Share

Bab 2

Tepat pukul tiga pagi Jasmin terbangun melaksanakan sholat yang tertunda, ia pun terus berdoa agar Sang Kholiq tidak mengambil nyawa ibunya. Cairan bening terus mengalir ketika Jasmin berdoa, ia terus memohon agar doanya terkabulkan.

 

Hari ini adalah tepat di hari kelahirannya, dimana siang nanti Jasmin bertemu dengan Rafa. Laki-laki yang sudah lama membuatnya jatuh hati. 

 

Jasmin terus berusaha keras untuk menghafalkan beberapa ayat suci Al-Qur'an yang membuatnya menyandang Hafiz. Jasmin berencana tidak memberi tahukan ibunya kalau dirinya sudah hafal tiga puluh juz, rasa takut kehilangan seorang ibu membuat Jasmin harus berbohong kalau dirinya sudah hafal Al-Qur'an.

 

Hingga Sang Fajar menyapa, Jasmin baru keluar dari dalam kamar. Ia berjalan menuju ruang makan dimana ada ibu dan ayahnya yang sedang menunggu untuk sarapan. Jasmin memeluk ibunya dari belakang.

 

" Ibu... Ibu janji ya, ibu jangan tinggalin Jasmin " Jasmin menahan air matanya, mendengar ucapan Jasmin, Fatimah yang sedang memegang sendok dan piring hendak mengambilkan nasi untuk suaminya pun membalikkan badannya dan meletakkan kembali sendok serta piring di atas meja makan.

 

" Sayang kamu kenapa pagi-pagi sudah drama, sudah siang yuk sarapan " Fatimah menatap lekat kedua bola mata putrinya yang menyimpan kesedihan. Jasmin menggelengkan kepalanya.

 

" Sayang.... Hidup dan mati ada di tangan Allah, sebagai umatnya kita hanya perlu menyiapkan bekal. Sekarang kita sarapan dulu ya, kasian ayah nanti kesiangan " jelas Fatimah dengan lemah lembut

 

" Apa yang di katakan ibumu benar nak, " imbuh Ismail, Jasmin pun menurut ia duduk di sisi ibunya. Mereka sarapan pagi bersama, momen seperti ini adalah kebiasaan yang selalu Jasmin rindukan.

 

 

" Nak .... ada yang ingin ayah sampaikan " ucap Ismail ketika semua sudah selesai sarapan

 

" Sampaikan saja yah ? " Jasmin menatap wajah ayahnya

 

" Sahabat ayah, ingin menjodohkan mu dengan putranya yang baru saja pulang dari Yaman. Bagaimana dengan mu nak.. . Apa kamu setuju ?" tanya ayahnya serius, Fatimah yang sedang membereskan piring kotor pun melihat kearah putrinya.

 

" Yah... Jasmin boleh minta waktu beberapa hari ?" 

 

" Jangan lama-lama nak, ibu jadi nggak sabar dengar jawabannya " sahut Fatimah seraya tersenyum, begitupun dengan Jasmin.

 

" Ibuuuuu.... Kalau memang laki-laki itu pilihan ayah dan ibu, ya... terpaksa Jasmin terima. Tapiii ... Jasmin minta waktu beberapa hari ya yah..." jawab Jasmin mengulang permintaannya 

 

" Iya sayang... Ayah tunggu jawabannya " Ismail mengusap lembut kepala putrinya yang hendak berangkat ke kantor, Jasmin dan Fatimah mengantarkan Ismail ke depan pintu rumahnya. Menjelang bulan puasa membuat Ismail sibuk dengan pekerjaannya. Ayah Jasmin memiliki sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan, semua produk yang dihasilkan bersumber dari buah kurma hasil panen di negeri asal istrinya. Ismail dikenal sebagai CEO yang ramah dan berwibawa. Selepas keberangkatan Ismail, Jasmin dan Fatimah masuk kedalam rumah.

 

" Nak... Pagi ini ibu ada pengajian rutin, kamu di rumah sendiri nggak apa-apa kan ? " tanya Fatimah merangkul bahu putrinya seraya melangkah masuk ke dalam rumah.

 

" Tenang bu, Jasmin kan sudah besar. Oh iya bu, nanti siang Jasmin ingin keluar bersama Hana bu " Jasmin tidak memberitahu ibunya bahwa ia mengajak Hana untuk bertemu dengan Rafa. Orang tua Jasmin melarang keras putrinya untuk berpacaran dan berduaan bertemu dengan lawan jenis tanpa mengajak teman perempuannya.

 

" Iya sayang... Ya sudah ibu mau siap-siap dulu, kalau butuh sesuatu kamu tinggal panggil Bi Ani " Bi Ani adalah salah satu assisten rumah tangga yang membantu Fatimah membersihkan rumah. 

