Bab 14
Michelle segera menyadari kekeliruannya. Ia menyadari, ia sama sekali tidak kebal dengan pesona Jason maka Michelle langsung menjauh dari Jason dan tersenyum kikuk.
Jason mengumpat dalam hati saat melihat hal itu! Jason mengira Michelle akan meninggalkannya sendiri tapi ternyata Michelle duduk dipinggir ranjang dekat kakinya dan Michelle membantunya membukakan sepatu! “Kau tidak akan nyaman kalau tidur dengan mengenakan sepatu,“ katanya sambil mencoba tersenyum. Ia merasa tidak enak harus memperhatikan keadaan Jason. Sebagian dari diri Jason, rasanya ingin sekali melompat kearah Michelle dan melumat bibirnya yang merah. Ia ingin sekali menyentuh tubuhnya dan memberi kenikmatan kepada Michelle dan menjadikan Michelle miliknya, hanya miliknya! Michelle akan meninggalkannya sekarang! Jason menggerang pelan.Bab 15 Tampaknya cukup sulit untuk menemukan wanita yang benar-benar sempurna untuk merawat Jojo! Michelle hampir putus asa dan terduduk lemas disofa Jason. Ia sudah putus asa sampai ia melihat seorang gadis berumur 27 tahun yang menurutnya benar-benar ideal untuk Jojo, namanya Meta. Mata Michelle berbinar-binar.Ia menaruh harapan yang besar kepada Meta. Rudi mengangguk-angguk setuju. Jason tidak merasa senang melihat kenyataan bahwa ia akan segera menemukan pengasuh yang akan segeramerawat Jojo. Michelle memantau semua kegiatan Meta saat mengurus Jojo. Ia memandikan Jojo dengan sempurna. Menyuapi Jojo dengan sabar. Membuat takaran susu dengan benar dan memastikan hangatnya pas dan juga sepertinya, Jojo juga sangat menyukai Meta! &
Bab 16 Begitu sampai dirumah, Michelle tidak banyak berkomentar. Ia langsung mengambil bongkahan es batu dalam kulkas dan sebuah handuk kecil untuk mengompres tangan Rudi yang agak bengkak. Sepanjang perjalanan pulang kerumah, Rudi tidak berkomentar apapun. Dan Michelle pun tidak mau memberi komentar apapun. Ia memperhatikan Rudi mencoba menahan nyeri pada tangannya. Michelle mengompres tangan Rudi. “Aku tidak apa-apa, auw!“ Dinginnya es rupanya menyadarkan Rudi bahwa tangannya bengkak. Michelle geleng-geleng kepala melihat kekeraskepalaan Rudi tapi ia hanya diam tidak mengatakan apapun. “Apa!?“ bentak Rudi saat melihat Michelle. “Kau tahu,“ kata Michelle sambil menghela napas panjang. “…, kau bertingkah seperti anak kecil." Michelle mulai merasa kesal. Ia memban
Bab 17 Setelah kepergian Rudi, Michelle menyibukkan diri mengurus bisnisnya yang sudah agak lama terbengkalai. Bertemu lagi dengan Rudi, membuat hati Michelle sedih ketika harus berpisah lagi. Michelle menghembuskan napasnya sambil menatap gambar dirinya bersama Rudi. Hari ini dia akan bertemu dengan investor yang berniat menanamkan investasi pada usaha penerbitan majalahnya, Wedding News Magazine. Petrus Gregorie Cliff namanya. Dia seorang milioner yang terkenal playboy, dan ganteng juga, Michelle harus akui tapi untungnya tidak cukup mampu menggoda hatinya. Michelle menjadi tenang karenanya. Ia agak terganggu melihat kelakuan Petrus saat ini. Mungkin karena dia sudah terbiasa mendapatkan semua wanita, jadi ia merasa, Michelle mungkin sama seperti wanita l
Bab 18 Michelle menggelar pertemuan dengan seluruh pemegang saham diperusahaannya untuk membahas kemajuan perusahaan dan pencapaian target iklan selanjutnya. Mereka tinggal menunggu satu orang lagi. Dan orang itu adalah pemilik dari empat puluh delapan persen saham perusahaannya. Michelle menunggu dengan tidak sabar. Dia orang yang sangat menghargai waktu! Sudah lewat setengah jam, orang yang mereka tunggu belum juga muncul. Akhirnya ia memutuskan untuk memulai rapat tanpa menunggu lagi. Petrus masuk ke dalam kantor Michelle dengan tenang. Dan suasana dalam kantornya mulai riuh melihat kehadirannya. Michelle menatap Petrus yang sedang tersenyum penuh kemenangan dengan heran. Lalu perlahan mulai bisa menebak, apa yang sedang terjadi sebenarnya. Pengacaranya memperkenalkannya sebagai pemilik dari empat puluh delapan saham Wedding New’s Magazine. Semua orang bertepuk tangan. Kecuali Michelle. “Ada s
