Bab 7
Michelle begitu sibuk menikmati sentuhan Rudi hingga tidak memperdulikan handphonenya.
“Tidak mau dilihat dulu siapa?“ goda Rudi. Dengan tegas Micheal menggeleng sambil tersenyum. Ia melanjutkan pertualangannya dengan bibir dan tubuh tunangannya itu. Rudi mengerang dan bersiap mencumbu Michelle. Michelle tertawa senang melihat Rudi sangat menginginkannya sama seperti dirinya yang menginginkan Rudi. Handphonenya berbunyi lagi. Rudi tertawa menggoda dibibir Michelle.“Males,“ kata Michelle tidak beranjak dari posisinya semula masih meneruskan penjelajahannya pada tubuh Rudi.
Rudi mengerang dan mendamba Michelle. Handphonenya berbunyi lagi. Pupus sudah mood Michelle untuk bercinta dengan Rudi! Ia menghela napas kesal.Rudi mencoba membujuknya lagi tapi gagal lalu tertawa melihat kekesalan yang dirasakan Michelle.
Dengan malas-malasan Michelle meraih handphonenya. Ia melihat nomor pribadi yang tidak dikenalnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjawab panggilan itu dengan perasaan kesal. “Halo, siapa ini!?“ ucapnya dengan kasar. Michelle tidak pernah memberikan nomor pribadinya kepada sembarang orang yang tidak dikenal. “Ke sini sekarang juga!“ suara Jason terdengar panik. Dahi Michelle mengerut mencoba mengingat.“Aku sedang sibuk.“
Michelle menutup pembicaraan. Sambil mengingat-ingat suara siapa yang barusan meneleponnya.
“Siapa?“ tanya Rudi sambil mengecup bagian belakang telinga Michelle. Menggoda Michelle. “Cowok baru,” kata Michelle dengan santai. Tubuh Rudi menegang. Michelle tertawa menanggapi kecemburuan Rudi. Rudi mendengus lega sambil meraih tubuh Michelle sambil memeluknya dengan gemas. “Kenapa cemburu yah!?“ pancing Michelle sambil memekik geli. “Oh, begitu yah? Sudah mulai berani yah?“ balas Rudi menciumi leher Michelle. Michelle tergelak geli dan berusaha menghindar. Rudi berhasil menyulut kembali hasrat Michelle untuk bercinta dengannya. Michelle mengerang dan menginginkan Rudi. Tangannya terulur meraih kepala Rudi. Lagi-lagi handphonenya berbunyi lagi! Ia menggumpat kesal. Harusnya tadi dia mematikan handphone dulu, katanya dengan kesal. Ia melihat nomer yang sama memanggilnya. Jason! Michelle menghela napas kesal lalu mengangkat teleponnya dengan malas. “Jason, tolong jangan sekarang yah, aku lagi kangen-kangenan sama tunanganku yang baru saja pulang. Jadi sepenting apapun urusanmu, pasti bisa ditunda 'kan…?“ pinta Michelle dengan polos dan frustrasi, ia berharap Jason tidak mengganggunya lagi. Rudi menggodanya di sebelahnya. Michelle tersenyum memberi kode kepada Rudi untuk menunggunya. Michelle merasa sakit kepala dan Rudi menunggu dengan sabar. Hening dan lama sekali tidak terdengar tanggapan dari Jason. Michelle menatap handphonenya sebentar untuk lebih memastikan. “Oh, kalau begitu selamat bersenang-senang deh!“ kata Jason dengan sinis dan langsung menutup teleponnya. “Ih, apaan sih nih orang?!“ gumam Michelle sambil menatap handphonenya.Nggak sopan banget! tambahnya dalam hati.
Setelah berpikir sesaat akhirnya ia penasaran juga dan memutuskan untuk mencari tahu. Tidak mungkin Jason menghubunginya untuk sekedar berbasa basi! Michelle semakin penasaran memikirkan sikap Jason tadi. Lagipula ia merasa moodnya untuk bermesraan dengan Rudi sudah kacau balau. Ia duduk dari posisinya semula lalu memutuskan untuk menghubungi Jason dan mencari tahu. Rudi bertanya dengan kode.“Ada apa?“ dan memutuskan untuk ikutan duduk.
Michelle memberi isyarat untuk menunggu. “Ada apa?“ tanya Michelle langsung tanpa basa basi. “Jojo …!“ Jason berkata dengan ragu. “Jojo?“Michelle berpikir sejenak. Memorinya mulai kembali. Dan dia merasa panik.