 

" Iya bu " Jasmin melihat kepergian ibunya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar. Jasmin kembali mendudukkan dirinya di ruang makan, dengan tangan yang memainkan gelas berisi air minum. Pandangan lurus memikirkan ucapan ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan seseorang yang belum ia kenal.

 

" Hmmm bagaimana dengan Rafa ?? Kalau aku menolak pilihan ayah, pasti ayah kecewa " batin Jasmin terus bertanya-tanya mencari jalan keluar. Dalam kebingungan Jasmin masuk ke dalam kamarnya untuk melaksanakan sholat Duha di lanjut dengan membaca ayat suci Al-Qur'an.

 

Pukul sebelas siang Jasmin bersiap-siap untuk pergi bertemu Rafa. Seperti perempuan pada umumnya, Jasmin bingung untuk memilih gamis yang akan ia kenakan.

 

" Yang ini... Yang ini atau ini " kedua tangan Jasmin memegang tiga gantungan gamis, hingga akhirnya Jasmin memilih gamis berwarna kuning kunyit.

 

Hari semakin siang, Jasmin pun berpamitan kepada Bi Ani. Jasmin memutuskan untuk mengemudikan mobilnya yang sudah lama tidak terpakai. Jarak rumah Jasmin dan Hana tidaklah jauh, butuh waktu lima belas menit Jasmin sampai di depan rumah Hana.

 

" Tin ... Tin ...Tin... !!! " suara klakson mobil menyadarkan Hana yang memang sedang menunggu kedatangan Jasmin di depan teras rumah.

 

" Assalamualaikum ... Sahabat ku " sapa Hana ketika masuk ke dalam mobil.

 

" Wa'alaikumus Salam ... Hana " Jawab Jasmin seraya memeluk sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu.

 

" Masya Allah tabarakallah, kamu semakin cantik Jasmin " ungkap Hana melihat balutan gamis syar'i yang menempel di tubuh Jasmin, 

 

" Jazakallah khair, kamu juga semakin cantik " jawab Jasmin seraya melajukan mobilnya.

 

" Jadi bagaimana, kamu benar ingin bertemu dengan Rafa ?" tanya Hana, Jasmin mengangguk.

 

" Kalau memang Rafa tetap menjaga hatinya untuk ku, aku akan mengenalkan dia kepada orangtua ku " jawab Jasmin

 

" Semoga jodoh mu dipermudah " doa Hana

 

" Aamiin ..." jawab Jasmin.

 

Didalam perjalan menuju alamat yang dituju mereka saling bertukar cerita. Tanpa terasa Jasmin dan Hana sampai di sebuah rumah makan yang dikirimkan oleh Rafa. Mereka melangkah bersama memasuki rumah makan tersebut. Pandangan Jasmin menyapu seluruh penjuru mencari seseorang yang ia kenal. Tepat dititik dimana Rafa berada ia menarik tangan sahabatnya menuju meja Rafa yang sedang duduk sendiri.

 

" Assalamualaikum " sapa Jasmine hampiri Rafa

 

" Wa'alaikum salam, silahkan duduk " jawab Rafa ramah

 

" Terimakasih " Jasmin dan Hana duduk bersebelahan.

 

" Maaf Rafa, kamu pasti sudah menunggu lama " ucap Jasmin tanpa menatap wajah Rafa.

 

" Oh nggak kok, silahkan diminum " jawab Rafa yang memang sudah menyiapkan dua minuman untuk Jasmin dan Hana.

 

" Terimakasih, kebetulan saya haus sekali " Hana mengambil jus alpukat yang ada di depannya. Dari arah belakang ada seorang perempuan cantik tanpa hijab menuju kearah Rafa.

 

" Sayang... mereka siapa sayang ?" tanya perempuan itu merangkul Rafa dari belakang sontak membuat Hana menjatuhkan gelas yang ia pegang. Pandangan Jasmin dan Hana tertuju pada wanita yang sedang memeluk Rafa.

 

" Siapa dia ?" tanya Jasmin kedua matanya masih tertuju kearah wanita asing.

 

" Saya istrinya Mas Rafa " jawabnya 

 

" Iya ini istri saya, maksud aku mengundang mu kesini ...." belum selesai Rafa berbicara, Jasmin menarik tangan Hana untuk meninggalkan Rafa. Rafa tahu dirinya bersalah dan mengejar Jasmin,

 

" Tunggu Jasmin " Rafa hendak memegang tangan Jasmin

 

" Jangan sentuh dia, kita bukan muhrim." Hana menarik tubuh Jasmin agar tidak bersentuhan dengan Rafa

 

" Setelah bertahun-tahun sahabat ku menunggu dan ini jawabannya. Ayo Jasmin kita pergi dari sini " ucap Hana penuh tenekanan. Di hari kelahirannya Jasmin harus menelan pil pahit, dimana laki-laki yang ia tunggu sudah memiliki seorang istri.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status