"silahkan masuk, mas Dani" kata perempuan itu dengan sopan.
Dani tak ragu dan langsung bertanya kepada perempuan itu, "apakah Novi ada, Bu Siti ?"
Perempuan yang dipanggil Bu Siti itu menatap Dani sejenak, " masuklah dulu, nanti Ibu ceritakan".
Perasaan cemas tiba-tiba masuk ke dalam benak Dani,banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin dia katakan. Namun jika dia hanya berdiri di depan pagar, pertanyaan itu akan sulit dia dapatkan jawaban.
"Baiklah" Dani mengikuti wanita itu dari belakang menuju ke sebuah teras. Ada 2 buah kursi berjajar yang biasanya dia pakai saat menunggu atau bertamu.
"Duduklah" kata Bu Siti dengan sopan.
"Aku akan mengambil sesuatu untukmu."
Dani duduk menghadap ke halaman dengan pikiran yang masih tak karuan.
Tak beberapa lama Bu siti kembali keluar dan langsung duduk bersebelahan.
Bu siti menyodorkan selembar tisu ke pada Dani, "Novi menitipkan ini kepadamu, ada tulisan tangannya di dalam tisu itu."Dani menerima selembar tisu itu dengan debaran jantung yang tak beraturan. Sebelum dia sempat mengajukan pertanyaan, Bu Siti kembali berkata."Semalam Novi sudah meninggalkan rumah ini, dan sepertinya tak akan kembali lagi, katanya dia akan pindah kuliah di Purwokerto, dia memilih kota itu karna disana ada sebuah tempat rehabilitas yang mungkin bisa menyembuhkannya dari ketergantungan obat""Kenapa Bu Siti tidak langsung mengabariku" potong Dani.Bu Siti menghela nafas," aku ingin sekali melakukannya, tapi Novi melarangku, dia hanya mengijinkan aku memberitahumu paginya""Novi...novi..." Gumam Dani tak habis pikir."Dia juga berpesan agar kamu tak perlu mengkhawatirkannya." Kata bu Siti melanjutkan."Aku yakin Novi juga sangat mempedulikanmu, mas Dani. Makanya dia sengaja tak memberitahumu, agar kau tetap fokus deng
"Omong kosong macam apa ini" Dani mengutuk dalam hatinya.Bu Siti bisa merasakan kegundahan di hati Dani, "kau tak perlu mengkhawatirkannya,Mas Dhani. Aku yakin dia akan baik-baik saja di sana. Lagi pula ada pamannya yang akan selalu memperhatikannya di sana"Dani agak sedikit tenang. Sebenarnya Novi pernah membicarakan rencananya untuk tinggal di Purwokerto bersama Pamannya, namun karna saat itu dia belum tau mau kuliah dimana, Dani mengajak Novi untuk mengambil kuliah bersamanya di Semarang.Jika sekarang Novi memilih untuk tinggal bersama pamannya, Dani rasa itu pilihan terbaik.Novi tumbuh dari keluarga broken home, kedua orangtuanya telah bercerai, masing-masing telah menikah lagi. Hal itu pulalah yang membuat Novi terseret ke dunia obat-obatan.Dia melarikan kededihannya dengan meminum ektasi. Awalnya hanya untuk melupakan kesedihannya, namun hari demi hari dia semakin ketergantungan.
Dani mengenal Novi sejak masih di SMA, namun kedekatannya justru di masa-masa akhir SMA, meski satu sekolah, mereka tak pernah satu kelas.Dani pertama bertemu dengan Novi ketika menemukannya sedang terisak di kelas sendirian. Jam sekolah sudah lama bubar, hanya beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang masih tinggal. Termasuk Dani yang saat itu rajin mengikuti latihan Karate di sekolahnya.Dari awal pertemuan itu, Dani tau segala permasalahan yang sedang di hadapi Novi. Dari situlah hati Dani merasa terpanggil untuk membantu Novi. Dia banyak menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar menghibur Novi ataupun membuatnya tak merasa hidup sendirian.Namun yang membuat dia tak habis pikir, kenapa Novi pergi begitu saja tanpa memberi kesempatan menjelaskan apapun kepadanya.Seandainya dia mengatakan keinginannya pun, Dani pasti bisa mengerti. Tapi kenapa dia pergi begitu saja? Apakah baginya aku tak berarti apa-apa ?Pertanyaan-pertanyaan
Dani membuka selembar tisu yang ada di tangannya. Sebuah tulisan yang sangat dia kenal tertulis di atasnya,"Someday...I will come to you with another face."Sesaat Dani terdiam,Dia melipat kembali lembaran tisu itu dengan sangat hati-hati, lalu kemudian memasukannya ke dalam kantong saku kemejanya."Apakah ada lagi yang dia sampaikan, bu Siti ?" Tanya Dani kemudian kepada bu Siti yang masih duduk di sebelahnya."Terakhir dia hanya berpesan, agar kau tak perlu mencarinya, kau harus tetap fokus pada kuliahmu, jika waktunya tiba, dia sendiri yang akan mencarimu"Dani menarik nafas dengan berat, dia tidak menyesalkan perpisahan. Tapi seharusnya tidak dengan cara seperti ini.Dani tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu, setelah pikirannya sedikit tenang, dia segera berdiri untuk berpamitan."Terimakasih, Bu Siti. Maaf juga sudah merepotkanmu"Bu Siti ikut berdiri dan mengantar Dani berjalan sampai pagar."
