."Baiklah aku tak akan mengejekmu lagi""Aku harus segera pergi,kalian cepat urus formulirnya, karna masih ada persiapan yang harus kita selesaikan""Kamu tenang saja, aku akan mengurusnya" Wawan segera menimpali."Kalau begitu aku pergi dulu"Dani segera berjalan menuju pintu, sebelum sampai pintu dia berbalik dan mengatakan, " Carine, disana nanti tidak ada toilet dan kamar mandi, apakah kau akan membawanya dari rumah ?"Carine
Dani mengendarai sepeda motornya dengan relatif pelan, jarak dari kampusnya, Universitas Dharma Putra tidaklah begitu jauh dengan kampus Novi, Institut Sunan Kalijaga. Namun karna jalan yang dia lalui adalah sepanjang jalan protokol dengan lalulintas yang cukup padat, butuh waktu sekitar 1 jam untuk mencapainya.Dani memasuki perumahan The Mampangs Residence, sebenernya kawawan ini tergolong elite, namun karna rata-rata pemiliknya hanya menjadikan rumahnya sebagai rumah-rumah kost, kondisi dan keamanan tidak terlalu ketat seperti layaknya perumahan elite ataupun cluster-cluster pada umumnya.Dani menekan bel di pagar yang bertuliskan Blok L no. 22, disinilah pertama kali Dani mengantarkan Novi ketika memutuskan untuk kuliah di Institut Sunan Kalijaga. Selain rumah kost ini tidak terlalu jauh dari kampusnya, pemilik rumahnya pun tinggal disitu, jadi dalam keseharian, ada yang mengawasi kegiatan Novi.Pintu pagar dibuka dari dalam, sesosok perempuan setengah baya
"silahkan masuk, mas Dani" kata perempuan itu dengan sopan.Dani tak ragu dan langsung bertanya kepada perempuan itu, "apakah Novi ada, Bu Siti ?"Perempuan yang dipanggil Bu Siti itu menatap Dani sejenak, " masuklah dulu, nanti Ibu ceritakan".Perasaan cemas tiba-tiba masuk ke dalam benak Dani,banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin dia katakan. Namun jika dia hanya berdiri di depan pagar, pertanyaan itu akan sulit dia dapatkan jawaban."Baiklah" Dani mengikuti wanita itu dari belakang menuju ke sebuah teras. Ada 2 buah kursi berjajar yang biasanya dia pakai saat menunggu atau bertamu."Duduklah" kata Bu Siti dengan sopan."Aku akan mengambil sesuatu untukmu."Dani duduk menghadap ke halaman dengan pikiran yang masih tak karuan.Tak beberapa lama Bu siti kembali keluar dan langsung duduk bersebelahan.
Bu siti menyodorkan selembar tisu ke pada Dani, "Novi menitipkan ini kepadamu, ada tulisan tangannya di dalam tisu itu."Dani menerima selembar tisu itu dengan debaran jantung yang tak beraturan. Sebelum dia sempat mengajukan pertanyaan, Bu Siti kembali berkata."Semalam Novi sudah meninggalkan rumah ini, dan sepertinya tak akan kembali lagi, katanya dia akan pindah kuliah di Purwokerto, dia memilih kota itu karna disana ada sebuah tempat rehabilitas yang mungkin bisa menyembuhkannya dari ketergantungan obat""Kenapa Bu Siti tidak langsung mengabariku" potong Dani.Bu Siti menghela nafas," aku ingin sekali melakukannya, tapi Novi melarangku, dia hanya mengijinkan aku memberitahumu paginya""Novi...novi..." Gumam Dani tak habis pikir."Dia juga berpesan agar kamu tak perlu mengkhawatirkannya." Kata bu Siti melanjutkan."Aku yakin Novi juga sangat mempedulikanmu, mas Dani. Makanya dia sengaja tak memberitahumu, agar kau tetap fokus deng
"Omong kosong macam apa ini" Dani mengutuk dalam hatinya.Bu Siti bisa merasakan kegundahan di hati Dani, "kau tak perlu mengkhawatirkannya,Mas Dhani. Aku yakin dia akan baik-baik saja di sana. Lagi pula ada pamannya yang akan selalu memperhatikannya di sana"Dani agak sedikit tenang. Sebenarnya Novi pernah membicarakan rencananya untuk tinggal di Purwokerto bersama Pamannya, namun karna saat itu dia belum tau mau kuliah dimana, Dani mengajak Novi untuk mengambil kuliah bersamanya di Semarang.Jika sekarang Novi memilih untuk tinggal bersama pamannya, Dani rasa itu pilihan terbaik.Novi tumbuh dari keluarga broken home, kedua orangtuanya telah bercerai, masing-masing telah menikah lagi. Hal itu pulalah yang membuat Novi terseret ke dunia obat-obatan.Dia melarikan kededihannya dengan meminum ektasi. Awalnya hanya untuk melupakan kesedihannya, namun hari demi hari dia semakin ketergantungan.
