Dani mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang, setelah hampir melewati Bunderan Kali banteng, dia sedikit mengurangi kecepatan.
Rumah kostnya sudah tidak terlalu jauh, hanya beberapa kilometer setelah melewati tikungan di Bunderan itu.
Dani mengambil jalan sisi kiri untuk berbelok ke jalan yang menuju rumah kostnya, terlihat dari jarak pandang sekitar 100 meter di depan ada sedikit antrian para pengguna jalan. Disisi lain terlihat beberapa orang polisi sedang memeriksa satu-persatu para pengguna jalan yang diberhentikan terlebih dulu.
"Sepertinya ada Razia kelengkapan surat-surat kendaraan" pikir Dani. Karena bukan hal yang baru jika kawasan itu sering dilakukan Razia penertiban pengguna kendaraan. Seperti pajak kendaraan, surat nomer kendaraan ataupun SIM.
Selain itu, tidak jauh dari tempat itu juga ada sebuah lokalisasi terbesar di kota Semarang yang namanya sudah terkenal di seluruh Indonesia.
Dani lebih melambatkan lagi laju sepeda m
"Coba perlihatkan isi tasmu" kata petugas itu yang tak lain adalah Yudha."Pak polisi, ...bukankah ini hanya pemeriksaan perlengkapan surat-surat kendaraan, kenapa harus memeriksa isi tas segala, lagi pula tidak ada masalah kan dengan SIM dan STNK yang aku miliki ?" Protes Dani."Apakah anda keberatan ?" Yudha menunjuk pada papan info rahasia " pada surat tugas kami juga tertera surat perintah melakukan razia kelengkapan surat-surat kendaraan beserta pemeriksaan peredaran Narkoba" terang Yudha.Dani membaca papan info yang di pajang dipinggir jalan oleh petugas polisi.Dalam standar kerja kepolisian, memang mewajibkan harus memajang info razia dan tujuannya. Bahkan pada waktu tertentu, seorang anggota polisi harus kenunjukan surat tugas jika ingin menilang pengendara yang melakukan kelalaian."Aku tau kau seorang perokok berat, siapa tau kau menyimpan ganja di dalam tasmu"Mendengar ucapan Yudha, Dani mengambil kesimpulan kalau Yudha juga in
Pagi ini suasasana hati Carine sedang bersemangat, dia bangun lebih awal dan segera mandi, setelah berpakaian rapi dia segera pergi ke ruang makan. Disana kedua adiknya dan orangtuanya sudah menunggu untuk sarapan."Tumben jam segini sudah rapi, kak ?" Kata Anna adiknya sambil mengoles keju keatas roti yang dipegangnya."Ada kuliah pagi di kampus" jawab Carine sambil duduk disebelah Anna."Sekalian aku dong" lanjut carine sambil menyodorkan sepasang roti tawar ke arah Anna."Enak aja, bikin sendiri" tolak Anna.Carine memasang muka cemberut."Sini biar Mama siapin, kau mau pake keju atau selai" mendengar perdebatan kedua putrinya, ibu Carine menawarkan diri untuk menyiapkan sarapan Carine."Biarin saja si Ma, biar kak Carine menyiapkan sarapannya sendiri." Jacky yang dari tadi asik dengan sarapannya,tiba-tiba ikut menyela."Kalian tidak senang ya kalau kakak kalian yang cantik ini dimanja sama mama." Kata Carine sambil menjulur
Berbeda dengan kedua adik dan mamanya, papa Carine lebih cenderung tidak banyak bicara. Mungkin karna didikan militernya dan sebagai kepala keluarga, Suradinata ingin selalu terlihat tegas dan berwibawa."Apakah kau ingin Papa menyuruh Yudha mengantarmu" kata Suradinata dengan berkharisma.Carine melambaikan tangannya, "aku bisa menelponnya sendiri jika membutuhkannya, ini masih terlalu pagi, aku bisa memesan taksi online untuk mengantarkanku ke kampus".Carine mengambil roti yang sudah diolesi keju oleh mamanya, mendengar pembicaraan Carine dan suaminya, ibunya ikut berbicara."Kenapa kau tak mau pakai sopir keluarga saja, Carine""Aku sudah besar,Ma. Seharusnya aku sudah diijinkan mengendarai mobil sendiri" tolak Carine memberi alasan."Aku rasa tidak, aku tak akan mengijinkanmu membawa mobil sendiri. Kalau kau memilih taksi online itu tidak apa,atau kau bisa memakai sopir. Menurutku itu lebih baik" Suradinata memotong pembicaraan mereka d
