Share

Penyelidikan

Chapter 6

Lonceng kecil dibalik pintu berdenting nyaring. Tatkala seseorang mendorongnya dari luar. Elea nampak terengah-rengah. Seolah-olah dia baru saja menyelesaikan marathon.

Sorot matanya menelisik tajam pada Yuya yang sebenarnya berpura-pura sibuk dibalik meja kasir. Sedangkan, Kavin mencoba stay cool dengan pura-pura membaca buku.

"Tempat ini sarang sihir," seru Elea.Kavin terbatuk-batuk saking kagetnya ia. Luntur sudah, pose yang ia buat.

"Lo!" tunjuk Elea pada Kavin. Kavin sendiri malah menunjuk balik dirinya sendiri.

"Gue?"

"Iya lo! Kalian berdua itu memainkan sihir, 'kan? Gue tahu itu," ucapnya seraya kembali menoleh pada Yuya. Pria itu berpura-pura memasang wajah terkejut.

"Ini hanya cafe biasa, Nona. Mengapa Anda mengatakan hal seperti itu?" sanggah Yuya.

"Hah!" bentak Elea. Ia lalu berjalan menghampiri Yuya. "Gue perlu penjelasan dari lo berdua. Mengapa lo berdua ngikutin gue?"

Kavin kembali terbatuk. Yuya melirik sekilas ke arahnya. Lalu kembali memandang Elea.

"Kami hanya mencegah bencana menimpa Anda." 

"Tidak! gue yakin kalian berdua punya maksud jahat pada gue. Ditambah." Elea melirik sejenak ke arah Kavin. Lalu meneguk salivanya.

"Bagaimana bisa lo kemarin membakar kantong plastik itu dengan tangan lo."

Kavin membeku, sekaligus membatu. Matanya terbelalak lebar. Lalu ia pun melirik ke arah Yuya. Sorot matanya memancarkan sebuah permintaan minta tolong.

Andai saja, mereka berdua punya kemampuan telepati. Walakin, yang satunya cuma ahli sihir dapur dan satunya lagi hanya ahli sihir cuaca saja. Kemampuan itu tidak akan menolong mereka sama sekali. 

"Anda pasti salah lihat," tegur Yuya. "Dia membakarnya menggunakan pematik api. Bagaiamana bisa seseorang mengeluarkan api dari tangannya? Di sini bukan sirkus, Nona."

Elea mendengkus kesal. Ia sangat yakin dengan apa yang ia lihat. Itu tidak mungkin salah. Hanya saja, membuktikannya tidak mungkin menggunakan cara biasa. Tentu, dengan cara berbeda dan luar biasa. 

Elea tahu itu. Walakin, dia tidak tahu harus memulai dari mana. Sebenarnya, sejak insiden transplatasi kornea mata yang di katakan Nat pada Elea.

Ia merasa ada yang aneh dan janggal. Di beberapa kesempatan. Ia melihat hal-hal aneh yang tidak masuk akal. Melihat 'bunga rambutan' yang disebutnya itu. Adalah salah satu bagian dari hal aneh yang ia alami.

Nat acap kali memintanya mengumpulkan bunga atau tumbuhan yang ia lukis di atas canvas. Elea awalnya ragu. Bagaimana mungkin ada tumbuhan atau tanaman seperti itu. Walakin, kenyataannya ia malah menemukannya.

Di samping itu, saat ia mengatakan pada teman-teman sekolahnya. Mereka justru mengatakan bahwa Elea gila. Yap, itu karena mereka sendiri tidak dapat melihat hal yang Elea lihat. Dan rasanya ia hampir gila dan frustasi.

Bahkan Elea takut, mengatakan semuanya pada Nat. Entah bagaimana perasaan itu menekan relung hatinya dari dulu hingga sekarang.

Dan kini, ada dua pria aneh yang justru dapat melihat hal tersebut. Sekaligus, rela capek-capek mencegah dan memberitahu efek tumbuhan yang ia petik.

"Gue gak salah lihat. Mata gue melihatnya dengan jelas!"

Nah, saat Elea menunjuk mata kanannya. Yuya sekilas melihat sebuah sinar yang berkilau berwarna amber dari dalamnya. Jelas, hal tersebut. Kontras dengan mata Elea yang berwarna cokelat di sebelah kiri.

Alis Yuya bertaut bingung. 

"Sepertinya Anda butuh asupan energi. Bagaimana jika Anda duduk di meja. Lalu menyantap sebuah makanan?" Yuya berusaha mengalihkan pembicaraan. Ada sesuatu yang aneh di mata kanan Elea. Dan hal tersebut membuatnya ingin memastikannya.