“Jojo?! Jojo kenapa?! Ada apa dengan dia? Dia nggak apa-apa 'kan!?“
Michelle sangat menyesal kenapa tidak segera mengindahkan panggilan Jason sebelumnya.
“Dia menangis dari tadi. Aku sudah berusaha membujuknya. Aku bingung harus bagaimana? Tapi sebaiknya kau tidak usah perduli. Silahkan lanjutkan saja acaramu itu.“Jason berkata dengan nada sinis.
“Selamat bersenang-senang…,“ kata Jason dengan frustrasi dan mau berniat menutup teleponnya.
“Jason!“ teriak Michelle sambil memastikan Jason belum menutup teleponnya.“… sudah diberi susu?“ tanya Michelle.
Rudi penasaran dengan pembicaraan Michelle dan mengubah posisinya. “Aku tidak tahu bagaimana caranya! Aku sudah mencoba untuk memberi dia susu cair tapi dia menolak terus, aku bingung!“ jawab Jason masih sibuk menenangkan Jojo. Michelle bisa mendengar suara tangis Jojo melalui handphonenya. Ia memejamkan matanya dengan sedih. Michelle menghela napas tertahan. Yah apa sih yang bisa dilakukan seorang bujangan yang bisanya hanya menaklukan hati wanita, gerutunya dalam hati. “Dia sudah 2 jam menangis tanpa henti, wajahnya kini tampak membiru apakah aku harus membawanya ke dokter?“ sambung Jason berkata dengan suara ragu. “Oh, my God! Aku kesana sekarang!“ kata Michelle langsung menutup teleponnya dengan panik. Ia bergegas mengganti pakaian dan mengambil kunci mobilnya. “Nanti aku ceritain, oke!“Michelle berkata sambil mencium bibir Rudi sekilas lalu dengan terburu-buru menuruni anak tangga.
Rudi mengurungkan niatnya untuk bertanya dan membiarkan Michelle pergi.Bab 8 Jason sudah menunggunya di pintu depan sambil memeluk Jojo. Michelle langsung buru-buru turun dan mengambil Jojo dari tangan Jason. Dan tanpa basa basi, ia langsung masuk ke dalam rumah Jason. Dia mengelus kepalanya yang sakit! Pantas saja Jojo menangis. Popoknya basah lengkap dengan kotoran. Dan yang pasti ia kelaparan. Michelle melotot ke arah Jason. “Apa?! Apa?! Apa yang salah!?“ tanya Jason tidak mengerti. “Dasar otak udang! Kenapa dari tadi baju dan popoknya tidak ditukar!“ teriaknya tertahan. Mencoba untuk tidak mengagetkan Jojo. Ia mencoba tersenyum kepada Jojo. Ajaibnya Jojo sudah tenang. Rupanya ia tahu bahwa bala bantuan sudah datang. “Aku takut,“ jawab Jason lemas. Ia terduduk sambil memperhatikan Michelle membuka baju dan popok Jojo. “Takut apa sih!?“ Michelle merasa jengkel. “Kalau kau tidak rela harus meninggalkan pacarmu itu dengan datang kemari, lebih baik kau tidak usah perdu
Bab 9 Rudi membuat kopi untuk dirinya sendiri. Sudah 2 jam, Michelle pergi dan belum memberinya kabar ataupun pulang ke rumah. Ia mulai merasa bosan berada sendirian dirumah tanpa Michelle. Sudah puluhan chanel tv diganti-ganti namun tidak membuat hatinya tenang. Malahan dia merasa gelisah karena menantikan kepulangan Michelle. Tubuhnya letih tapi pikirannya tidak bisa istirahat memikirkan Michelle. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Michelle saat ini? Jika saja Michelle membawa hand phonenya maka ia tidak akan merasa cemas dan penasaran seperti ini. Rudi menepuk dahinya. 'Tentu saja! Betapa bodohnya dia!' katanya pada dirinya sendiri lalu mengambil handphone Michelle dan melihat daftar panggilan masuk dan menelepon nomor terakhir dalam daftar. Dia menunggu dengan cemas dan keningnya mengerut saat mendengar suara tawa seorang pria menyambut teleponnya. “Yah-yah-yah lucu sekali! kata Jason sambil tertawa.
Bab 10 Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka. Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason! Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya. “Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar. “Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi. “Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat.