Sementara di rumah kost yang lain, Wawan, Icha, Idha dan Carine masih duduk-duduk dan ngobrol santai di ruang tamu.Sebenarnya Carine sudah selesai mengisi formulir keikut sertaan dalam acara mendaki program Pecinta Alam. Namun nampaknya dia masih betah berlama-lama di tempat itu.Sesekali Carine menoleh ke arah pintu pagar ketika ada penghuni rumah kost lain yang masuk, tampaknya gelagat Carine sudah lama di perhatikan oleh Idha. Wawan dan Icha kurang memperhatikan karna lebih fokus dengan obrolan mereka karena mereka memang sambil pacaran." Sepertinya ada yang gelisah menunggu seseorang." Sindir Idha.Sontak saja ucapan Idha membuat Wawan dan Icha memandang ke arah Carine.Carine yang menyadari dirinya sedang diperhatikan, langsung mengelak." Kamu bicara apa sih, Dha? Aku cuma memperhatikan suasana rumah ini, ternyata tempat ini asik juga ya.?"
" tak perlu mengelak, aku sudah memperhatikan gelagatmu dari tadi" Idha terus memojokan sahabat yang sudah dia kenal sejak SMA dulu.Muka Carine langsung merah, dia tak mengira kalau Idha akan memperhatikannya." Kau tentu sudah mengenal seperti apa aku ini kan, Dha. Jadi gak usah berpikir yang aneh-aneh. "" Hai...sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan ?" Tanya Wawan dengan penasaran.Carine dan Idha saling pandang memberi kode." Bukan hal yang penting, tapi ngomong-ngomong kemana Dani pergi ya ?, Apakah dia akan pulang cepat atau sampai malam, sepertinya ada yang sedang gelisah menantinya " pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan, namun Idha justru menegaskan apa yang ada dalam benak Carine.Wawan bisa membaca maksud yang Idha ucapkan."Kalau pergi menemui Novi, biasanya Dani akan pulang agak lama, mungkin malam baru pulang"."Siapa Novi ?" Carine tak bisa menahan rasa penasarannya.Wawan melirik Carine den
" Sebenarnya hubungan mereka sangat rumit, yang aku tau mereka pacaran dari masa SMA. Novi mempunyai masalah dalam keluarga dan kehidupannya, sialnya Dani orangnya terlalu baik dan memberikan semua waktu dan hatinya untuk wanita yang benama Novi itu. " Kata Wawan mengisahkan." Gak nyangka, dibalik tampangnya yang dingin, ternyata Dani bucin juga " tiba-tiba Icha ikut menimbrung pembicaraan mereka." Enggak seperti itu juga, sayang " sanggah Wawan." Yang jelas dia bukan tipe orang yang suka memainkan perasaan orang lain" kata Idha sambil melirik ke arah Carine kemudian bergantian ke arah Wawan." Maksudmu aku ?, enak aja " protes Carine. Wawan pun ikut terkekeh."Awas kalau kau mempermainkanku" ancam Icha kepada Wawan."Enggak, Sayang, aku orangnya tidak seperti itu, mau aja kau dikomporin sama Idha." Kata Wawan sambil memeluk Icha.Idha dan Carine tertawa geli melihat tingkah mereka.
Tanpa mereka sadari, tiba-tiba Dani yang sudah datang dan memakirkan motornya, masuk dan langsung bergabung dengan mereka."Wah...sepertinya lagi seru nih" kata dani dengan datar.Wawan yang masih dalam posisi memeluk Icha, secara perlahan melepaskannya dan berkata," Kok kamu udah pulang, Dan ?"Dani terduduk lesu di kursi paling ujung. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam tasnya kemudian mengambil satu batang dan siap membakarnya." Hai...disini banyak anak cewek, apakah kau akan membunuh kami dengan menghisapnya disini" protes Icha mengingatkan.Dani menyeringai, " sejak kapan kau anti asap rokok, bukankah mulut Wawan tidak lebih wangi dari asbak ini" jawab Dani tidak terlalu serius."Seenggaknya kamu menghargai tamu yang baru sekali berkunjung kesini, dong" lanjut Icha seraya melirik Carine."Oke, aku akan mencari tempat lain untuk merokok" kata Dani seraya akan berdiri. Namun tiba-tiba Carine mencegahnya."Ga