Satu pukulan itu pada akhirnya menjadi awal mula perkelahian yang terjadi antara Sbastian dan Jack. Dokter berhati dingin itu tak tentu saja tidak akan tinggal diam saat kakak iparnya memukul wajahnya yang tampan.
Suasana pesta pernikahan yang ceria dan penuh kebahagian itu berubah menjadi arena perkelahian antara kakak dan adik ipar. Para tamu berseru histeris melihat perkalihan itu. Air mata Evelyn semakin mengalir deras. Ia berteriak agar suami dan adiknya itu menghentikan pertengkaran bodoh mereka, tetapi kedua pria perkasa itu telah dikuasai amarah sehingga tidak lagi bisa mengendalikan diri.
Carla ikut berteriak pada kedua pria yang sedang bertengkar di hadapannya itu. Gadis bermata abu-abu itu berusaha melerai pertengkaran keduanya, ia juga meneriaki beberapa tamu yang hanya menyaksikkan perkelahian itu untuk berusaha memisahkan keduanya.
Beberapa tamu pria akhirnya maju dan berusaha untuk memisahkan Jack dan Sbastian, namun tenaga kedua saudara ipar itu
Sbastian membaringkan Carla di tempat tidur yang ada di ruangan itu. Saat pertama kali masuk ke sana, Sbastian merasa terkejut karen ternyata di mansion mewah sang kakek terdapat ruangan medis yang dilengkapi denagn berbagai peralatan medis. Ia tidak tahu bahwa selama ini sang kakek masih senang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan medis.Di ruangan itu, Sbastian mulai mengobati Carla. Evelyn duduk di di sofa ruangan bersama sang suami. Ia mengobati luka-luka suaminya itu dengan air mata yang masih mengalir. Ia tak menyangka bahwa pernikahannya yang harusnya menjadi hari bahagia untuknya berubah menjadi tragedi yang menyedihkan. Tidak hanya melukai sang suami tetapi juga melukai sang sahabat.“Aku tidak menyangka kau memiliki alat-alat medis yang cukup lengkap di mansion ini,” ucap Sbastian dengan dingin.“Aku mencintai dunia medis. Ini adalah alat-alat yang aku beli sendiri dengan uangku. Aku menyimpan ini sebenarnya untuk dirimu. Saat
“Berhentilah mencemaskan orang lain, pikirkan dirimu sendiri! Kau pingsan selama hampir satu jam,” ucap Sbastian dengan dingin.Carla menatap sinis pada Sbastian, “Aku seperti ini kan karenamu.”Sbastian mendengus kesal, “Itu salahmu karena mencoba untuk memisahkan perkelahian kau pria,” Sbastian berusaha menutupi rasa bersalahnya.“Aku tidak bisa hanya diam saja saat ada perkelahian yang terjadi di depan matak kepalaku,” ucap Carla sambil mengerucutkan bibirnya.Sbastian tak lagi menanggapi ocehan gadis bermata abu-abu itu. Si pria bermata hijau itu kini duduk di atas tempat tidur yang ditempati oleh Carla, lalu ia menutup kedua telinga gadis itu dengan tangannya, “Apa kau merasakan dengung di telingamu?” tanya Sbastian sambil menatap lamat-lamat mata indah gadis itu. Carla menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.Sbastian pun menarik kembali tangannya, “Apa kau merasa mual?&r
Sbastian keluar dari tempat perawatan Carla. Ia akan mengisi teko air putih yang telah kosong sekaligus mengembalikan peralatan makanan bekas makan malam dirinya dan Carla. Saat itu, ketika dokter berhati dingin itu pergi menuju dapur, sesuatu mengejutkannya. Di ruang makan yang letaknnya tepat berada di depan dapur ia melihat sosok perempuan yang begitu ia benci selama lima belas tahun terakhir. Seseorang yang menjadikan sikap hangatnya menghilang digantikan sikap dingin. Sosok perempuan dengan potongan rambut bob pendek berwarna cokelat itu menatap Sbastian dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa sakit yang Sbastian rasakan di ulu hatinya. Rasa terkejut yang menyerang dirinya membuat pria bermata hijau itu menjatuhkan teko dan peralatan makan yang ada di tangannya. Semua orang yang ada di ruang makan terkejut dengan bunyi alat-alat yang jatuh itu. Mereka semua mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Para penghuni ruang makan itu merasa terkejut melihat so
