Share

Bab 3

Banyak sepasang mata yang menyimak kejadian di dalam rumah makan tersebut, Hana mengambil alih kunci mobil untuk mengendarai mobil Jasmin. Jasmin yang terus diam membisu hanya bisa menuruti perintah Hana.

Hana membawa Jasmin ke suatu tempat, tempat yang selalu digunakan para umatnya berkeluh kesah. Tidak lama mereka sampai di sebuah Masjid besar yang berada di alun-alun kota Bandung.

Ketika mobil berhenti Jasmin menoleh kearah Hana, Hana tersenyum tahu akan sahabatnya yang belum menunaikan sholat Dzuhur.

" Mengadu lah di Rumah Allah " ucap Hana mengeluarkan mukena dari dalam tasnya dan mengulurkan ke arah Jasmin.

" Terimakasih Hana " lirih Jasmin seutas senyuman terlihat di wajah Jasmin, Hana pun mengangguk. Jasmin menerima mukena dari tangan Hana dan keluar dari dalam mobil.

" Bugh ! " suara pintu mobil tertutup

" Aku tunggu di Menara Masjid ya " ucap Hana dengan kepala yang menyembul di kaca mobil yang ia turunkan, Jasmin hanya mengangguk setuju.

" Hmmmmm " Hana menghembuskan nafas beratnya, melihat langkah kaki Jasmin masuk ke dalam Masjid

" Semoga saja Allah menggantikan seseorang yang lebih baik mendapatkan mu Jasmin " gumam Hana seraya memarkirkan mobilnya di dekat taman. Hana berkeliling mencari makanan yang akan ia bawa ke atas Menara Masjid.

Didalam Masjid Jasmin menumpahkan segala kekecewaannya, ia tidak dapat membendung rasa sedihnya. 

"Apa mungkin ini jawaban dari mu Ya Allah " lirih Jasmin sambil menutup wajahnya yang basah dengan kedua tangannya. 

" Atau hamba harus menerima perjodohan dari ayah " batin Jasmin terus bertanya tentang siapa jodoh dirinya.

 Usai berdoa Jasmin menyeka pipinya yang basah, ia kembali mengemasi mukena milik Hana untuk ia kembalikan. Jasmin ingat sahabatnya sekarang sedang menunggu di Menara, Jasmin pun berjalan kearah lift untuk menemui Hana.

Sesampainya di atas menara Jasmin mencari keberadaan Hana, tidak harus berkeliling Jasmin dengan cepat menemukan sahabatnya yang sedang menikmati es krim dengan melihat ke arah luar.

" Hana terimakasih " ucap Jasmin berdiri di samping Hana dan mengembalikan mukenanya.

" Ini makanlah, aku hanya membeli dua es krim yang cukup mengganjal perut " jawab Hana tersenyum

" Heeemmm dasar pelit, " Jasmin tersenyum, Hana pun mengulurkan satu es krim ditangannya.

" Terimakasih temanku tersayang " Jasmin menerima es krim pemberian dari Hana. Mereka sama-sama menikmati es krim cone dengan melihat pemandangan kota Bandung dari atas Menara.

" Jangan lupa sampahnya taruh sini ya " ucap Hana yang lebih dulu menghabiskan es krimnya. Ya ... Hana menunjukkan ke arah kantong plastik agar ia bisa membuang sampah di tempat yang sudah di sediakan.

" Siap bos " jawab Jasmin tersenyum.

" Bagaimana perasaan mu, apa sudah lega ?" tanya Hana, Jasmin menunduk dan mengangguk.

" Alhamdulillah... Han, sebenarnya ayahku ingin menjodohkan aku dengan laki-laki yang sama sekali belum aku kenal " ungkap Jasmin menatap lurus sambil menikmati es krim pemberian Hana.

" Itu lebih baik, dari pada kamu menunggu Rafa bertahun-tahun nggak ada hasilnya " ketus Hana yang memang tidak suka dengan sikap Rafa.

" Ayah bilang, dia lulusan dari Yaman " ucap Jasmin.

" Wah... Kalau aku jadi kamu... Aku sih mau dijodohin dengan laki-laki itu, apalagi lulusan dari Yaman. Nggak nolak lah " goda Hana seraya tersenyum

" Huussst istighfar Hana, kamu kan sudah punya Mas Faris " ucap Jasmin memasang wajah cemberut, Hana tertawa kecil melihat sahabatnya cemberut. Hana memang sudah menikah dengan seorang pria bernama Faris.

" Iya iya jangan cemberut juga dong " jawab Hana

Ditempat lain tepatnya di rumah makan, Rafa tengah makan siang dengan istrinya yang selalu menyuapi Rafa hingga habis tak tersisa.

