Share

Bab8: Mata Itu

Rasa kesal masih menguasai Lara walau dia sudah berada cukup jauh dari Tobias, dia kesal pada lelaki remaja itu yang tidak pernah menurut padanya dan selalu mengatakan hal yang sama berulang-ulang, soal semacam ketua dalam tim atau memerintah. Lara selalu benci di saat ada orang sombong di dekatnya.

Namun Lara pun tidak mempungkiri dirinya hampir membuat kesalahan tadi, sebab rasa penasarannya Lara nyaris membiarkan Reva dalam masalah, dan dia bersyukur juga Tobias berhasil menyelamatkan buruan mereka.

Untuk mengusir rasa kesalnya Lara menyumbat kedua telinga dengan headset dan mendengarkan sebuah rancangan gelang yang dapat membuat penggunanya seperti memiliki kemampuan telekinetik, benda itu memanfaatkan sederet sensor electromyographic (EMG) untuk mendeteksi aktivitas elektrik pada otot-otot di pergelangan tangan. Digabungkan dengan gyroscopeaccelerometer dan magnetometer, gelang itu sanggup menerjemahkan informasi tersebut menjadi gesture tangan yang beragam untuk mengontrol berbagai perangkat. Sontak hal tersebut menimbuhkan ide di kepala Lara untuk membuat alat yang lebih canggih, kini gadis ini merasa tenang dalam emosinya.

Dengan santai Lara berbelok ke kiri di sebuah persimpangan jalan menuju rumahnya, keadaan yang hanya ada satu dua pengendara kendaraan yang melintas membuat suasana menjadi sepi, dan malam yang melarut menyajikan udara lebih dingin, gadis ini mempercepat langkah mencapai rumah untuk segera menghalau dingin hingga tanpa sengaja bahunya menubruk seseorang.

Lara menoleh, begitu pula orang itu, pandangan mereka hanya bertemu sekilas dan orang itu kembali berjalan lurus ke depan, tapi tidak dengan Lara. Dia terpaku di tempatnya dengan wajah sedikit memucat setelah bertemu pandang dengan pria tadi.

Mata itu, Lara seperti pernah melihatnya, dua mata berwarna hijau zambrut tersebut membawa firasat buruk di hati gadis ini, sedetik kemudian ia kembali melangkah menuju ke rumahnya dengan langkah cepat, bahkan dia memutuskan untuk berlari dan mengabaikan tatapan heran tiap orang yang dia lewati.

Begitu sampai di rumahnya, anak ini langsung menerobos ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu lebih dulu dan berjalan cepat ke kamarnya.

“Lara, Ibu sudah masakkan...” Ucapan Ibu terhenti ketika melihat anaknya tampak terburu-buru bahkan sampai tak menghiraukan panggilannya.

Bukan maksud Lara ingin menyakiti hati Ibunya, namun sejak bertubrukan dengan pria asing tadi ia tidak bisa tak mengacuhkan firasat buruk yang tetiba datang dan mengacaukan pikirannya. Lara berniat mencari tahu soal orang asing tersebut di tempat kerjanya, tempat di mana gadis ini bisa menemukan database apapun tentang dunia.

Jalan menuju kantornya dan kantor itu sendiri tersembunyi dari dunia luar, cara agar Lara bisa mencapai tempat itu adalah dengan melalui jalan rahasia di kamarnya. Hal pertama yang Lara lakukan adalah menarik tiga papan penyanggah buku di rak bukunya secara bergantian, sedetik kemudian sebuah lubang akan terbuka tepat di bagian paling bawah rak. Lara harus berjongkok untuk masuk ke lubang dan meniti anak tangga yang akan langsung berpendar ketika ia menginjaknya, anak tangga berjumlah tiga puluh itu mengantar gadis ini ke sebuah ruang bawah tanah tepat di bawah kamarnya.

Lampu menyala otomatis begitu Lara menginjak lantai ruangan, teknologi lampu dinding dengan sensor getar memudahkan Lara agar ia tidak perlu repot mencari saklar lampu, lampu dinding akan langsung hidup begitu sensor getar menangkap getaran dari gesekan langkah kaki seseorang di permukaan lantai. Dan lampu dinding tersebut menyajikan sebuah ruangan yang penuh dengan ceceran barang elektronik ke mata penghuninya, menjadikan tempat itu lebih terlihat seperti kapal pecah dibading ruang kerja idaman.

Sebuah layar plasma dengan panjang lima meter dan tinggi tujuh meter menggantung di salah satu dinding ruangan, sebuah meja dipenuhi panel-panel berada tepat di depan layar plasma. Tampak pada layar ruangan-ruangan di rumah Reva yang sengaja Lara pasangi kamera tersembunyi, gadis ini melihat kegiatan orang yang diintainya sedang sibuk dengan bahan-bahan kue yang sudah dibeli sebelumnya.

Lara memperhatikan tangkapan kamera itu sejenak dan mulai mengoperasikan layar tersebut untuk hal lain, hal pertama yang dia lakukan adalah mencari tahu identitas seorang pria dengan mata hijau zambrud. Tak banyak hasil yang ditemukan, dan rata-rata data yang tertampilkan menunjukan bahwa pria-pria itu bekerja sebagai selebriti, namun Lara yakin pria yang ditemuinya di jalan sama sekali tidak berprofesi demikian, ada satu rasa mencekam terpancar jelas dari mata itu.

Akhirnya Lara hanyut dalam pikirannya sendiri, mencoba menggali ingatan terdalamnya, dengan berusaha keras ia putar lagi masa-masa kelam masa kecil dulu, meski tersiksa ia yakin pernah bertemu dengan mata itu di saat-saat tersebut.

“Agen!”

Suara yang tetiba itu mengejutkan Lara, bahkan sampai membuat dadanya nyeri, segera ia tepis perasaan itu ketika melihat siapa yang memanggilnya.

“Apa yang sedang kau pikirkan, heh? Sampai membuatmu melamun seperti itu,” orang dalam layar kembali bersuara, wajah sombongnya menatap agen di depan layar dengan tatapan merendahkan. “Apa kau sudah memiliki kekasih di sana,  dan kau sedang mengingat malam pertama kalian?”

“Tidak,” Lara membalas dengan tak acuh, menunjukkan keangkuhan yang sama dengan pria itu. “Apa ada tugas baru untuk kami?”

“Hmm, justru sebaliknya. Sang Pemimpin yang tidak sabar ingin kalian mengentikan misi, dia sudah menyuruh orang lain untuk melanjutkan tugas ini.”

“Hei, tidak bisa begitu! Aku yang sudah bersusah payah mencari tergetnya, kau tidak bisa memecatku begitu saja, Jendral!”

“Bukan aku yang berwenang atas perintah itu, jadi kau simpan saja tenagamu untuk pekerjaan lain dan jangan membentakku!”

Gigi Lara bergemeletuk saking geramnya, tak habis pikir olehnya bahwa ada saja orang yang sembarangan menyerobot pekerjaannya, tatapan tajam ia layangkan pada Jendral di dalam layar itu.

“Siapa orang itu?” Rasa tak terima menggebu-gebu dalam diri Lara kini, bahkan tangannya sampai terluka sebab mengepal terlalu kuat.

“Yang kutahu, orang itu adalah seorang pembunuh bayaran...”

Nada yang menggantung itu menimbulkan suasana tegang, Lara menunggu dan Jendral melanjutkan dengan bisikan.

“God Slayer.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status