Sbastian, Kakek Tom, Evelyn, dan perempuan berambut bob pendek itu kini telah berada di ruang kerja Kakek Tom yang berada di sebelah kanan pintu utama mansion mewah Kakek Tom. Mereka duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruang kerja Kakek tua itu. Jack menunggu di luar ruangan dan Suster Jane pergi ke tempat Carla dirawat karena suster separuh baya itu tidak tega meninggalkan Carla sendirian.Sbastian nampak tak senang. Wajahnya menegang. Sorot matanya tajam. Ia tidak menyukai perkumpulan keluarga yang begitu menyebalkan itu.“Kalian tadi bersikeras mengajakku untuk berbicara, sekarang kita di sini, kenapa tidak segera mengatakan apa yang ingin kalian katakan?” Sbastian membuka pembicaraan dengan nada dingin dan wajah kesal.Kakek Tom mengetuk-ngetukkan tongkat kayu yang ada di tangannya, pria tua itu terlihat sedang berpikir, memilih kalimat terbaik untuk memulai pembicaraan malam itu.“Ada hal yang tidak kau ketahui tentang ay
Kakek Tom menatap Sbastian dengan tatap penuh keseriusan. Ia tahu bahwa kebenaran besar itu sangat mengejutkan cucu laki-lakinya itu, “Kami tida berbicara tentang omong kosong. Kami mengatakan yang sebenarnya. Kau boleh menyangkalnya, tapi semua yang baru saja kau dengar adalah kebenaran Sbastian,” ucap Kakek Tom dengan suara yang lebih lembut.“Jika ini benar, lalu kenapa selama ini kalian merahasiakannya? Kenapa kalian baru mengatakannya sekarang?” Sbastian menuntut penjelasan.“Kau selalu menganggap ayahmu adalah pahlawan. Kau selalu menggambarkannya sebagai sosok yang sempurna. Kau selalu membanggakannya. Aku tidak heran karena kau memang sangat dekat dengannya, dia sangat menyayangimu, melebihi kasih sayangnya pada Evelyn,” Jenifer menatap putrinya yang duduk di sampingnya dengan tatapan sendu.Kenangan-kenangan Sbastian bersama sang ayah berkelebatan dalam otaknya. Ia ingat betapa sering ia habiskan waktu bersama sang ay
Pernikahan meriah dan megah pada akhrinya terjadi. Jenifer sangat bahagi akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Saat itu ia yakin bahwa kini Harry akan menjadi miliknya untuk selamanya. Tanpa disadari, Harry pun menikamti pernikahannya, meski ia kesal dan belum sepenuhnya menerima pernikahan itu. Tetapi sorak gembira para tamu dan tatapan-tatapan penuh kekaguman yang diberikan para tamu kepanya membuat Harry bahagi dan merasa puas.Setelah pernikahan megah nan meriah itu, Harry dan Jenifer memutuskan untuk tinggal sendiri mansion hadiah dari Tom Smith. Rumah tangga mereka tidak berjalan dengan baik. Hal itu karena ada bagian dalam diri Harry yang masih belum menerima pernikahannya.Namun, Jenifer tidak pernah menyerah untuk membangkitkan kembali bara cinta di hati Harry. Ia berupaya semaksimal mungkin agar Harry bisa mencintainya seperti dulu lagi. Ia selalu menyiapkan kejutan-kejutan kecil yang romantis agar membangkitkan gairah cinta dalam diri sang suam
Tom Smith membawa menantunya pulang ke London. Ia menyayangkan tindakan Jenifer yang diam saja terhadap perselingkuhan sang suami. Jenifer mengatakn bhawa dia tidak memiliki pilihan lain karena jika dia tidak meneriam kehadiran perempuan itu dalam hidup Harry maka Harry akan menceraikannya.Jenifer tidak bisa kehilangan sang suami yang masih sangat dicintainya. Dia juga tidak bisa membiarka putrinya hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Ia ingin memberikan kehidupan yang sempurna untuk putri cantiknya.Jenifer memohon kepada sang ayah mertua untuk tidak memperpanjang masalah itu. Ia khawatir jika Tom Smith terus mendesak Harry untuk meninggalkan perempuan itu maka mungkin Harry yang akan meninggalkannya. Jenifer tidak mau itu terjadi.Awalnya, Tom Smith menolak permintaan sang menantu yang sangat disayanginya itu, tetapi Jenifer terus memohon padanya dengan derai air mata keputasaan. Hal itu menyebabkan Tom Smith tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan s
Sbastian menatap kosong Kakek dan ibu tirinya. Kisah yang baru didengarnay itu begitu sulit untuk ia pahami. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Semuanya terasa begitu sulit untuk dicerna dalam sekali waktu.“Berapa lama kalian menyusun cerita bohong ini?” ucap Sbastian dengan suaranya yang terdengar frustasi.“Aku tahu kau pasti sudah tahu bahwa ini bukan kebohongan. Kau hanya berusaha melindungi kenangan sempurnamu bersama ayahmu ,” Kakek Tom menatap iba pada cucu laki-lakinya.“Sekarang kau tahu bukan alasan ayahmu selalu mengajakmu pergi ke mansion Whitstable?” Jenifer kali ini yang berbicara.“Menghabiskan waktu musim panas untuk urusan para pria,” gumam Sbastian diiringi senyum getir.“Untuk mengenang ibu kandungmu. Dia masih mencintai Anne sampai bertahun-tahun setelah kepergiannya,” ada kesedihan dalam suara Jenifer.“Kenapa kalian sekarang memilih untuk menceritak