Sierra menutup mulutnya saking tidak percaya. Altair menyukai sahabatnya yang lain? Mengetahui Ravi akan segera bertunangan memang membuat Vanilla melajang.
Tak ia sangka bahwa pria yang berjanji menunggunya tersebut ternyata lebih memilih berpacaran dengan sahabatnya.
“J-jangan bercanda!”
Mendengarnya saja membuat Sierra menjadi kelu. Ia bahkan ingin menangis sekarang juga. Kemana pria yang selalu bersedia di sampingnya itu? Ternyata selama ini Sierra gagal memahami Altair.
“Semua yang kamu inginkan, tidak selalu bisa kamu dapatkan,” ujar Altair.
Kalimat yang dilontarkan itu berkali-kali menampar Sierra. Ia kini sangat menyesal atas apa yang dilakukannya kepada Altair. Ia baru menyadari bahwa Altair tidak menyukai keputusan konyolnya itu.
Altair pun tiba-tiba memeluk Sierra.
“Jadi, sekarang kamu ingin bagaimana?”
***
Avery mencari Sierra yang telah lama tid
Vanilla telah memutuskan untuk pergi ke toko kue pada sebuah mall. Hal ini dilakukan demi menghapus kesedihannya. Cukup sekali naik bus, ia akan sampai ke tempat sana. Vanilla akan melakukan selfing-time kali ini.Saat menunggu bus, Vanilla bahkan menahan air matanya. Ia sangat sedih jika dirinya mengingat Ravi. Adakah pria yang serupa dengannya? Jika ada, Vanilla akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Hal itu akan ia lakukan asal pria itu tidak bertunangan dengan gadis lain.Memikirkan kejadian kemarin juga seperti tidak pernah terjadi. Pada saat itu, Ravi sering kali memeluknya. Hal itu… sepertinya tidak akan pernah terjadi lagi, ya?Kesedihan yang Vanilla alami semakin berlarut setelah lagu ballad diputar. Hati Vanilla semakin sesak saat menaiki bus. Bolehkah ia pindah sekolah juga seperti Avery? Tidak. Orang tuanya akan berpikir yang tidak-tidak, jika ia meminta dipindahkan seperti itu.Di mall, Vanilla menyempatkan
Hari ini adalah hari yang spesial bagi Cerise. Akhirnya, ia dan kekasihnya itu resmi bertunangan. Hari ini bersamaan dengan perayaan akuisisi sebuah perusahaan pada perusahaan besar. Kalimat janji yang diutarakan keduanya itu menjadi pesta megah keluarganya.Cerise sangat cantik mengenakan gaun brokat berwarna pink. Disampingnya, terdapat sang kekasih dari keluarga Nam mengenakan tuxedo pink yang juga menghiasi wajah tampannya.***Di kamarnya, Vanilla lagi-lagi merutuki dirinya sendiri. Ia masih tidak puas dengan selfing-timenya kemarin. Slice cake yang ia beli berakhir sangat mengenaskan. Ia berpikir kemana lagi ia harus pergi agar dirinya puas.Hal ini harus ia lakukan demi melupakan mantan kekasih dan masalah-masalah lain yang mengganggu pikirannya..***Vanilla kini pergi ke taman bermain. Ia berniat hanya berduduk-duduk sambil menikmati angin sejuk. Di sana para keluarga biasanya
Vanilla hanya berusaha berdiri tanpa pedulikan tawaran pria itu. Ia pun langsung berjalan tanpa meninggalkan sepatah kata apapun. Pria yang dilaluinya itu cukup terkejut dengan apa yang dilakukannya.“Hmm, menarik,” ucap pria itu.***Jujur, berjalan menggunakan kruk sangat menyulitkan. Vanilla berkali-kali terjatuh karena ia harus menopang tubuhnya. Ia sungguh tidak kuat. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk hubungi orang tuanya.Orang tuanya buru-buru pergi ke rumah susun itu. Mendengar panggilan Vanilla, mereka langsung meninggalkan pekerjaannya. Mereka sangat panik mengingat anak satu-satunya sedang terluka. Setelah sampai, mereka pun segera memberangkatkan Vanilla ke dokter spesialis.“Luka ini akan cepat sembuh, jika imun tubuh anak ini bagus,” ucap dokter ahli itu. Ucapan itu baru membuat orang tua Vanilla lega.“Kami mempercayakan semuanya kepadamu, Dok,” ucap ibu Van
Saat ini, Vanilla masih terduduk diam. Ia menenggelamkan kepalanya untuk memeluk tubuhnya sendiri. Hidup yang ia jalani, kini benar-benar hanya sendirian.Vanilla tidak mengerti. Mengapa hidup ini selalu tidak berada di pihaknya? Mengapa hidupnya menjadi hancur seperti ini? Apakah ia melakukan suatu kesalahan?***Vanilla melihat foto kedua orang tuanya. Ia kini berusaha untuk tetap berpikir jernih. Syukurnya, hutang-hutang itu lunas setelah aset perusahaan berhasil dijual. Namun, perusahaan orang tuanya semua hancur.Semua karyawan mengundurkan diri. Mereka memilih untuk pergi, demi mencari pekerjaan yang lebih menjamin. Mereka melakukan lakukan itu tentu saja demi kelangsungan hidup mereka. Mendengar kabar itu, Vanilla berusaha untuk tidak memikirkannya.“Ayah, Ibu… Aku akan bertahan demi kalian...”Arpina pun datang memeluk Vanilla. Tamu-tamu yang hadir tampak sungkan. Mereka merasa tidak ena
