Pada saat yang bersamaan, pintu ruang IGD terbuka dari dalam, lalu seorang dokter keluar diikuti dua orang perawat yan berjalan di belakangnya.
Carine mengurungkan niatnya untuk menguhungi papanya, dia segera berlari menghampiri dokter yang baru keluar.
"Bagaimana kondisi teman saya, Dok ?" Tanya Carine dengan tergesa-gesa.
"Anda kerabatnya?" Tanya dokter itu.
Carine hanya mengangguk.
"Dia sudah melewati masa kritisnya, namun untuk saat ini dia belum sadar, mungkin perlu beberapa waktu sebelum dia siuman".
Carine bisa bernafas lega mendengar keterangan dari dokter.
"Apakah aku sudah bisa melihatnya dokter?" Kata Carine agresif.
"Tentu saja, namun hanya dibatasi satu orang, tapi sebaiknya kau jangan mengganggunya dulu, biarkan dia beristirahat sampai benar-benar stabil. Sementara menunggu, kau bisa mengurus untuk memindahkannya ke ruang inap"
"Aku mengerti" kata Carine dengan sedikit kekecewaan, namun bagaimanpun
Suara deringan ponsel membangunkan Dhani yang tertidur di rumah bu Siti, dia melihat ke layar ponselnya untuk mengetahui yang menelponnya.Tak ada nama, hanya deretan angka yang tertera di layar ponselnya, sejenak Dhani ragu untuk mengangkatnya. Namun setelah dipikir, Dhani tak pernah memberi nomernya kepada sembarang orang, bisa dipastikan hanya orang terdekatnya yang tau nomer ponselnya."Hallo" kata Dhani ragu setelah memutuskan untuk menjawab panggilan."Kau belum mengganti nomer ponselmu, Dhan"Dhani berfikir sejenak sambil mencoba mengenali suara yang berbicara dengannya."oh... kamu, Wan." kata Dhani setelah memastikan orang yang berbicara dengannya adalah Wawan."aku belum sempat membeli nomer baru, lagi pula aku rasa itu tidak perlu""oh...ya, kenapa justru kau yang mengganti nomer baru""para polisi juga mencurigaiku, aku pikir mereka juga akan memeriksa aktifitas panggilanku ponselku, jadi aku sengaja memakai nomer y
Tak menunggu terlalu lama, akhirnya Wawan datang, setelah berpamitan dengan bu Siti, keduanya langsung menuju ke kantor polisi.Setelah melewati pos jaga, mereka di arahkan ke unit Kriminal."Selamat siang, pak. Saya mau melapor" kata Dhani kepada petugas."Duduklah" kata petugas itu.Setelah Dhani menceritakan permasalahannya, petugas itu mengangkat telepon dan melaporkan ke atasannya.Tak beberapa lama, seorang petugas lain menghampirinya dan berkata,"Kau ikutlah bersamaku, pimpinan sudah menunggumu""Sementara temanmu tetap disini" lanjutnya sambil memberi isyarat ke arah Wawan.Dhani segera berdiri dan mengikuti petugas yang menjemputnya, mereka lalu masuk ke sebuah ruangan yang hanya ada sebuah meja berbentuk persegi. Sementara lelaki berkumis telah duduk menunggunya, di sampingnya ada petugas lain yang duduk sambil menghadap ke laptop."Duduklah" kata petugas berkumis dengan nama Julianto terpampang di dada kiriny
Dhani menjabat tangan Julianto sebelum keluar dari ruang pemeriksaan,"Kau harus siap jika suatu saat dipanggil kembali untuk dimintai keterang" kata Julianto sebelum pergi."Siap, pak" kata Dhani yakin.Lalu dia keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri Wawan yang masih menunggunya di ruang depan."Udah selesai, Dhan ?" tanya Wawan penasaran.Dhani mengangguk."Selanjutnya kamu mau kemana?" tanya Wawan lagi sambil berdiri."Kita pikirkan lagi sambil makan, sebaiknya kita pergi dulu dari tempat ini""Baiklah" kata Wawan tanpa berkata-kata lagi."Keduanya lalu segera meninggalkan kantor polisi dan pergi ke arah rumah makan yang dulu Dhani bersama Carine makan.Sementara Carine dan Suradinata yang masih berada di rumah sakit baru saja menerima makanan yang dipesannya.Keduanya tampak tak saling bicara, hingga terdengar suara ponsel Carine berdering."Ponselmu berdering, apakah kau tak ingin mengang