" Sayang ... Dua perempuan tadi siapa ?" tanyanya

" Hanya teman biasa " jawab Rafa

" Terus kenapa mereka pergi saat tahu aku istri kamu mas ?" tanyanya dengan penuh selidik, mereka duduk saling berhadapan.

"Sudah jangan bahas ini lagi, dia tidak pantas aku cintai. Hanya kamulah perempuan yang paling cantik " Rafa memuji istrinya sambil memegang dagunya.

Di meja lain seorang laki-laki tidak sengaja mendengar percakapan Rafa dan istrinya, " Heeehh dasar laki-laki buta cinta " batinnya merasa ikut kesal. Karena Rafa lebih memilih wanita cantik tanpa hijab, bahkan lekuk tubuhnya pun terekspos menjadi bahan tontonan publik.

Jasmin mengajak Hana untuk makan siang di sebuah tempat, tempat tersebut masih berada di dekat alun-alun Bandung.

" Silahkan pilih pesanannya, biar aku yang bayar " ucap Jasmin memberikan buku menu kepada Hana, sekarang mereka ada di dalam sebuah resto cepat saji.

" Ahh nggak usah Jasmin biar aku bayar sendiri " jawab Hana tak enak hati, seraya memilih makanannya.

Usai memanggil pelayan resto dan memesan makanan mereka kembali bertukar pikiran.

" Han, apa aku terima saja ya perjodohan dari ayah ?" tanya Jasmin, Hana menggenggam tangan Jasmin yang sekarang duduk berhadapan.

 " Sholat istikharah lah Jasmin, lagi pula orang tua tidak mungkin mendorong anaknya ke dalam jurang. Aku yakin laki-laki yang akan dijodohkan dengan mu, bukanlah laki-laki sembarangan. Mintalah kepada ayahmu untuk bisa bertukar CV dengannya, dan.... jika setelah tukar CV hati kamu tidak tenang, kamu bisa menolaknya. " ucap Hana berusaha memberikan solusi terbaik untuk sahabatnya.

" Terimakasih Hana, kamu memang terbaik " jawab Jasmin tersenyum, Hana pun melepaskan genggaman tangannya.

" Sudah makan dulu yuk, pesanannya sudah datang " ajak Hana

Mereka pun menghabiskan makan siang dengan tenang, usai mengabiskan makanannya Hana berpamitan kepada Jasmin untuk pulang lebih dulu karena sudah di jemput oleh suaminya.

" Jika suatu hari kamu menikah, jangan lupa kabari aku " ucap Hana memegang kedua lengan Jasmin

" Pasti, doakan saja " Jasmin memeluk Hana 

" Tentu aku akan mendoakan mu. Ya sudah, aku duluan ya... Kamu hati-hati " Hana melepaskan pelukannya, Jasmin pun mengangguk

" Assalamualaikum " pamit Hana

" Wa'alaikumus salam " jawab Jasmin terus merhatikan langkah sahabatnya memasuki mobil yang dikendarai oleh suaminya. 

Jasmin melihat arloji di tangannya yang menunjukkan pukul tiga sore, Jasmin pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di dalam mobil Jasmin melihat ke arah tas miliknya dan mengambil ponsel untuk memblokir semua nomor Rafa.

" Heeemmm " Jasmin menyandarkan tubuhnya dan mengeluarkan napas beratnya.

Setelah cukup tenang, Jasmin mulai melajukan mobilnya. Dalam perjalanan pulang Jasmin tidak sengaja melamun dan tidak sadar menabrak sebuah mobil yang berhenti karena lampu lalulintas berwarna merah.

" Astaghfirullah " dengan cepat Jasmin menginjak rem mobil. Tak berselang lama pemilik mobil keluar dan mengetuk kaca mobil Jasmin. Jasmin pun menurunkan kaca mobilnya.

" Maaf pak saya tidak sengaja " ucap Jasmin canggung karena pemilik mobil yang ia tabrak dari belakang sangatlah tampan.

" Apa kamu terluka ? " tanyanya

" Hah dia nggak marah " batin Jasmin terkejut mendengar pertanyaannya.

" En... Nggak pak, berapa kerugian yang harus saya bayar ?" tanya Jasmin gugup seraya mengambil dompet di dalam tasnya.

" Tidak perlu, aku hanya memastikan kalau kamu baik-baik saja " jawabnya lalu pergi meninggalkan Jasmin.

" Alhamdulillah syukurlah " Jasmin memejamkan matanya dan kembali menyenderkan tubuhnya, belum lama menyandar suara bising klakson mobil yang berada di belakang mobil Jasmin bersahutan karena Jasmin lama melajukan mobilnya ketika lampu hijau sudah menyala.

" Ya Allah kenapa aku lupa kalau sedang di lampu merah " dengan cepat Jasmin melajukan mobilnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status