Bab 19 Michelle baru sadar, ia tidak tahu dimana rumah Petrus! Dia segera menghubungi pengacaranya dan meminta alamat Petrus darinya. Setelah mendapatkan alamatnya, Michelle langsung bersiap-siap. Ia sengaja tampil maksimal untuk menghormati undangan Petrus, sekaligus ingin meminta maaf atas penilaiannya yang sedikit salah mengenai keseriusan bergabung bersamanya. Michelle harus mengakui rumah Petrus besar, sangat besar dan juga sangat mewah. Mulai dari desain ekteriornya dan interiornya dibuat secara berbeda dari rumah-rumah mewah kebanyakan. Tidak heran karena ia adalah seorang milioner yang pintar, puji Michelle dalam hati. Michelle terkejut saat dipersilahkan masuk ke taman, tempat pesta diadakan. Taman itu sangat indah dan luas. Michelle benar-benar terpukau melihat dekorasi lampu-lampu rintik yang didesain untuk menghias ta
Bab 20 “Maaf, boleh saya menyela dansa anda?“ “Jason, kau disini?!“ Michelle terkejut melihat kehadiran Jason di pesta Petrus. “Kau mengenalnya?“ tanya Petrus dengan nada tidak senang. “Dia temanku. Kami satu kampus dulu.“ “Oh, kebetulan sekali!“ kata Petrus mengejek sambil melirik Jason. Michelle memandang aneh kearah Petrus dan Jason. Mereka seperti… bermusuhan? duga Michelle dengan bingung. “Oke, lebih baik kita istirahat sebentar!“ kata Michelle memutuskan. “Kau tahu, kau mengganggu kesenanganku!“ bisik Petrus kepada Jason. “Yah, dan aku senang melakukannya.“ Jason melangkah menghampiri Michelle lebih dulu.  
Bab 21 Kepalanya agak sakit ketika terbangun dari tidurnya! Ia menguap sambil melirik jam dindingnya. Pantas saja, sudah jam 10 rupanya dan dia kesiangan! Dia cepat-cepat bergegas, mandi dan berpakaian kemudian turun ke showroomnya. “Bu, ada Mr. Clif sedang menunggu dikantor,“ kata asistennya memberitahu saat melihat Michelle turun. Michelle terkekeh sesaat. “Sudah lama dia menunggu?“ tanyanya sambil berbisik. “Sekitar satu jam-an, Bu.“ Michelle mengangguk sambil berusaha menahan senyum gelinya mengingat kejadian tadi malam. “Halo!“ sapa Michelle sambil berusaha untuk tetap tenang. “Halo juga!“ balas Petrus sambil melipat tangannya didada dan tersenyum kepada Michelle. Michelle tersenyum grogi. “What!?“ tanya Michelle pura-pura tidak mengerti. “Bagaimana hasil semalam?“ tanya Petrus mengingatkan. Michelle menjadi salah tingkah. Ia mendehem sebentar. “Well, biasa saja!“
Bab 22 Melihat kondisi Petrus saat ini, hatinya merasa sedih. Petrus tampak sangat mengenaskan. Perban menutupi hampir seluruh tubuhnya. Kaki kanannya diberi penahan dan tergantung dengan bantuan alat. Pelipisnya diperban dan tampak basah dengan darah yang merembes. Michelle merasa sangat prihatin. Ia mendekati Petrus yang tampak sedang tertidur. Dia hanya memandang tidak berani bersuara. Ia takut mengganggu istirahat Petrus. “Aduh, kepalaku!“ erang Petrus tiba-tiba. “Oh, Tuhan! Aku akan segera memanggilkan dokter untukmu,“ kata Michelle dengan panik dan terus-terusan menekan tombol rumah sakit. Tapi anehnya tak satupun dokter atau suster yang muncul sesuai dengan harapannya. Apa mereka tidak tahu, ada pasien gawat yang harus segera ditolong! katanya dengan kesal dalam hati. Menunggu pertolongan yang tidak kunjung datang, Michelle