Sebenarnya Yudha bisa saja membenarkan anggapan Carine, dia bisa mengambil keuntungan dari situasi saat ini, meskipun dia tidak akan menuntut Dhani, namun setidaknya bisa membuat Carine membenci Dhani dan menjauhinya, namun dia tak selicik itu."Tapi aku yakin bukan, Dhani pelakunya"Mendengar ucapan Yudha, Carine menatap Yudha dengan serius."Tapi aku melihat kau bertengkar dengan Dhani, bukankah waktu itu aku menelponmu, dan kau mengatakan melihat Dhani sedang minum dengan teman-temannya di cafe yang sama"."Orang yang kau lihat memukulimu memang bukan Dhani, tapi preman suruhan Dhani. Bukankah begitu ?"Yudha kembali menarik nafas, dia membalas genggaman tangan Carine yang dari pertama datang masih menggenggam tangannya dengan lebih erat."Kejadian sebenarnya tidak seperti itu, aku berbohong kepadamu waktu mengatakan tidak sengaja melihat Dhani sedang minum di cafe itu.""sebenarnya akulah yang menyuruh Dhani menemuiku, ada urusan
Dalam sehari, berbagai peristiwa terjadi begitu saja. Carine merenung memikirkan peristiwa demi peristiwa yang telah dilaluinya, mulai dari merobek-robek majalah dinding kampus, menampar dan memaki Dhani, hingga kesaksian Yudha yang mengatakan Dhani tidak bersalah."Dasar bodoh" maki Carine kepada dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya sendiri."Kenapa aku bisa seceroboh ini"Memikirkan hal itu, Carine segera mengambil ponselnya, dia menelusuri satu demi satu kontak telponnya."Bahkan aku tak punya nomer Dhani" gerutu Carine yang putus asa.Carine hampir saja melempar ponselnya ke tempat sampah di sudut kamarnya, namun fikirannya tiba-tiba teringat Idha."Rumah kost Idha tak jauh dari Dhani, lagi pula Idha juga dekat Dhani, mungkin dia punya informasi tentang Dhani" kata itu yang terlintas dalam benak Carine.Carine mencari nama Idha di daftar kontaknya, setelah menemukannya, dia segera menekan tombol panggil."Hallo, C
Seminggu setelah peristiwa yang menggegerkan Universitas telah berlalu, namun obrolan kejadian saat itu masih menjadi trending topik di lingkungan kampus. Meskipun secara hukum Dhani sudah terlepas dari tuduhan, pada kenyataannya birokrasi di universitas sangatlah lambat, surat penonaktifannya sebagai mahasiswa belum dicabut. Sehingga wajar jika sampai saat ini Dhani belum sekalipun menginjakan kakinya di kampus.Bagi Dhani, menjalani skorsing dari kampus bukan sesuatu yang besar, pada kenyataan, dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan memulai membuka usaha jasa pengantaran barang.Namun berbeda dengan Carine, kealpaan Dhani selama seminggu terakhir membuatnya semakin terusik. Bahkan ketika dia menikmati makan siangnya di kampus, telinganya seperti mendengar orang-orang yang berbisik membicarakannya."Hai, Cantik. Makanan kok dianggurin" goda Joshua yang tiba-tiba sudah duduk di depan Carine"Carine yang dari tadi hanya memainkan sendok di piringnya t
"Maksudmu ?""Siapa yang kekanak-kanakan" tanya Wawan ingin menegaskan."Ya siapa lagi kalau bukan Dhani" jawab Carine kesal.Mendengar jawaban Carine, Wawan menatap Carine dengan sinis seraya berkata,"Coba jelaskan dimana letak kekanak-kanakannya ?""Secara pribadi, Dhani juga punya kehidupan di luar kampus ini, yang artinya dia juga punya banyak hal yang harus dikerjakan selain mengurus pecinta alam. Jadi sepenuhnya dia punya hak jika ingin melepaskan jabatan ketua pecinta alamnya jika dia merasa tak bisa menjalaninya""Sebagai teman, tentu aku mendukungnya, setidaknya menghormati keputusannya"Mendengar penjelasan Wawan, Carine tak bisa untuk tak berkata,"Itu hanya alasannya saja, kan. Alasan utamanya pasti karna perselisihannya denganku."Wawan tersenyum sinis."Kau kira kau ini siapa ?Meskipun kasus pemukulan yang dialami Yudha belum selesai, namun Dhani terbukti tidak bersalah,Jika kau berp
Carine berjalan dengan gontai meninggalkan kampus, lalu dia duduk termenung sendiri di halte menunggu taksi online yang dari tadi susah di dapatkan melalui aplikasi pemesanan.“Apakah kau sedang kurang sehat, Carine?” tanya Ulfa yang tanpa di sadari Carine sudah berdiri di hadapannya.Carine menatap ke arah Ulfa,“Enggak, Cuma dari tadi kesel aja, pesen taksi online belum dapat-dapat” jawab Carine.Ulfa tersenyum lalu duduk di sebelah Carine.“Ini masih siang, kenapa kau buru-buru pulang?”“Aku tidak ada kegiatan, jadi aku rasa aku akan pulang lebih cepat”“ow ...” ucap Ulfa singkat,“Kenapa?” tanya Carine yang melihat reaksi Ulfa.Ulfa menghela nafas,“Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman Maerakaca, di sana asik tempatnya”“Oh ya?” tanya Carine bersemangat“Seperti apa tempatnya?&rdq