Kavin yang di pojokkan mengganguk setuju, walakin sama sekali tidak bersuara. Lalu tanpa terlihat oleh Elea. Yuya memberi kode lewat lirikan mata pada Kavin. 

Kavin pun mengganguk setuju. Lalu meletakkan buku yang tidak dibacanya sama sekali di atas meja. Dan bergegas cepat menghampiri Elea.

Ia pun meraih kedua pundak Elea, memaksanya untuk duduk. Walaupun wanita itu bersikeras melawan. Kavin tetap memaksanya untuk duduk.

"Gue gak suka ini!" marahnya, "kalian perlu menjelaskan apa yang terjadi!"

"Dengerin gue." Kavin menarik kursi yang berada di depan Elea. Lalu duduk di hadapan Elea. "Eh ... itu."

Dia mendadak ragu. Ada kilat aneh dari mata kanan Elea. Tahu-tahu, dia menoleh pada Yuya.

"Apa lo melihatnya?"

"Melihat apa?" sela Elea. Dasar Kavin, sikapnya telah membuat lawan membaca gerak - geriknya.

"Kalian membicarakan sesuatu yang tidak gue ketahui, 'kan? Maksud gue. Sesuatu yang seharusnya gue tahu."

Elea melayangkan tatapan sengit pada mereka berdua. Batinya berkecamuk, mungkinkah ia harus mengatakan hal tersebut?

"'Apa gue seperti kalian?" ujarnya lirih. Nada bicara Elea seolah mendadak lemah. "Tolong katakan dengan jujur. Gue tetiba di sini pasti karena izin kalian, 'kan? Soalnya tadi seperti ada sihir yang menghalang di luar. Pasti itu ulah kalian, 'kan?"

"Tunggu di sini," ujar Yuya. Elea terdiam, kemudian mengganguk setuju.

Di dapur, Yuya berusaha mengingat-ingat resep makanan yang akan ia buat. Sesuatu yang sejenak harus mampu mengalihkan perhatian Elea. Lalu sekonyong-konyong ia mendapatkan sebuah ide. Yaitu, membuat Dandelion Flower Syrup.

Seperti biasa ia mengambil buku jurnalnya dan mulai menuliskan sebuah resep kunjungan.

13 Juni,

Hari minggu yang cerah. Wanita itu datang lagi ke cafe. Dia menuntut alasan dari perbuatan Y dan K. Tetapi Y dan K tidak bisa menceritakannya. Mungkin wanita itu juga bingung.

Y curiga, sepertinya wanita itu tahu bahwa tidak semua orang bisa melihat bunga Naphel. Makanya, ia bersikeras  menuntut sebuah jawaban pada Y dan K.

Lamun, Y berencana membuat Dandelion Flower Syrup untuk tamu tidak di undang tersebut.

Dandelion Flower Syrup

Resep :

3 cangkir air masak

2 cangkir bunga dandelion yang di rendam dalam air bulan

2 1/2 cangkir gula organik murni

1/2 cangkir madu murni

Setengah perasan air lemon

Sejumput kayu manis 

3 tetes fajar pertama.

1 bongkah kecil es batu dari daratan Fairywinter

Cara Pembuatan:

1. Siapkan alat dan bahan

2. Siapkan mug jar ukuran sedang.

3. Dicampurkan semua bahan menjadi satu (kecuali bongkahan es batu). Aduk hingga rata. Hingga terdengar bunyi mendesis atau meletup. 

4. Lalu tambahkan es batu Fairywinter hingga embun tercipta pada dinding gelas

5. Dapat disajikan

Note : Bisa digunakan untuk meredam emosi seseorang. Baik disajikan ketika ingin berbicara pada orang sukar diajak diskusi

Ketika Yuya telah menyelesaikan resepnya. Ia segera membawanya ke hadapan Elea. Saat Yuya tiba. Wanita itu tampak duduk dalam kepala menunduk lesu. Sedangkan Kavin, Yuya tidak tahu ke mana orang tersebut menghilang.

Semoga saja dia tidak mempermainkan cuaca, Yuya membatin. Sahabatnya itu sulit ditebak. Kesukaannya pada cuaca membuat BMKG kewalahan menghadapi fenomena alam yang selalu berubah-ubah.

"Di mana Kavin?" tanya Yuya langsung. Kening Elea menyergit.

"Kavin? Temanmu itu namanya Kavin?" tanya balik Elea.

"Hm, ya," balas Yuya singkat.

"Dan siapa nama lo?

"Yuya lah."

Upss, Yuya keceplosan mengatakan identitas mereka.

_________//////____

bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status