Share

Bahan Sihir

Chapter 2

Kavin yang tadi sempat hilang dalam dapur, kini muncul dengan setoples kacang almond dalam dekapan dada.

"Kavin!" cecar Yuya. Lalu merampas toples tersebut dengan cepat. "Gue udah bilang jangan sembarangan makan, makanan cafe!"

"Cewek tadi tidak akan menanggapi serius, 'kan?" ujar Kavin yang langsung mengalihkan pembicaraan.

"Gue rasa tidak. Ya, gue harap," tutur Yuya dengan berjalan memasuki dapur. Kavin mengekor di belakangnya.

"Eksperimen gue gagal. Dan gue gak berhasil membuat hujan menjadi reda. Kita hanya bisa membiarkan semuanya berjalan."

Setelah meletakkan toples tersebut ke tempat asalnya. Yuya pun menghela napas berat. Lalu berbalik menatap Kavin dengan wajah gusar.

"Berhati-hatilah dengan non magus. Manusia-manusia itu menakutkan. Gue gak mau terlibat dengan mereka. Hari minggu besok, temani gue mencari bahan sihir."

"Hah?! Tapi Yuya! Lo tahu, 'kan? Gue itu benci banget kalau ke pasar. Lo bisa sendiri kan? Gue mau molor sampai siang." Dengan mengatupkan kedua tangan menjadi satu. Plus dengan wajah memohon yang dibuat-buat. Kavin memelas belas kasih pada sahabatnya.

"Ya? Ya? Yuya kalau senyum baik loh. Ntar gue kenalin dengan ciwi-ciwik kenalan gue di i*******m? Siapa tahu lo tertarik? Ya bisa aja sih. Atau juga gak? Karena mereka udah terkesima sama gue. Maap ya, Yuya."

Dengan gerakan 1001 muslihat. Kavin berlari kabur menaiki lantai 2 bangunan Halte Cafe. Melihat sikap Kavin yang suka melarikan diri. Membuat Yuya hanya bisa menghela napas.

"Dasar maniak cuaca."

 ***

Di akhir pekan. Biasanya Yuya memilih untuk menutup cafenya dan pergi berburu belanja bahan sihir. Percayalah, pasar yang dikunjungi Yuya bukan pasar tradisional yang biasa kita kunjungi.

Bangsa magus memiliki pasar mereka sendiri. Biasanya tersembunyi di area yang tidak terlihat manusia. Tentu saja, ada kabut sihir yang menghalangi hal tersebut.

Dengan mengendarai mobil sedan hitam berukuran sedang, Yuya melajukan kunjungannya ke sebuah area pertokoan berwarani-warni. Setelah memakirkan mobil di area parkir tempat tersebut. Pria dengan model rambut comma hair. Yaitu gaya rambut berponi  yang melengkung pada salah satu sisi sementara keseluruhan rambutnya dibentuk lurus.

Yuya berjalan ke arah satu bangunan ruko berdinding kuning. Kemudian mendorong pintu kaca bangunan tersebut dan ... TADA!!!

Yuya tidak lagi berada di Jakarta, melainkan pusat pembelajaan yang disebut Hazelnut Street. Pusat perbelanjaan bangsa magus. Atau lebih tepat disebut, pusat pasar tradisional para penyihir.

Di tempat ini, segala sesuatu bisa kau temukan. Tergantung, benda apa yang sedang kau cari. Di salah satu sudut berdinding cadas, di sana terdapat kumpulan troli yang dapat digunakan secara gratis.

Yuya mengambil satu, kemudian mendorong benda tersebut menyusuri Hazelnut Street. Orang-orang dengan berbagai jenis jubah berjalan melewatinya. Sebagian lagi, memiliki topi kerucut hitam di atas kepalanya.

Beberapa kelompok remaja akademisi sihir tengah berdiri di depan toko makanan manis. Menelisik dari logo yang terdapat pada jubah. Yuya segera tahu, bahwa mereka dari SMA Diwangka.

Toko pertama yang ia kujungi adalah area rempah-rempah sihir. Bahan dasar yang diperlukan seorang penyihir dapur.

Pria itu membeli 1 Kg Jahe Menyanyi, 1 Kg Kayu Manis Euphoria, 1 Kg Kemiri Putih, 1 Kg Lada Api. Lalu berpindah ke area bahan-bahan kue di toko berbeda.