Dani mengenal Novi sejak masih di SMA, namun kedekatannya justru di masa-masa akhir SMA, meski satu sekolah, mereka tak pernah satu kelas.Dani pertama bertemu dengan Novi ketika menemukannya sedang terisak di kelas sendirian. Jam sekolah sudah lama bubar, hanya beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang masih tinggal. Termasuk Dani yang saat itu rajin mengikuti latihan Karate di sekolahnya.Dari awal pertemuan itu, Dani tau segala permasalahan yang sedang di hadapi Novi. Dari situlah hati Dani merasa terpanggil untuk membantu Novi. Dia banyak menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar menghibur Novi ataupun membuatnya tak merasa hidup sendirian.Namun yang membuat dia tak habis pikir, kenapa Novi pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan menjelaskan apapun kepadanya.Seandainya dia mengatakan keinginannya pun, Dani pasti bisa mengerti. Tapi kenapa dia pergi begitu saja? Apakah baginya aku tak berarti apa-apa ?Pertanyaan-pertanyaan
Dani membuka selembar tisu yang ada di tangannya. Sebuah tulisan yang sangat dia kenal tertulis di atasnya,"Someday...I will come to you with another face."Sesaat Dani terdiam,Dia melipat kembali lembaran tisu itu dengan sangat hati-hati, lalu kemudian memasukannya ke dalam kantong saku kemejanya."Apakah ada lagi yang dia sampaikan, bu Siti ?" Tanya Dani kemudian kepada bu Siti yang masih duduk di sebelahnya."Terakhir dia hanya berpesan, agar kau tak perlu mencarinya, kau harus tetap fokus pada kuliahmu, jika waktunya tiba, dia sendiri yang akan mencarimu"Dani menarik nafas dengan berat, dia tidak menyesalkan perpisahan. Tapi seharusnya tidak dengan cara seperti ini.Dani tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu, setelah pikirannya sedikit tenang, dia segera berdiri untuk berpamitan."Terimakasih, Bu Siti. Maaf juga sudah merepotkanmu"Bu Siti ikut berdiri dan mengantar Dani berjalan sampai pagar."
Sementara di rumah kost yang lain, Wawan, Icha, Idha dan Carine masih duduk-duduk dan ngobrol santai di ruang tamu.Sebenarnya Carine sudah selesai mengisi formulir keikut sertaan dalam acara mendaki program Pecinta Alam. Namun nampaknya dia masih betah berlama-lama di tempat itu.Sesekali Carine menoleh ke arah pintu pagar ketika ada penghuni rumah kost lain yang masuk, tampaknya gelagat Carine sudah lama di perhatikan oleh Idha. Wawan dan Icha kurang memperhatikan karna lebih fokus dengan obrolan mereka karena mereka memang sambil pacaran." Sepertinya ada yang gelisah menunggu seseorang." Sindir Idha.Sontak saja ucapan Idha membuat Wawan dan Icha memandang ke arah Carine.Carine yang menyadari dirinya sedang diperhatikan, langsung mengelak." Kamu bicara apa sih, Dha? Aku cuma memperhatikan suasana rumah ini, ternyata tempat ini asik juga ya.?"