Share

Without My Right Wing
Without My Right Wing
Penulis: E.Yuliwardani

Ibu dan kejutan untuknya

Mentari pagi menampakkan senyumnya, sinarnya menembus kaca cendela kamar Evelyn. Suara ibu terdengar nyaring melengking ditelinga Evelyn, suara khas yang selalu terdengar jika ia tidak nurut dengan ibu. Matanya perlahan terbuka lebar, terkejab pelan karena kesadarannya belum kembali penuh.

“Vely, bangun!!” panggil ibu dari luar kamar.

“Iya, Ibu. Sebentar,” keluhnya dengan bergilimang di atas kasur.

“Vely!!! Dengarkan ibu.” Teriak ibu dengan menggedor-gedor pintu kamar.

“Iya,Ibu sebentar,” elak Evelyn dari dalam kamar.

Tangannya masih sibuk mengucek mata, cahaya matahari mulai masuk dari celah cendela kamarnya.  Suara ibu sudah mulai pelan dan nyaris tak terdengar mungkin Ibu sedang keluar, ia terdiam sejenak lalu beranjak dari kasurnya.

“Evelyn.” Suara Ayah membuat ia berhenti.

“Iya, Ayah. Ada apa?” tanya nya.

“Ayah punya sesuatu buat kamu.” Tangan Ayah sengaja disembunyikan, entah apa yang ia bawa untuk putri tunggalnya itu.

“Apa Ayah?” Evelyn yang semakin ingin tau hanya bisa clingak clinguk.

“Taraaaaa,” ucap Ayah, tangannya membawa boneka teddy yang cukup besar berwarna coklat. Meskipun usianya sudah 18 tahun tapi keinginannya mengoleksi boneka tetaplah ada, ayah pun paham betul tentang itu.

Ibu yang melihat itu hanya melengos memalingkan muka, beliau tidak suka putrinya terlalu dimanja oleh ayahnya. Ia hanya takut akan keterusan sampai ia dewasa, tetapi ibu hanya diam tanpa banyak bicara dan pergi meninggalkan anak dan suaminya.

“Ibu,” panggil Evelyn keras.

Langkah ibu terhenti sejenak, “Ada apa, Nak?” tanya Ibu.

“Ibu tidak berubah ya, sedari dulu tidak suka saat ayah memberiku hadiah,” ucap Evelyn melangkah mendekati Ibu.

Lagi-lagi ibu hanya diam terpaku mendengar ucapan Evelyn, “apa ia terlalu keras kepada anaknya?” batinnya.

“Tidak apa, Nak. Ibu mau masak dulu.” Langkahnya cepat menuju dapur.

Tatapannya kosong entah apa yang ia fikirkan, ia merasa ada yang mengganjal tapi hanya ia pendam rapat.

Evelyn terpaku merasa ada hal yang disembunyikan ibu, tetapi ia hanya memendamnya tanpa berani bertanya kepada Ibu.

“Ayahhh, terima kasih ya bonekanya. Aku suka,” ucapnya kegirangan dengan memeluk erat bonekanya.

Ayah berjalan pelan menuju anaknya, ia peluk erat putri kecilnya itu. Meski Evelyn sudah berusia 18 tahun, tetap saja bagi ayah ia tetaplah putri kecilnya yang polos.

“Ayah, Vely sini makan dulu,” teriak Ibu dari dapur.

“Iyaaa, Ibu,” ucap mereka kompak.

Mereka berdua berjalan menuju dapur, terlihat sudah berbagai macam makanan tersedia di meja makan. Sengaja keluarga Evelyn tidak mempekerjakan pembantu karena ibunya suka memasak. Mereka pun makan dengan tenang, tidak ada satupun suara kecuali suara sendok terbentur dengan piring.  Ayah dan Ibu terlihat canggung satu sama lain, Evelyn yang merasa aneh hanya diam tak mampu bertanya apapun. Sudah beberapa hari ini keluarganya terlihat dingin, entah Ayah dan Ibu menyembunyikan apa.

“Ibu, malam ini kita makan di luar ya,” ucap ayah.

“Makan malam di rumah saja, biar aku masak yang Ayah pengen,” tukasnya.

“Ibu, makan di luar aja ya. Please,” ucap Evelyn memohon.

“Ya sudah, nanti kita makan malam diluar,” Ibu hanya pasrah.

“Yey, terima kasih ibu.” Matanya mengedip kepada Ayah, malam ini akan ada kejutan untuk Ibu dari Ayah.

Ayah dan anak yang kompak, ayah hanya tersenyum simpul melihat Evelyn. Kali ini Evelyn pamit untuk pergi ke taman untuk joging.

“Vely,” panggil Ibu.

“Temani Ibu ke butik saja ya,” ucap Ibu.

“Oh, siap Bu,”

“Ibu siap-siap bentar ya,”

Ibu pergi ke kamar, sedangkan ayah sudah sibuk dengan korannya. Ada hal yang ingin Evelyn tanyakan tapi ia tak memiliki keberanian sedikitpun. Ia hanya mampu diam melihat ayah yang sedang membaca.

“Nak,” panggil Ayah.

“Iya, Ayah,”

“Ayah minta tolong bookingin restoran ya, biar nanti malam gak ribet. Bisa, Nak?” tanya nya.

“Bisa, Ayah,” senyumanya terulas manis.

“Terima kasih, anak ayah yang cantik,” ucap Ayah penuh ketulusan.