Anna dan Carine memang memiliki karakter yang berlainan, meski mereka sama-sama perempuan yang hanya selisih umur 2 tahun, namun Anna lebih pemberani dibanding Carine."Satu saja tidak aku ijinkan, apalagi aku harus melepas kedua anak perempuanku pergi ke hutan, aku tidak akan mengijinkannya." Suradinata menegaskan."Tapi ini kegiatan kampus,Pa. Aku sebagai ketua senat mahasiswa bagaimana bisa lari dari kegiatan seperti ini. Lagi pula, Idha juga ikut""Idha yang teman SMA mu juga ikut ?" Tanya Mama Carine ikut berbicara.Sebagai seorang ibu, tentu saja ibu Carine mengenali teman-teman Carine, apalagi semasa SMA, Idha sering main ke rumah mereka dan sesekali menginap."Iya, Ma. Apakah aku terlihat seperti sedang berbohong.?"Ibu Sabrina beralih pandang ke arah suaminya, sementara Suradinata pura-pura tak mengacuhkannya dengan mengangkat gelas kopi untuk meminumnya."Tidak ada salahnya sesekali kau membiarkan putri kita pergi bersama-sa
Sementara di rumah kost, Dani baru saja selesai mencuci sepeda motornya. Hanya memakai celana pendek dan kaos oblong, Dani duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi dan menghisap sebatang rokok.Wawan yang sudah berpakaian rapi keluar dari dalam dan langsung duduk di kursi sebelah Dani."Hari ini masih ada kuliah, wan ?" Tanya Dani kemudian."Enggak, hanya mau mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam di perpusatakan" jawab Wawan sambil mengikat tali sepatunya."Bagaimana acara kencanmu kemaren ?" Tanya wawan kemudian.Dani tersenyum dipaksakan, "kencan apaan ?""Cuma sekedar makan aja, tidak ada sesuatu yang istimewa".Wawan menatap Dani, kali ini dia bicara lebih serius."Aku tau hubunganmu dengan Novi sedang tidak baik, tapi aku harap kau tak benar-benar jatuh cinta kepada Carine, kalau sekedar kenal tidak mengapa"Dani mendesah, "kau tak perlu mengkhawatirkan aku, aku bisa menjaga perasaanku".Wawan sed
Setelah menyelesaikan urusan di perpustakaan, Wawan menuju ruang Sema ( senat mahasiswa ). Ruang Sema memang difungsikan sebagai tempat berkumpul jika para mahasiswa akan mengadakan suatu acara ataupun membahas segala sesuatu tentang kegiatan Mahasiswa.Tanpa mengetuk pintu, Wawan langsung masuk ke dalam ruangan, di sana sudah ada Carine dan Idha serta beberapa Mahasiswa lainnya.Wawan segera mendekat ke arah Carine dan berbicara."Hai Carine, apakah Papamu bersedia meminjamkan tenda untuk kita ?"Carine dan Idha yang baru menyadari kehadiran Wawan secara bersamaan menoleh ke arah Wawan." Datang-datang langsung menanyakan tenda, bisa kah kau membuat sedikit basa-basi? " Protes Idha.Wawan cuma tersenyum, lalu menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah mereka.Carine cuma tersenyum, "aman, Papaku akan meminjamkan tenda dari kantornya"."Bagus,lah" jawab Wawan singkat."Ngomong-ngomong kenapa kau datang sendirian, Wa
"Kemungkinan kedua ?" Tanya Carine penasaran. "Kemungkinan kedua..." Lanjut Wawan sengaja menggantung kalimatnya. "Kemungkinan kedua, coba kau tanya hati nuranimu". Mendengar kalimat itu,Idha mengerti. Lalu dia berkata, "Batas antara benci dan cinta kan sangat tipis, Wan." Carine cemberut, "ngomong apa sih kalian, terlalu dini kalau bahas cinta-cintaan. Dan lagian, Dani itu bukan tipe aku banget, trus mau aku taruh di mana Yudha ?" Wawan mengangguk-angguk. Mereka tidak menyadari kalau sebenarnya saat itu Dani sudah berada di ruangan itu, dia mendengar dengan jelas apa yang baru saja Carine katakan. "Berarti julukan mulut asbak tadi, artinya apa dong? " Tanya Idha kemudian. "Ya ... Tidak ada artinya apa-apa.., baru saja aku mengenalnya, masa bisa jatuh cinta dengan begitu cepatnya" kata Carine menjelaskan. "Tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan,kan ? " Goda Wawan. Carine berpura-pura berp
Dani menepuk pundak Wawan dan segera meninggalkan tempat itu tanpa menyapa Carine dan Idha.Carine yang merasa bersalah lalu berkata, " apakah dia mendengarkan semua yang aku katakan.?" Tanyanya cemas."Sepertinya begitu" jawab Wawan dengan tak acuh."Lagi pula bagaimana bisa dia tiba-tiba ada disini tanpa kita sadari" saut Idha."Dia benar-benar seperti hantu""Kamu benar,Dha" kata Carine yang mulai bisa menguasai emosinya yang sempat tak stabil."Apakah kau tadi melihat mukanya,?, Bahkan aku melihat mukanya lebih seram dari sesosok hantu" kata Carine melanjutkan."Jangan berkata begitu, kalau dia mendengar bagaimana ? Kata Idha mengingatkan.Carine yang melihat Dani sudah pergi, dengan percaya diri mengatakan." Biarkan saja dia dengar, kenyataannya memang seperti itu kok".Wawan hanya bisa menatap diam-diam ke arah Carine.Sementara Carine yang menyadari Wawan sedang memperhatikannya, berusaha bers