Bab 11 “Sayang, kau tahu, aku merasa tidak nyaman melihatmu bersama Jason,“ kata Rudi setibanya mereka dirumah tanpa basa basi. Michelle menghela napas sebelum menenangkan Rudi. “Sayang aku bukannya bersama Jason tapi aku bersama Jojo,“ kata Michelle sambil tersenyum. “Tapi aku senang kau cemburu. Kau membuat, aku terkejut dengan sikapmu itu. Sebelumnya, kau belum pernah bersikap seperti ini,“ kata Michelle sambil tersenyum manis. “Ini bukan cemburu lagi sayang, tapi hal ini membuatku gila! Bisakah kau tidak memperdulikan Jojo untukku?“ “Sayang, ini masalahnya bukan mau atau tidak, tapi ini masalah seorang bayi. Yah, Tuhan dapatkah kau membayangkannya!? Aku tidak bisa begitu saja tidak memperdulikan Jojo, yang aku tahu pasti sangat membutuhkanku! Bagaimanapun aku merasa bertanggung jawab karena kepad
Bab 12 Pagi harinya, Jason meminta Michelle untuk menjagai Jojo dirumahnya karena ia harus memenuhi jadwal syuting yang sudah ditundanya dari kemarin. Rudi mengerang kesal ketika melihat Michelle berbicara dengan Jason ditelepon. Bujukannya untuk bermesraan ditolaknya dan memilih untuk menyimak kata-kata Jason ditelepon. “Kita bawa saja Jojo kesini!“ kata Rudi memberi saran. “Yah tadi juga aku sudah menyarankan seperti itu tapi membawa Jojo keluar dari rumah Jason akan menjadi pemandangan yang terlalu asyik untuk diexspos ke media, Itu kata Jason. Aku rasa alasannya masuk akal juga,“ kata Michelle sambil memandang Rudi. Berharap Rudi tidak akan marah. “Kau tidak bisa terus-terusan meninggalkan bisnismu,sayang.“ “Aku tahu tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak
Bab 13 “Kita tidak bisa meninggalkan Jojo dan Jason disini, kasihan mereka. Oh ayolah, paling hanya satu atau dua hari sampai Jason sembuh. Aku hanya mengkhawatirkan Jojo. Bagaimanapun juga, Jason tidak bisa mengurusnya mengingat kondisinya saat ini.“ “Kalau begitu kita bawa Jojo saja pulang kerumah!“ “Jason sedang sakit. Bagaimana kalau ada apa-apa dengannya? Tidak ada satu orangpun kerabatnya yang ada dikota ini! Kau tahu, paling dekat saudaranya ada di Jakarta. Tidak mungkin kita memanggil mereka kesini untuk merawat Jason iya ‘kan?“ Rudi hampir gila membayangkan Jason tinggal di rumah Michelle dan juga bersamanya! “Tidak-tidak dan tidak!“ jawab Rudi dengan tegas. Tapi lagi-lagi, Michelle tetap gigih membujuknya. Dia benar-benar tidak tega kalau sampai meninggalkan Jason sendirian dirumahnya.
Bab 14 Michelle segera menyadari kekeliruannya. Ia menyadari, ia sama sekali tidak kebal dengan pesona Jason maka Michelle langsung menjauh dari Jason dan tersenyum kikuk. Jason mengumpat dalam hati saat melihat hal itu!Jason mengira Michelle akan meninggalkannya sendiri tapi ternyata Michelle duduk dipinggir ranjang dekat kakinya dan Michelle membantunya membukakan sepatu! “Kau tidak akan nyaman kalau tidur dengan mengenakan sepatu,“ katanya sambil mencoba tersenyum. Ia merasa tidak enak harus memperhatikan keadaan Jason. Sebagian dari diri Jason, rasanya ingin sekali melompat kearah Michelle dan melumat bibirnya yang merah.Ia ingin sekali menyentuh tubuhnya dan memberi kenikmatan kepada Michelle dan menjadikan Michelle miliknya, hanya miliknya! Michelle akan meninggalkannya sekarang! Jason menggerang pelan.
Bab 15 Tampaknya cukup sulit untuk menemukan wanita yang benar-benar sempurna untuk merawat Jojo! Michelle hampir putus asa dan terduduk lemas disofa Jason. Ia sudah putus asa sampai ia melihat seorang gadis berumur 27 tahun yang menurutnya benar-benar ideal untuk Jojo, namanya Meta. Mata Michelle berbinar-binar.Ia menaruh harapan yang besar kepada Meta. Rudi mengangguk-angguk setuju. Jason tidak merasa senang melihat kenyataan bahwa ia akan segera menemukan pengasuh yang akan segeramerawat Jojo. Michelle memantau semua kegiatan Meta saat mengurus Jojo. Ia memandikan Jojo dengan sempurna. Menyuapi Jojo dengan sabar. Membuat takaran susu dengan benar dan memastikan hangatnya pas dan juga sepertinya, Jojo juga sangat menyukai Meta! &