Toko Bahan Kue, sebenarnya menjual bahan kue pada umumnya. Tidak ada yang spesial dengan bahan sihir pada umumnya. Hanya saja, bahan kue yang dijual di toko tersebut telah ditambah dengan sedikit peningkatan efek magis. Memungkinkan penggunan menghasilkan efek sihir yang jauh lebih baik.

Sementara berjalan ke luar dari toko. Sebagian besar troli milik Yuya sudah hampir penuh. Sisa bahan yang diperlukan adalah dengan pergi mencarinya sendiri. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal. Yuya pun bergegas pulang.

 *** 

Saat mobil yang dikendarai Yuya berhenti sejenak di lampu merah. Pria itu secara tidak sengaja melihat sebuah tanaman liar yang berada di sebrang jalan dekat trotoar pejalan kaki.

Bentuknya terlihat mirip buah rambutan. Bunga tersebut lalu bergerak perlahan saat angin berhembus pelan, ketika lampu berganti hijau. Yuya pun segera menginjak pedal. Tetapi sekonyong-konyong, ia malah melakukan rem mendadak. 

Alhasil, tabrakan berutun terjadi di belakangnya. Bunyi klakson dari sebuah angkutan umum berwarna biru menggema memecahkan gendang telinga. Manik hitam Yuya melirik ke arah kaca spion. Lalu segera menginjak pedal sebelum ia menimbulkan masalah lebih besar.

Saat menemukan rute memutar. Yuya segera menepikan mobil di dekat bunga mirip buah rambutan. Dengan langkah cepat, ia segera menarik seorang wanita yang sedang asyik memotret tanaman tersebut.

"Hentikan! Itu tumbuhan beracun!"

Wanita itu berbalik. Terapi betapa terkejutnya ia saat mendapati wanita tersebut adalah Elea.

"Lo?!" seru Elea dengan terkejut. "Owner cafe kemarin,'kan?"

Yuya sendiri dibuat tercenggang. Lalu mengganguk kecil. Sorot matannya kembali menyorot pada bunga yang hampir membuatnya kecelakaan tadi.

"Itu bunga Nephel. Bunga beracun. Eh." Yuya seakan tersadar sesuatu. "Lo bisa melihatnya? Seharusnya lo itu non magus."

Alis Elea bertaut bingung.

"Hah? Gimana? Gimana? Apa lo bilang? Gue non magus? Apaan tuh?" 

Kini, keduanya sama-sama dirundung kebingungan. Aura yang tempo hari dilihat Yuya sudah menghilang. Itu artinya, minuman sihirnya berhasil. Sekali lihat, Yuya tahu bahwa Elea hanya manusia biasa.

Tetapi, mengapa? Elea bisa melihat tanaman sihir. Seharusnya itu tidak terjadi. Itu adalah hukum dunia sihir.

"Berikan hape lo!" titah Yuya.

Elea segera menyembunyikan benda tersebut dibalik punggungnya.

"Enak aja. Emang lo siapa? Minta-minta hape gue. Lagian juga bungannya unik. Siapa tahu bunganya viral," komentar Elea polos

"Berikan!" desak Yuya. "Berikan hape lo atau lo aja yang hapus foto itu dari hape lo."

"Emang kenapa sih."

Elea pun membuka galeri ponselnya. Anehnya, tidak ada satu pun hasil jepretan bunga Nephel yang disebutkan Yuya barusan.

"Tu- Tunggu! Apa-apaan ini?!"

Elea masih mengulang memeriksa galerinya. Menscroll semua foto. Mungkin saja tersimpan secara acak. Tetapi percuama saja. Dia tidak menemukan foto yang ia cari.

"Ini gara-gara lo. Foto gue gak ke simpan," omel Elea. Ia memandang Yuya sejenak. Lalu memilih membalikkan badan.

"Di cafe kemarin terlihat sangat ramah. Sekarang malah kek gimana gituuu. Sok, badboy banget. Ganteng iya. Menyebalkan juga iya. Auh ah."

Elea pun memilih pergi sesegera mungkin dari tempat itu. Sementara Yuya, ia masih termanggu di tempat. 

Pikirannya berkelabat. Pergi mencegah gadis itu. Lalu menanyakan identitasnya? Atau justru membiarkannya begitu saja. Yuya kepikiran, jika seandainya wanita tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi. Tentu, ia akan menimbulkan polemik dalam dunia sihir.

Mengejarnya pun ia takut jadi salah kaprah. Ia bingung, pusing dan tidak tahu harus bersikap apa. Ia butuh Kavin. Ya, Kavin pasti bisa memberikan solusi.

___///___//___////____///____

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status