Evelyn memang lebih dekat dengan Ayahnya dariapada Ibunya sejak kecil, gadis lugu yang selalu nurut dengan kata Ayah dan Ibunya. Ayahnya memang orang yang royal dan tidak banyak bicara seperti Ibu, kadang Ibu tak segan menyubit jika Evelyn berbuat salah. Membuatnya kurang dekat dengan Ibu. Tetapi Evelyn juga takut terhadap ayahnya, jika ia berbuat salah ditatap Ayah saja dia sudah menangis.

***

Hari sudah mulai panas Ibu tak kunjung mengajaknya pulang ke rumah, Evelyn sudah mulai bosan melihat baju-baju yang ada di butik teman Ibu ini. Tidak ada yang ia mau, tetapi matanya hanya tertarik dengan satu kemeja bermotif kotak berwarna hitam. Sungguh kemeja yang indah, ia mencoba mendekat dengan kemeja itu.

“Vely suka?” tanya Kak Dyra karyawan di butik itu.

“Iya, Kak. Lucu,” ucap Evelyn.

“Ya udah si Vel, beli lah, hehehe,” tukas Kak Dyra.

“Ibu, Vely mau ini boleh?” teriaknya pada Ibu yang masih mengobrol dengan Tante Rosa.

“Ambil aja, Vel,” sahut Tante Rosa.

Tanpa menunggu jawaban Ibu, Vely langsung membawa kemeja itu ke kasir. Ibu hanya geleng melihat tingkah putrinya itu. Ibu memang berbeda dengan Ayah yang selalu memberi apa yang Vely mau, Ibu selalu membuat Vely berusaha terlebih dahulu sebelum menuruti kemauan nya.

“Boleh ya, Bu?” tanya Evelyn polos.

“Iya, Nak,”

“Terima kasih, Ibu,” ucapnya lari memeluk Ibunya.

Hari sudah mulai sore Ibu memutuskan untuk pulang, karena malam ini akan makan diluar. Motornya mulai menembus jalanan aspal abu-abu itu, macet tidak terelakkan karena hari ini adalah hari kerja. Banyak orang berlalu lalang menenteng tas laptop dan alat tulis.

Setibanya di rumah Vely langsung bergegas ke kamar untuk siap-siap makan malam, ayah yang masih membaca koran di ruang keluarga.

Tiga puluh menit berlalu, suara Ibu sudah memanggil dari luar kamar. Evelyn hanya tersenyum simpul.

“Vely, ayo keburu malam nanti!” teriak ibu.

“Iya, Ibu. Sebentar,”

Ayah sudah siap menunggu di dalam mobil, menunggu dua bidadari nya keluar. Terlihat Ibu berjalan diiringi putrinya dibelakangnya, istrinya yang terlihat mengoceh itu membuat raut muka Evelyn masam.

“Ada apa si, Nak?” tanya ayah saat Evelyn mendekat dan mulai masuk mobil.

“Ibu marahin aku,” jawabnya singkat.

“Kamu nya lama, keburu malam,” tukas Ibu singkat.

Mobil mulai melaju menembus jalanan abu-abu yang berdebu itu, kawasan perumahan yang ramai. Malam ini akan menjadi malam bersejarah untuk keluarga Evelyn. Setibanya di restoran yang Evelyn booking, mereka langsung dipersilakan masuk dan di antar ke tempat pribadi. Dengan suasana romantis makan malam itu terasa kurang, Ibu yang menyadari makan malam itu langsung bertanya.

“Ayah yang booking?” tanya Ibu.

“Bukan, anakmu yang booking,” jawabnya.

Evelyn yang merasa dibicarakan hanya cengengesan, sambil membawa tart mini Ibu lupa jika hari ini adalah anniversary pernikahan Ayah dan Ibu. Suasana romantis dan alunan musik romantis terasa sangat lengkap. Ibu hanya terpaku dan kaget, bisa-bisanya ia lupa.

“Happy anniversary pernikahan Ayah, Ibu,” ucapnya sambil membawa kue mendekat dengan orang tuanya.

“Terima kasih, anak Ayah.” Ayah memeluk erat putrinya itu.

“Evelyn, maafkan Ibu. Terima kasih banyak, Nak,” ucap Ibu, terlihat ada genangan air dipelupuk matanya yang ingin tumpah kala itu. Tetapi tangan nya sigap menghilangkan genangan air itu.

“Ya sudah, kita makan dulu ya Ayah,Ibu,” ucapnya mengajak Ayah dan Ibunya makan.

Mereka menikmati makanan dengan santai dan terlihat harmonis. Ayah yang diam-diam memanggil waiter, tapi ia hanya mengangguk kepada Ayah. Tak lama waiter itu datang menghampiri ayah dengan membawa satu kotak. Ayah mengambil kotak itu dengan berhati-hati, waiter itu berlalu meninggalkan kami.

“Ayah, itu apa?” tanya Ibu.

Ayah membukanya pelan, terlihat kotak musik berbentuk seprti bolam kaca berisi salju dan ada dua orang memakai gaun pengantin di dalamnya. Lagi-lagi ibu tidak bisa menahan bulir air mata itu jatuh dari pelopak matanya. Kali ini ia menangis tersedu-sedu melihat kelakuan suaminya yang membuat ia lagi-lagi terkejut.

“Untuk Ibu.” Ayah menyerahkan kotak musik itu pelan.

“Ayah, Terima kasih banyak.” Beranjak dari tempat duduk dan langsung memeluk erat.

Evelyn sangat senang karena orang tuanya terlihat sangat bahagia.

Bersambung 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Elparo
Lanjuttt dong bund.... Semangaaaaaaaaaaatttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status