Di ruang guru, ibu Lim mati-matian menuduh Vanilla. Ibu Lim mengaku banyak hal yang harus ia kerjakan dan berharap kasus ini cepat selesai. Ia yakin bahwa siswa yang membuat citra sekolah turun ini adalah pelakunya.“Cepat mengaku saja, Vanilla Kim. Berhenti membuat berita yang aneh tentang sekolah ini!” tuturnya sambil memukul-mukul meja dengan penggaris.“Aku tidak melakukannya, Ssaem,” ucap Vanilla. Ia cukup sedih mengetahui sekolahnya terkena imbas atas kasus kematian orang tuanya. Kejadian tersebut menimbulkan hoaks dengan tidak terkendali.Televisi nasional ada yang memberitakan kedua pendiri itu melakukan korupsi dan bunuh diri untuk menutup jejak. Sejumlah oknum memanfaatkan itu dengan mengaku kehilangan uang atas proyek yang sedang dijalankan.Valerie melihat Vanilla tidak tega. Ia juga tidak mengetahui kejadian apa yang sesungguhnya menimpa Vanilla. Namun, untuk merelakan uang OSIS untuknya tentu memberatkan dirinya juga.
Vanilla akhirnya membuka matanya. Ia merasakan segar pada bagian matanya, namun sangat lemas pada bagian tubuhnya. Dengan melihat sekitar, ia sangat menyadari bahwa ini rumah sakit.Lengannya yang diberi infus menjadi bukti kuat bahwa ia jatuh pingsan dan dikirim ke rumah sakit. Vanilla kebingungan saat membaca kertas yang menempel pada infusnya. Di sana tertuliskan bahwa infus ini telah diberikan tiga hari lalu.Apa ia tertidur selama tiga hari? Benar-benar tiga hari penuh? Vanilla hanya bisa membeku. Ia tidak ada energi untuk memencak-mencak dan hanya bisa meratapi dalam diam.Ia melihat sekitar satu kali lagi. Ia menemukan ponselnya di sana. Tangan yang penuh infus itu berusaha untuk menggapai. Ponselnya pun tidak bisa dihidupkan mengingat ponsel itu sepertinya kehabisan baterai. Ia lagi-lagi hanya bisa menghela napas.Melihat meja di sebelah kanan, Vanilla baru menyadari terdapat kalender digital. Awalnya ia tidak percaya karena kalender itu menunjukk
Vanilla hanya memiliki satu tujuan. Hal itu adalah membayar uang semesteran sekolahnya. Semuanya ia mulai dari nol. Cukup berbeda, kali ini bukan kerja sambilan yang ia lakukan. Dengan menyewakan kamar kosnya, kini ia akan mendapatkan uang.Vanilla meminta izin untuk berhenti dari tempat kerjanya. Ini dilakukannya karena takut pria berbaju hitam itu berkunjung lagi. Tak hanya itu, tubuhnya juga meronta-ronta untuk diistirahatkan.Di hari ketiga ini, pria yang menyewa kamarnya tersebut masih mengirimkan uang ke ATMnya. Vanilla pun cukup tenang karena masih ada pemasukan ke rekeningnya. Ia tidak menghitung berapa uang yang akan terkumpul dengan menyewakan kos.Mungkin saja pria itu berhenti menyewa. Ia akan kembali mempromosikan kamarnya ke banyak grup, untuk mendapatkan orang yang ingin menyewa. Sejauh ini hanya itulah yang bisa Vanilla perbuat.Tidurnya di minimarket pun ternyata tak menimbulkan masalah. Pekerja di sana sama sekali tidak menegurnya. Mungk
Seperjalanan pulang, wajah Vanilla terus terngiang-ngiang di otaknya. Wajah itu menunjukkan muka sedih. Wajah yang semakin tirus itu terlihat menyembunyikan rahasia yang besar. Bagaimana kabarmu, Vanilla? Apa kau baik-baik saja sekarang? ucap Ravi dalam hati yang terus mencemaskannya.Ketidakhadiran Vanilla di sekolah pun masih menjadi misteri. Benarkah ia membolos demi menghindar dari perkataan-perkataan jahat itu? Mengapa kini kau sering bolos sekolah? Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar-putar di otaknya.Ini tidak bisa dibiarkan. Tunggu. Ia keluar untuk membelikan Cerise buah persik. Ia akan segera memberikannya, lalu ia akan segera ke rumah susun itu demi bertemu Vanilla.Ravi pun langsung mempercepat gerak langkahnya. Benaknya hanya memikirkan Vanilla, Vanilla, dan Vanilla. Mungkin Cerise akan marah, jika ia mengetahui ini. Untuk kali ini saja, Ravi akan kembali bertemu dengan Vanilla. Ia berjanji ini terakhir kalinya ia bertemu, dem